Seperti Ini Bentuk Sayap Burung Berusia 100 Juta Tahun

Fosil tersebut membantu para peneliti memahami perilaku anak burung enantiornithine yang hidup pada zaman kapur.

oleh Citra Dewi diperbarui 29 Jun 2016, 19:05 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2016, 19:05 WIB
Spesimen sayap burung yang dilihat di bawah mikroskop
Spesimen sayap burung yang dilihat di bawah mikroskop (Royal Saskatchewan Museum)

Liputan6.com, Bristol - Dua fosil baru menunjukkan spesimen dari sayap burung kecil yang terperangkap di ambar -- resin pohon yang menjadi fosil -- dari 100 juta tahun lalu.

Penemuan oleh tim peneliti internasional tersebut, termasuk Profesor Mike Benton dari Bristol University, dipublikasi di jurnal Nature Communications.

Benton mengatakan, spesimen itu didapat dari simpanan amber terkenal di timur laut Myanmar, yang telah memproduksi ribuan spesimen serangga dari segala bentuk dan ukuran, serta laba-laba, kalajengking, kadal, dan bulu burung.

Namun penemuan tersebut menjadi kali pertama bagian burung secara utuh ditemukan.

Dikutip dari Daily Mail, Rabu (29/6/2016), fosil sayap tersebut memiliki panjang dua hingga tiga sentimeter dan memiliki rangka sayap, termasuk cakar serta bulu yang diawetkan dengan amat detail di dalam ambar.

Anatomi dari cakar fosil tersebut menunjukkan bahwa ia merupakan burung enantiornithine yang menjadi kelompok besar pada Zaman Kapur. Namun spesies itu punah bersamaan dengan dinosaurus, yakni pada 66 juta tahun lalu.

"Fosil sayap ini menunjukkan detail yang luar biasa," ujar Benton.

Ilmuwan menggunakan sinar UV untuk mengamati spesimen sayap burung (Royal Saskatchewan Museum)

"Setiap helai bulu menunjukkan setiap filamen, bahkan terdapat jejak warna -- berupa bintik dan garis-garis," jelasnya.

Ketua penelitian, Dr Xing Lida dari China University of Geosciences, turut mengomentari penemuan fosil sayap burung tersebut.

"Fakta bahwa burung tersebut memanjat di pepohonan menunjukkan mereka memiliki pengembangan lanjutan, yang berarti mereka siap bergerak segera setelah menetas," tutur Xing.

Sayap burung yang terawetkan dengan detail di dalam ambar (Ryan C Mckellar)

"(Setelah menetas) burung ini tak hanya menunggu di sarang untuk diberi makan, namun mereka mencari sendiri dan mati, mungkin karena ukurannya yang kecil dan kurangnya pengalaman," jelasnya.

Simpanan ambar Myanmar memproduksi harta karun berupa fosil dari zaman prasejarah. Fosil tersebut juga mendokumentasikan evolusi kehidupan darat pada Zaman Kapur.

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya