Liputan6.com, Paris - Teror kembali mengguncang Prancis, tepatnya Kamis 14 Juli sekitar pukul 22.30 waktu setempat. Kali ini seorang teroris menabrakkan sebuah truk besar atau lori ke kerumunan orang usai pesta kembang api di Promenade des Anglais di Kota Nice.
Sopir 'truk maut' itu sempat melepaskan sejumlah tembakan beberapa kali sebelum akhirnya berhasil dilumpuhkan polisi. "Sesaat sebelum ditembak polisi, ia menembak beberapa kali," ujar Presiden Regional Christian Estrosi seperti dilansir Telegraph, Jumat (15/7/2016).
Identitas pelaku yang ditemukan di lokasi kejadian menunjukkan bahwa pria berusia 31 tahun itu merupakan warga Prancis keturunan Tunisia. Namun hal ini belum dikonfirmasi resmi oleh pihak berwenang.
Selain itu, otoritas setempat mengatakan, mereka menemukan granat aktif dan sejumlah senjata palsu di dalam truk yang memiliki berat 19 ton itu. Anggota perlemen, Eric Ciotti menggambarkan aksi teror itu sebagai sesuatu yang 'sangat menakutkan, sepenuhnya seperti adegan horor di mana banyak anak-anak menjadi korban tewas'.
"Keluarga yang tengah berlibur menjadi target. Ini adalah serangan simbolis di sebuah tempat simbolis. Itu adalah motivasi serangan," ujar Ciotti.
Dalam pidatonya pascaserangan, Presiden Prancis Francois Hollande mengaitkan insiden 'truk maut' dengan konflik di Irak dan Suriah. Ia menegaskan akan mengintensifkan operasi di kedua negara itu setelah ini.
Hingga saat ini belum ada satu kelompok pun yang mengaku bertanggung jawab atas serangan teror truk maut Prancis. Sementara Presiden Hollande menekankan bahwa penyerangan tersebut tak dimungkiri dilakukan oleh teroris.
"Tidak ada yang bisa membuat kita menyerah untuk memerangi terorisme. Kita akan melanjutkan untuk mengerahkan pasukan kita di Suriah dan Irak. Kita akan melanjutkan untuk menyerang siapa saja yang menyerang kita di tanah kita," tegas Presiden Hollande seperti dikutip ABC News.
Sebanyak 80 orang dilaporkan tewas dalam teror truk Prancis ini. Sementara kabar terkini menyebut jumlah naik menjadi 84 orang, beberapa di antaranya anak-anak.
Sementara sekitar 100 lainnya terluka, 18 orang di antaranya dalam kondisi kritis.