Liputan6.com, Praha - Lebih dari 35 juta orang di seluruh dunia terjangkit Human Immunodeficiency Virus atau dikenal dengan HIV. Virus tersebut menyerang sistem kekebalan sehingga melemahkan kemampuan tubuh penderitanya untuk melawan infeksi dan penyakit.
Walaupun orang yang terjangkit virus tersebut telah tersebar di berbagai tempat di dunia, namun sejarah evolusi dan asal usul HIV belum banyak diketahui.
Baca Juga
HIV merupakan virus yang tergolong ke dalam keluarga retrovirus subkelompok lentivirus. Hingga saat ini lentivirus tertua diduga berasal dari 12 juta tahun lalu.
Advertisement
Namun penelitian terbaru yang dilakukan pada Lemur menunjukkan, lentivirus telah ada sejak 60 juta lalu. Ilmuwan dari Czech Academy of Sciences menggunakan data genetik dari Malayan flying lemur atau biasa disebut kubung sunda.
Dikutip dari Daily Mail, Rabu (10/8/2016), para peneliti melihat tiga sampel data genetik kuno yang mengungkap bahwa lentivirus kemungkinan telah muncul sejak 60 juta tahun lalu.
Lentivirus merupakan virus lambat dengan masa inkubasi lama yang menjadi penyebab berbagai penyakit pada spesies hewan yang berbeda.
"Kami pertama kali menemukan bukti lentivirus dengan menyaring semua genom hewan yang tersedia menggunakan teknik komputasi," ujar Daniel Elleder yang memimpin penelitian tersebut.
"Secara mengejutkan, usia yang dihasilkan (40-60 juta tahun) jauh lebih tua dari ketiga lentivirus yang sebelumnya dikenal,"
Lentivirus berasal dari sekitar sembilan cabang evolusi, dan dapat menginfeksi berbagai hewan termasuk primata, kucing, dan kuda.
"Virus klasik termasuk lentivirus, berevolusi dengan sangat cepat, karena mereka mutasinya sangat tinggi," jelas Elleder.
"Sebagai contoh, dalam kasus HIV, ilmuwan dapat membedakan sampel yang berasal dari tahun 1980-an dan 1950-an," tambahnya.
Namun, hasil studi yang dipublikasi dalam jurnal Molecular Biology and Evolution itu mengungkap, lentivirus yang ditemukan dalam penelitian merupakan endogen--memasukkan dirinya sendiri ke dalam DNA dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Hal itu membuat virus yang ditemukan memiliki tingkat perubahan rendah dan memungkinkan para peneliti untuk merekonstruksi kemungkinan penampakan mereka pada puluhan juta tahun yang lalu.
Dalam penelitian di masa depan, tim peneliti berharap dapat mengikuti perjalanan lentivirus pada masa lalu dengan lebih mendalam. Hal tersebut dilakukan melalui pengkajian spektrum hewan yang lebih luas dengan harapan dapat mengidentifikasi potongan teka-teki evolusi lentivirus.
Seks Ngawur
Seks Ngawur
Sudah lama diketahui, HIV punya sejarah yang lebih panjang di Afrika, namun, di mana pandemi bermula terus jadi perdebatan sengit.
Untuk menguak misteri tersebut, tim internasional mencoba untuk merekonstruksi genetika HIV. Dan ternyata, asal usul pandemi terlacak dari tahun 1920-an di Kota Kinshasa yang kini menjadi bagian dari Republik Demokratik Kongo.
Laporan para ahli menyebut, perdagangan seks yang merajalela, pertumbuhan populasi yang cepat, dan jarum tak steril yang digunakan di klinik-klinik diduga menyebarkan virus tersebut. Menciptakan kondisi 'badai yang sempurna'.
Sementara itu, rel kereta yang dibangun dengan dukungan Belgia -- di mana 1 juta orang melintasi kota tiap tahunnya -- membawa virus HIV ke wilayah sekitarnya. Lalu ke dunia.
Tim ilmuwan dari University of Oxford dan University of Leuven, Belgia mencoba merekonstruksi 'pohon keluarga' HIV dan menemukan asal muasal nenek moyang virus itu.
Dengan membaca tanda mutasi tersebut, tim bisa menyusun kembali pohon keluarga dan melacak akarnya.
HIV adalah versi mutasi dari virus simpanse, yang dikenal sebagai simian immunodeficiency virus (SIVcpz)-- yang mungkin melakukan lompatan spesies, ke manusia, melalui kontak dengan darah yang terinfeksi. Virus ini menyebar pertama kali pada para pemburu simpanse mungkin ketika menangani daging hewan itu. Kasus pertama dilaporkan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, pada 1930.
Virus membuat lompatan pada beberapa kesempatan. Salah satunya mengarah pada HIV-1 subtipe O yang menyebar di Kamerun. Kemudian, HIV-1 subtipe M yang menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia.
Pada tahun 1920-an, Kinshasa -- yang dulu disebut Leopoldville hingga 1966 -- adalah bagian dari Kongo yang dikuasai Belgia.
"Kota itu sangat besar dan sangat cepat pertumbuhannya. Catatan medis era kolonial menunjukkan tingginya insiden sejumlah penyakit seksual," kata Profesor Oliver Pybus.
Kala itu, buruh-buruh pria mengalir ke kota, memicu ketidakseimbangan gender, dengan perbandingan pria dan wanita 2:1 -- yang memicu maraknya perdagangan seksual. Plus faktor praktik pengobatan penyakit dengan suntikan tak steril yang efektif menyebarkan virus.
"Aspek menarik lainnya adalah jaringan transportasi yang membuat orang-orang berpindah dengan mudah."
Sekitar 1 juta orang menggunakan jaringan rel Kinshasa pada akhir tahun 1940-an."Dan virus pun menyebar luas, awalnya ke kota tetangga Brazzaville, lalu meluas ke area provinsi yang perekonomiannya ditopang penambangan, Katanga.
Kondisi 'badai sempurna', hanya berlangsung selama beberapa dekade di Kinshasa. Namun saat itu berakhir, HIV terlanjur menyebar ke seluruh dunia.
Advertisement