Wamenlu: Terorisme Itu Alien

Usai nonton Jihad Selfie, Wamenlu A.M. Fachir mengungkapkan pandangannya soal teroris.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 22 Agu 2016, 19:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2016, 19:00 WIB
Wakil Menlu AM Fachir. (Dokumentasi Liputan6.com)
Wakil Menlu AM Fachir. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Film dokumentar Jihad Selfie karya sineas Noor Huda Ismail tengah menjadi buah bibir. Sebab, di film tersebut ia membongkar cara kelompok radikal seperti ISIS merekrut pengikutnya.

Penayangan film Jihad Selfie mendapat sambutan baik dari Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) A.M. Fachir. Dia mengatakan, apa yang telah dihasilkan Noor adalah karya besar.

"Kita beruntung dia memiliki pemikiran untuk membuat film ini," sebut Fachir dalam acara nonton bareng Jihad Selfie di kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Senin (22/8/2016).

Fachir menambahkan, fenomena ikutnya Warga Negara Indonesia (WNI) menjadi bagian dari kelompok radikal memang sudah terjadi. Oleh sebab itu, Jihad Selfie diharapkan dapat jadi sarana dalam membendung hal tersebut.

"Ini letaknya di bagian mempertahankan rangkaian NKRI dan penghormatan terhadap
pluralisme, toleransi dan dialogis yang jadi fondasi berbangsa dan bernegara," papar Fachir.

Mantan Duta Besar RI untuk Arab Saudi ini menyatakan, sebenarnya terorisme tidak sesuai dengan masyarakat Indonesia. Sehingga, ia mengharapkan tak ada lagi masyarakat Indonesia yang ikut dalam kelompok radikal apa pun itu.

"Intinya ekstremisme, radikalisme dan terorisme merupakan 'alien' di budaya kita," sebut Fachir.

"Dengan fakta yang ada meskipun kita negara yang umat Islamnya terbesar di dunia, tetapi kita paling kecil yang ikut di foreign terorist fighters," jelasnya.

Pemerintah pun, kata Fachir, memutuskan mengambil cara baru untuk mencegah masuknya WNI ke dalam kelompok radikal. Kebijakan itu ia yakini dapat berhasil jika dijalankan dengan baik.

"Pendekatan kita macam-macam, mulai dari hard approach sampai soft power. Yang lebih efektif soft power yaitu kita bicara, karena yang bisa ideologi adalah argumen dan ideologi juga buka kekuatan," pungkas Fachir.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya