Liputan6.com, Toronto - Ciuman bergairah yang meninggalkan 'cupang' atau tanda merah yang disebabkan isapan yang berlebihan di kulit, ternyata bisa mematikan.
Seorang remaja bernama Julio Macias Gonzalez (17) di Mexico City, Meksiko meninggal dunia setelah mengalami stroke. Ada gumpalan yang menyumbat peredaran darah leher dan kepala korban.
Advertisement
Ternyata gumpalan darah (blood clot) itu berasal dari 'gigitan cinta' (love bites) dari kekasihnya yang berusia 24 tahun.
Advertisement
Baca Juga
Tragedi serupa juga pernah menimpa perempuan berusia 44 tahun asal Auckland, Selandia Baru. Pada 2011 lalu, ia mengalami stroke setelah menerima gigitan cinta dari kekasihnya yang dimabuk cinta.
Meski tak sampai kehilangan nyawa, korban mengalami lumpuh sebagian pada bagian tubuhnya.
Memang ada daerah-daerah yang memang sangat peka dengan sentuhan dan rangsangan, misalnya leher.
Masalahnya, ada beberapa pembuluh darah penting yang melintasi leher untuk memberi pasokan darah ke kepala manusia.
Lalu, bagaimana mulanya seseorang memberikan gigitan cinta kepada kekasihnya? Di mana batasan cinta dan perih atau kesakitan?
Meniru Gigitan Keledai?
Dikutip dari Swept Magazine pada Rabu (31/8/2016), hubungan antara cinta dan rasa sakit, misalnya pada ciuman dan gigitan cinta, dapat ditelusuri melalui naskah-naskah kuno dan…keledai ketika sedang melakukan seks.
Pada masa lalu, ada sejumlah konsep tentang seks terdengar terlalu maju untuk zamannya. Seperti konsep-konsep tentang seks yang digagas oleh Havelock Ellis.
Pria yang lahir di pertengahan 1800-an ini adalah seorang pegiat sosial, dokter, sekaligus ahli psikologi yang pandangannya terhadap konsep seksualitas sungguh beragam, mulai dari pandangan progresif hingga pandangan yang mengerikan.
Ellis menulis dalam Psychology of Sex, Volume 3, bahwa gigitan cinta, atau kerap dikenal dengan ciuman cupang, pertama-tama diamati dalam perilaku berbagai mamalia sebelum dan sewaktu sedang melakukan ritual kawin.
Menurut Ellis, tidak jarang ada pejantan yang menggigit leher betinanya supaya mendapat cengkeraman kuat sebelum kawin.
Ia berpendapat bahwa hubungan antara cinta dan kepedihan hadir di antara pria dan wanita beradab yang memiliki dorongan-dorongan seksual yang wajar. Ia merujuk kepada naluri utama manusia untuk mempertunjukkan kekuatan (power).
Menurutnya, kita masih meneladani tradisi kuno hubungan pria dan wanita, yaitu ketika kaum pria melakukan dominasi sedangkan kaum wanita dianggap pasrah.
Pandangan tersebut sudah usang, tapi ada benarnya juga. Mengapa demikian?
Cinta dan Kekuasaan
Pada masa kini, pernyataan kekuatan (power) lebih merata pada kaum pria dan wanita. Tapi, seperti diketahui oleh para ahli psikologi, impuls utama kekuasaan didorong oleh cinta.
Bicara soal cinta, itu dibahas panjang lebar dalam kitab kuno Kama Sutra.
Dalam karya Vātsyāyana itu, seperti tertera dalam Bab V, tertulis tentang "gigitan-gigitan yang maknanya serupa untuk kaum wanita dari berbagai negara."
Dijelaskan dalam Kama Sutra, semua bagian yang bisa dicium adalah semua bagian yang bisa digigit, kecuali bibir bagian atas, bagian dalam mulut, dan mata.
Gigitan yang enak dan isapan pada kulit sebaiknya dilakukan menggunakan gigi yang tak bercela, demikian menurut para dewa seks India.
Lain kali, ketika ada orang yang memberi cupang, periksa sejumlah hal ini, yaitu gigi-gigi yang rata, cemerlang, memiliki proporsi yang bagus, dan ketajaman yang serupa.
Jika cupang tidak menyenangkan, mungkin saja pemberi cupang itu memiliki gigi yang mencelat, kasar namun sekaligus lembut, besar-besar atau jarang-jarang.
Dan masih banyak lagi daftar jenis-jenis gigitan.
Advertisement
Jenis-jenis Gigitan Cinta
Yang penjelasannya paling mirip dengan cupang masa kini adalah "gigitan tersembunyi", yaitu gigitan yang "hanya terlihat seperti semburat kemerahan pada bagian kulit yang digigit."
Bagi menginginkan dampak yang lebih lama, bisa melakukan versi modifikasi yang dikenal dengan "koral dan permata". Artinya, cupang sengaja dibuat membekas pada pipi.
Hal ini dilakukan dengan "berbarengan menggunakan gigi dan bibir…seakan-akan bibir menjadi koral dan gigi-gigi menjadi permatanya," demikian menurut penjelasan naskah kuno tersebut.
Penjelasan dalam Kama Sutra terdengar kreatif, tapi bagaimana cupang terjadi?
Menurut ahli dermatologi Dr. Fred Weksberg dari Toronto, sebuah cupang itu sebenarnya salah satu bentuk memar.
Sang dokter menjelaskan tentang betapa ringkihnya pembuluh-pembuluh darah yang terletak di bawah kulit, terutama di bagian-bagian tubuh yang berkulit tipis seperti pada leher.
Jika ada cukup jejaring yang cedera, maka pembuluh-pembuluh darah dapat pecah sehingga mengakibatkan pendarahan di bawah kulit. Dari luar, bentuknya mirip noda kemerahan dan kita menyebutnya cupang.
Weksberg mengatakan bahwa cara paling lazim mendapatkan cupang adalah dengan isapan, gigitan, dan ciuman yang sangat kuat.
Dan bekasnya itulah yang paling ingin dihilangkan oleh pemiliknya, demikian kata sang dokter mengenai permintaan para pasien untuk menghilangkan cupang.
Menurutnya, satu-satunya cara untuk tidak memiliki bekas merah (cupang) adalah untuk tidak mendapatkannya. Namun, sama halnya dengan memar umumnya, itu bisa menghilang secara bertahap.
Pertama memarnya akan berwarna kemerahan, lalu membiru, kemudian perlahan menjadi hijau dan kuning sesuai dengan proses alamiah peluruhan sel darah merah, demikian menurut Weksberg.
Cara terbaik untuk mencegah pembentukan cupang adalah dengan menaruh sesuatu yang dingin dan menekannya supaya membekukan pembuluh darah, tapi, katanya, "apa yang sudah terjadi, terjadilah."
Ada juga orang-orang yang mencoba mengurangi memar dengan "menyebarkan" memar itu, tapi, Wekberg mengatakan, "Masalahnya, orang malah lebih merusak kulit karena menekan dengan keras dan berusaha meratakan sel-sel darah."
Ia juga wanti-wanti tentang ramuan yang disebut-sebut bisa menghilangkan cupang setelah lebih dari 24 jam, misalnya pil untuk mempercepat penyembuhan.
"Menurut saya, menelan aspirin beberapa kali sehari tidak banyak membantu. Sebenarnya, menurut saya, hal itu malah memperburuknya karena pembuluh-pembuluh darahnya masih rentan."
"Jadi, sekali kamu mendapat memar dan menelan aspirin, ada potensi memarnya membesar," lanjut Wekberg.
Penampilan Profesional Tanpa Cupang
Gigitan cinta memang menyenangkan, tapi coba pikir-pikir lagi akibatnya di keesokan hari.
Sara (24), seorang manajer di sebuah cabang toko busana mahal BCBG Max Azria di Toronto, paham sekali apa yang terjadi kalau ada karyawan yang datang bekerja dipenuhi cupang.
Ia berpengalaman bekerja selama 6 tahun di 5 toko yang berbeda. Tiga di antaranya dalam posisi manajerial.
Dalam buku panduan karyawan ada bagian "Penampilan Pribadi" dan bertuliskan begini, "Sebagai perwakilan BCBG Max Azria, penampilan, gaya, dan kebersihan diri menjadi ciri standar perusahaan."
"Semua pegawai wajib taat kepada panduan citra dan presentasi pribadi selama waktu kerja."
Lalu, bagaimana nasib pegawai yang kedapatan dipenuhi cupang?
Pertama, menurutnya, tanyalah apa yang terjadi, karena orang tidak bisa asal menebak seakan bekas yang ada terjadi secara tidak pantas. Jika diakui memang sebagai cupang, maka pegawai diminta menutupinya, misalnya dengan selendang.
Lalu, bagaimana kalau sudah mengaku tapi tidak mau menutupinya?
Sara mengaku tidak bisa berbuat banyak, karena hal itu masuk dalam wilayah abu-abu. Mungkin sekedar diberi tatapan tak sedap.
"Cupang itu masuk wilayah abu-abu karena tidak langsung disebutkan dalam panduan bahwa seseorang tidak boleh hadir dengan cupang di leher,” katanya.
Untungnya, "Kebanyakan pegawai merasa malu karenanya dan sudah menutupinya bahkan sebelum tiba di tempat kerja."
Pada dasarnya, cupang memang menyenangkan jika dilakukan secara bertanggungjawab.
Permainan kekuasaan yang terlibat dalam hal itu berasal dari penyintasan praktik-praktik primitif kencan kita.
Seperti kata Ellis, ahli psikologi yang namanya ada di awal tulisan, "Jika seorang pria yakin bahwa ia telah menyebabkan pedih yang nyata dan tak tersembuhkan, hentikanlah segera."
"Jika ia tidak begitu, ia harus dianggap seorang yang sangat abnormal atau hanyut dalam nafsu hingga gila sesaat."
Advertisement