Liputan6.com, Jakarta Amerika Serikat (AS) akan menerbangkan empat pesawat pendeteksi radiasinya ke Semenanjung Korea. Ini ditujukan untuk mengambil sampel udara terkait dengan uji coba nuklir yang telah dikonfirmasi oleh Korea Utara.
Pesawat jet WC-135 yang dijuluki 'Constant Phoenix' akan mencari elemen-elemen khas uji coba nuklir yang memancar ke udara. Sampel udara yang dikumpulkan akan dianalisis untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Seperti dikutip dari CNN, Jumat (9/9/2016) Angkatan Pertahanan Udara Jepang juga mengatakan akan mengirimkan empat jet untuk mengumpulkan debu di udara sebagai contoh radiasi.
Advertisement
Empat pesawat Boeing bermesin jet ini dilengkapi dengan perangkat eskternal yang akan mengumpulkan bahan radioaktif dari atmosfer di kertas filter. Kapal terbang itu juga memiliki 'sebuah sistem kompresor untuk seluruh sampel udara yang telah dikumpulkan dalam bola'.
Angkatan Udara AS memiliki dua jenis jet WC-135 yang beroperasi dari pangkalan militer di Nebraska. Tak hanya itu, AS juga memiliki stasiun di area yang tersebut yang juga akan mengambil sampel.
'Constant Phoenix' merupakan gagasan Presiden AS Dwight D. Eisenhower pada 1947. Lantas, Angkatan Udara AS menggunakan WB-29s, varian dari model bomber B-29 untuk mendeteksi sampel uji coba nuklir Uni Soviet.
Keberadaan WB-29 digantikan oleh WB-50 dimulai pada 1950 sebelum akhirnya WB-135 hadir pada 1965.
Pesawat-pesawat pendeteksi radiasi telah digunakan untuk memantau pelaksaan perjanjian senjata nuklir. Selain itu, kapal terbang jenis ini juga pernah dipakai untuk memantau efek dari bencana nuklir Chernobyl pada 1986 silam.
Terkait getaran seismik sekuat 5,1 skala Richter (SR) yang terjadi di Korea Utara (Korut), negara pimpinan Kim Jong-un telah mengonfirmasi bahwa peristiwa tersebut adalah uji coba nuklir. Hal ini diumumkan stasiun televisi Korut.
Negara itu mengabarkan bahwa mereka berhasil melakukan uji coba nuklir dengan kapasitas yang jauh lebih besar dan lebih canggih.