Depresi atas Kekejaman ISIS, Mahasiswi Cantik Ini Bunuh Diri

Mahasiswi itu mulai mengalami depresi dan kecemasan pada saat remaja karena mengalami perisakan di sekolah.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 16 Sep 2016, 10:21 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2016, 10:21 WIB
Natasha Kasanda (0)
Natasha Kasanda mulai mengalami depresi dan kecemasan pada saat remaja karena mengalami perundungan di sekolah. (Sumber Daily Mail)

Liputan6.com, Hull - Karena muak dengan tindak-tanduk ISIS, seorang mahasiswi yang "hangat dan peduli" menghabisi nyawanya sendiri menggunakan racun yang dibelinya secara online.

Semasa hidupnya, mahasiswi Inggris bernama Natasha Kasanda (19) itu tergolong "sangat cerdas", tapi dibebani dengan beberapa masalah kejiwaan.

Kasada ditemukan meninggal dunia dalam kamar asrama Taylor Court pada 7 November 2014, hanya beberapa minggu setelah mulai kuliah teknik mesin.

Dikutip dari Daily Mail pada Jumat (16/9/2016), ibunya yang bernama Tasheni Makumbi-Monk menjelaskan bahwa mahasiswi University of Hull, itu sebelumnya pernah dua kali mencoba bunuh diri.

Menurut ibunya, Kasanda tumbuh sebagai seorang 'anak yang gembira' tapi mulai mengalami depresi dan kecemasan pada saat remaja karena mengalami bullying atau perundungan di sekolah. Ia kerap menarik diri dan menyatakan pikiran-pikiran ingin bunuh diri.

Dalam penyidikan, ibunya mengatakan, "Suatu saat, saya ingat sekali, ia sangat gundah karena menonton video anak-anak tak bersalah meninggal dunia dan itu terus menghantuinya."

"Dia bilang kepada saya, 'Dunia ini penuh dengan hal-hal buruk. Mengapa orang yang tidak ingin mati malah dibunuh, dan mereka yang niat mati malah tidak bisa?' Ia tentunya bicara tentang dirinya sendiri."

Beberapa minggu sebelum kematianya, ibunya dan ayah tirinya terakhir bertemu Kasanda di The Deep, suatu atraksi akuarium di Hull. Mahasiswi itu mengungkapkan kegalauan yang sama ketika membicarakan tentang sepak terjang ISIS yang sangat mengganggunya.

Kasanda beberapa kali menemui psikiater dan konselor sebelum kematiannya, tapi sesi-sesi dihentikan ketika seorang konselor menduga mahasiswi itu tidak menanggapi.

Gedung pemeriksaan koroner di Hull, Inggris. Seorang mahasiswi mulai mengalami depresi dan kecemasan pada saat remaja karena mengalami perundungan di sekolah. (Sumber Daily Mail)

Dalam pengungkapan fakta, Profesor Paul Marks yang menjadi dokter dalam penyidikan koroner selama ini, mengatakan ia tidak puas dengan prosedur layanan kesehatan mental dan mempertanyakan dilepaskannya Kasanda dari perawatan setelah suatu upaya bunuh diri.

Profesor itu mengatakan kepada pihak keluarga bahwa jika mereka tidak puas dengan perawatan yang diterima Kasanda, keluarga bisa menggugat di tempat lain.

Marks membeberkan kesimpulan berisi kematian yang penyebabnya tidak dapat dijelaskan, tapi ia yakin bahwa Kasanda memang berniat mengakhiri hidupnya sendiri.

Seusai tanya jawab, sang ibu menyampaikan penghormatan kepada putrinya.

"Natie masih membuatku tersenyum karena ia adalah orang yang paling ramah dan hangat yang pernah kutemui," kata sang ibu.

"Sewaktu masih kecil ia mendapatkan uang saku mingguan sebesari 15 poundsterling (Rp 260 ribu), tapi ia sedemikian pedulinya sehingga menyumbangkan hampir semua jumlah itu ke Oxfam, untuk anak-anak di Malawi."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya