Dubes Rusia: Rudal Penghantam MH17 Tak Diproduksi Negara Kami

Dubes Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin menegaskan rudal BUK yang dipakai untuk menembak MH17 bukan buatan negaranya.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 03 Okt 2016, 15:26 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2016, 15:26 WIB
Lokasi jatuhnya MH17 dari luar angkasa
Lokasi jatuhnya MH17 dari luar angkasa (DigitalGlobe)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil investigasi tim independen menunjukkan bahwa pesawat Malaysia Airlines MH17 jatuh karena hantaman rudal BUK yang dibawa dari wilayah Rusia. Penyidikan ini mengundang reaksi negatif dari otoritas negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin salah satunya. Ia menyatakan ada alasan khusus dan sangat mendasar kenapa hasil penyelidikan tersebut tidak bersedia mereka terima.

"Kami sangat tidak puas dengan hasil penyelidikan tentatif ini, mereka tidak mengumpulkan data dari negara kami," sebut Galuzin di kediamannya, Senin (3/10/2016).

Galuzin menjelaskan Rusia punya data yang dapat memperkuat fakta bahwa negaranya tak terlibat penembakan burung besi itu.

"Mereka mengacuhkan sistem elektronik Rusia," ucapnya.

Dubes yang sudah tiga tahun lebih bertugas di Tanah Air itu juga menambahkan negaranya sama sekali tidak pernah memakai rudal BUK. Jenis senjata itu disebut-sebut merupakan penyebab MH17 meledak di udara.

"Rudal BUK itu tidak diproduksi oleh Rusia dan militer kami juga tidak memakai rudal tersebut," ucapnya.

Terkait rekaman video yang sempat bocor di dunia maya dan memperlihatkan rudal BUK dibawa kelompok separatis Ukraina dari wilayah Rusia ke dekat tempat jatuhnya MH17, Galuzin menegaskan rekaman tersebut tak tepat dan akurat.

"Rekaman itu diambil bukan pada Juli 2014 (waktu saat MH17 jatuh), itu diambil sebelum itu, ketika wilayah timur Ukraina masih diduduki tentara Ukraina," ucapnya.

Oleh karena itu, Galuzin menegaskan pemerintahnya mendesak investigasi lebih lanjut segera dilakukan. Hal ini ditujukan demi membuka tabir siapa otak dibalik peristiwa keji tersebut.

"Rusia tidak pernah menunjuk pihak mana yang bersalah dan harus bertanggung jawab, kami hanya meminta investigasi yang tidak bias dan subjektif serta juga menggunakan data dari kami," imbuhnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya