Liputan6.com, Jakarta - Bukan jadi rahasia lagi jika, harta, takhta, dan wanita merupakan tiga hal yang dianggap dapat menggoyahkan pria. Tak jarang, laki-laki berpengaruh di suatu negara atau dunia, reputasinya rusak atas hal tersebut.
Sejumlah negara menggunakan salah satu dari tiga hal itu untuk mengorek informasi dari negara rivalnya, yakni dengan memakai mata-mata wanita.
Wanita penghibur dianggap sebagai salah satu jalan pintas untuk mengorek informasi dari lawan. Beberapa dari mereka pun direkrut menjadi mata-mata oleh sejumlah agen intelijen suatu negara.
Advertisement
Dikutip dari sejumlah sumber, berikut lima wanita penghibur dan simpanan yang ternyata menjadi mata-mata.
1. Mata Hari
Mata Hari lahir dengan nama Margaretha Geertruida 'Grietje' Zelle pada 7 Agustus 1876 dari pasangan pengusaha minyak Belanda yang sukses. Perempuan kelahiran Belanda berdarah Jawa itu berambut hitam dan berkulit cokelat.
Takdir Margaretha menjadi mata-mata diawali kepindahannya ke Paris, setelah sebelumnya tinggal di Indonesia. Di sana, mantan pemain sirkus itu banting setir jadi penari erotis. Di panggung dia memakai nama Mata Hari.
Dengan daya tarik sensualnya, Mata Hari menjelma jadi sosok yang dikenal. Dia punya hubungan intim dengan pejabat militer, politikus, dan orang-orang berpengaruh. Ia bahkan jadi 'simpanan' putra mahkota Jerman saat itu.
Saat jadi penari telanjang di Berlin, Mata Hari dikabarkan direkrut agen rahasia Jerman. Beberapa penulis biografi, meyakini bahwa Mata Hari pernah menjalani pelatihan di sekolah mata-mata Jerman di Antwerp, Belgia. Oleh Jerman, dia disebut dengan kode 'H21'.
Selain jadi mata-mata Jerman, Mata Hari juga direkrut menjadi mata-mata Prancis.
Namun karirnya harus berakhir pada 13 Februari 1917. Mata Hari ditangkap aparat Prancis dengan tuduhan agen ganda.
Ratu erotis itu lalu dieksekusi pada 15 Oktober 1917 oleh pihak berwenang Prancis dengan dakwaan menjadi mata-mata Jerman dan bertanggung jawab atas kematian 50.000 tentara.
Marthe Richard
2. Marthe Richard
Marthe Richard lahir di Blamont, Prancis, pada 15 Agustus 1889 dan mulai menjadi pekerja seks komersial pada 1905. Di Paris, ia bertemu dengan pengusaha kaya Henry Richer dan keduanya memutuskan menikah pada 1907.
Perannya sebagai mata-mata bermula setelah suaminya meninggal saat Perang Dunia I pada 1916. Ia menjadi agen rahasia di bawah Kapten Georges Ladoux dan menjadi simpanan Atase Angkatan Laut Jerman di Madrid sebagai bagian dari tugasnya.
Sekembalinya ke Prancis, ia mengetahui bahwa Kapten Ladoux merupakan agen ganda dan telah ditahan.
Seperti dilansir Wikipedia, Marthe sempat menikah pada 1926 dengan direktur keuangann Rockefeller Foundation. Namun, suaminya meninggal mendadak pada 1928 di Genewa.
Dengan nama samaran Richard, ia menerbitkan buku My life as a spy in the French service yang laris dipasaran. Marthe pun seketika menjadi sosok pahlawan di Prancis.
Saat Marthe menjadi politisi, ia mempresentasikan rencananya untuk menutup sejumlag rumah bordil. Pada 13 Desember 1945, perjuangannya membuahkan hasil. Kantor pendaftaran prostitusi dihancurkan dan 1.400 rumah pelacuran ditutup, termasuk 180 di Paris.
Advertisement
Marita Lorenz
3. Marita Lorenz
Perempuan dengan nama asli Ilona Marita Lorenz, lahir pada 18 Agustus 1939 di Bremen, Jerman. Ia pernah memiliki hubungan khusus dengan Fidel Castro pada 1959 dan Marco Perez Jimenez pada 1961.
Pertemuannya dengan Fidel Castro berawal ketika ia tiba di Havana, Kuba dengan ayanya pada Februari 1959. Marita pun tingga bersama Castro selama beberapa bulan dan hamil, namun ia menggugurkan kandungannya pada bulan ke tujuh.
Marita meninggalkan pulau itu dan bergabung dengan aktivis anti-Castro di Florida. Ia kemudian memberi kesaksian bahwa Francisco Fiorini yang berperan sebagai agen CIA merekrut dia untuk membunuh Castro.
Ketika kembali ke Kuba pada 1960, Marita tak jadi menaruh pil beracun ke Castro karena mengaku bahwa dirinya masih mencintainya.
Ia bertemu diktator Venezuela yang telah digulingkan, Marcos Perez Jimenez di sebuah tempat tinggal di Miami Beach, Florida, saat bekerja sebagai kurir untuk the International Anti-Communist Brigade pada Maret 1961. Marita mengaku ia memiliki anak dari Perez Jimenez.
Pada 1970-dan dan 1980-an, ia memberi kesaksian tentang pembunuhan John F Kennedy dan mengaku bahwa dirinya terlibat dengan kelompok militan anti-Kuba, Frank Sturgis dan E Howard Hunt dari CIA, serta membeberkan kebobrokan Watergate sesaat sebelum pembunuhan itu.
Ia menikah dengan manajer sebuah gedung apartemen di New York pada 1970. Keduanya bekerja untuk FBI dan memata-matai diplomat Blok Timur PBB yang tinggal di gedung.
Katya
4. Katya
Ekaterina Gerasimova adalah perempuan cantik yang bekerja sebagai model, memiliki tubuh molek, dan bermata biru. Namun, jika ia mendekati Anda di sebuah bar Moksow, Anda perlu berhati-hati. Terutama, jika Anda kerap mengkritik Kremlin.
Menurut sejumlah laporan, Ekaterina atau Katya, telah merayu puluhan kritikus terkemuka Pemerintah Rusia, menghancurkan reputasi mereka dengan merislis rekaman video mesra antara keduanya.
Seorang korban terakhir Katya, meyakini bahwa perempuan itu merupakan upaya yang dipimpin Kremlin untuk mendiskreditkan musuh-musuhnya.
"Ini bukan merupakan hiburan, rekaman itu dilakukan secara profesional, pasukan federal terlibat di dalamnya. Ini dilakukan oleh pihak berwenang untuk dua tujuan: mendiskreditkan dan memeras," ujar seorang jurnalis dan script writer untuk acara satir TV Rusia, Shenderovich.
Tak diketahui banyak tentang Ekaterina, kecuali bahwa ia terdaftar dengan agensi model Rusia. Shenderovich mengatakan, ia mengenal Katya ketika muncul di sebuah majalah.
Advertisement
La Paiva
5. La Paiva
Perempuan dengan nama asli Esther Pauline Lachmann itu merasa memiliki masa depan suram. Kekhawatirannya memuncak ketika ia menikah dengan seorang penjahit sakit-sakitan dan melahirkan anak laki-laki pada usia 17 tahun.
Ingin lepas dari 'nasib buruk' itu, ia minggat dari Rusia menuju Berlin, Wina, Istanbul, dan akhirnya ke Paris. Sendirian, tanpa bekal, tak berpengetahuan, hingga akhirnya terjebak lingkaran prostitusi.
Esther melacurkan diri di maison de passé, losmen murah dan mesum tempat para pekerja seks komersial (PSK) berkerumun, menanti pria-pria hidung belang yang datang dan pergi silih berganti. Di Prancis ia memakai nama Therese.
Pada 1841, saat berusia 22 tahun, ia pergi ke Kota Ems, Prusia, membawa koper penuh gaun malam pinjaman dan perhiasan imitasi. Misinya satu: mencari suami kaya. Meski berhasil memikat Henri Herz, keduanya berpisah saat pria kaya itu kembali ke Amerika Serikat.
Setelah perpisahan itu, Esther menuju ke London dan berhasil memikat seorang bangsawan (marquis) asal Portugis, Albino Francesco Araujo de Paiva. Namun setelah mendapat kekayaan suaminya itu, ia mencampakkannya.
Perempuan yang dikenal dengan nama La Paiva itu kembali ke dunianya yang lama, menjadi PSK. Namun kali ini ia bukan penjaja cinta biasa. Status bawaan sebagai ningrat Eropa dan pesona mistisnya menjadi modalnya menggaet pelanggan-pelanggan kaya: para aristokrat, baron, penulis terkenal, seniman, dan orang-orang berpengaruh.
Menurut laporan BBC, La Paiva pernah dituduh menjadi mata-mata Jerman pada 1871.