Liputan6.com, Bangkok - Tak ada lagi kostum berwarna pink. Warna itu adalah sebuah sugesti agar sang raja Thailand sembuh dari sakitnya. Namun, semenjak Raja Buhumibol Adulyadej wafat, negeri Gajah Putih itu menjadi terlihat suram.
Orang-orang di Thailand -- termasuk warga dan turis-- diimbau mengenakan pakaian berwarna gelap, sebagai ungkapan untuk berkabung atas kepergian sang raja. Kondisi tersebut menuai rezeki bagi para pedagang baju tersebut.
Mereka lantas mengambil keuntungan dengan menaikkan harga pakaian berwarna gelap. Sehingga terjadi kelangkaan dan dibanderol sangat mahal, padahal mereka membutuhkannya sebagai penghormatan terhadap sang raja.
Advertisement
Apalagi pemerintah Thailand telah menyatakan masa berkabung untuk Raja Bhumibol selama 1 tahun. Otomatis mereka membutuhkan banyak baju berwarna gelap untuk dikenakan setiap hari.
Sementara toko lainnya mengaku kehabisan stok pakaian berwarna gelap.
Kondisi tersebut 'melahirkan' fenomena baru, guna menyiasati keberadaan pakaian berwarna gelap dengan harga terjangkau: pakaian celup.
Dengan menggunakan media tong kaleng besar berisi cairan pewarna hitam yang mendidih, proses pencelupan pakaian dilakukan non-stop pada hari Senin di sebuah stasiun mewarnai gratis. Aksi itu didirikan di pusat Bangkok oleh perusahaan impor traktor.
Relawan bergegas untuk menuliskan nama dan informasi kontak dari antrean pengunjung yang membawa pakaian untuk diwarnai hitam.
"Beberapa orang tidak memiliki pakaian hitam atau tak banyak stoknya," kata karyawan Krung Thai Tractor, Kanokporn Tantranont yang membantu di pusat pencelupan pakaian itu.
"Jika Anda ingin membeli lebih banyak pakaian, harganya sangat tinggi," imbuh Trantranont.
Para pegawai di sana mengatakan, stasiun pencelupan itu akan tetap terbuka sampai akhir Oktober. Orang-orang juga bisa menyumbangkan pakaian lama layak pakai untuk dicat hitam.
Tak hanya orang-orang di Thailand yang diminta berpakaian hitam. Department stores pun memajang manekin berpakaian hitam-hitam, sementara yang merah, hijau atau merah muda dipindahkan atau disembunyikan.
Tapi untuk beberapa orang, menambah stok baju bukanlah pilihan.
"Beberapa toko di Bangkok juga mengambil keuntungan dari usaha pencelupan pakaian itu," kata Kamol Samutsal, sambil menunggu pakaian hitam yang baru dicelup,Â
"Harganya semahal membeli pakaian baru. Saya pikir menyediakan layanan gratis untuk umum di sini lebih baik," imbuh seorang pekerja kantor 43 tahun.
Â
Wakil Perdana Menteri Thailand, Wissanu Krea-ngam mengatakan orang tidak boleh mengkritik untuk tak memakai pakaian hitam atau putih. Alasannya, karena perasaan duka datang dari hati, bukan dari pakaian yang dikenakan.
Kematian Raja Bhumibol setelah memerintah selama 70 tahun memicu kesedihan mendalam di Thailand. Orang-orang bahkan mengkritik mereka yang tak mengikuti aturan dress code berkabung untuk mengenakan pakaian hitam atau hitam dengan putih.
Dalam masa berkabung selama setahun, pekerja pemerintah diwajibkan untuk memakai pakaian hitam.
Acara kenegaraan Thailand dimoratorium selama 30 hari, semua kantor publik dan sekolah akan memasang bendera setengah tiang selama 30 hari.