Liputan6.com, Beijing - Koruptor paling diburu oleh aparat China, Yang Xiuzhu telah kembali ke negara itu dari pelariannya selama 13 tahun ke Amerika Serikat (AS). Ini disebut sebagai kemenangan Partai Komunis dalam memburu para pelaku korupsi.
Menurut situs resmi Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin, Xiuzhu, merupakan mantan Wakil Direktur Biro Konstruksi Wenzhou di Provinsi Zhejiang. Pada April 2015 lalu, China merilis daftar 100 tersangka korupsi yang mereka targetkan dengan dilengkapi oleh red notice dari Interpol.
Baca Juga
Kebanyakan dari buronan ini tinggal di Negeri Paman Sam, Kanada, dan Australia. Dan Xiuzhu menduduki peringkat nomor wahid sebagai buronan paling dicari.
Advertisement
Seperti dilansir Reuters, Rabu (16/11/2016) perempuan itu merupakan buronan ke-37 yang kembali ke China sejauh ini. Otoritas China disebut mengenalkan kebijakan yang relevan kepada Xiuzhu. Mereka menasihatinya untuk berhenti melawan dan menyerah sehingga ia bisa mendapat keringanan hukuman.
Kakak laki-laki Xiuzhu, Yang Jinjun juga menjadi koruptor yang diburu. Ia dipulangkan ke China pada September 2015, menjadi fenomena pertama kalinya Beijing berhasil 'membawa pulang' seorang tersangka dari AS.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang mengatakan, kembalinya Xiuzhu merupakan titik penting dalam kerja sama anti-korupsi AS-China. Pihaknya pun mengucapkan terima kasih.
"Masyarakat internasional memiliki sikap yang sama, tidak memiliki toleransi terhadap korupsi," ujar Geng.
Xiuzhu diketahui meninggalkan China pada April 2003 setelah pihak berwenang mulai menyelidiki dugaan keterlibatannya dalam kasus kriminal. Ia pun lantas mencari suaka politik ke Prancis, Belanda, dan kemudian ke AS.
Pada 2014 ia ditahan pihak berwenang AS setelah mencoba masuk ke negara itu dengan menggunakan paspor palsu Belanda. Ia lantas ditahan di fasilitas detensi di New Jersey.
Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin juga menjelaskan bahwa Xiuzhu telah berinisiatif untuk menarik aplikasi suaka dan memutuskan untuk kembali ke negaranya dan menyerahkan diri. Sementara itu, hingga saat ini, baik Xiuzhu mau pun pihak keluarga atau kuasa hukum belum memberikan keterangan.
Dalam tayangannya, televisi pemerintah China menampilkan sosok Xiuzhu tengah memakai kacamata, jaket dan celana berwarna gekap ketika keluar dari pesawat American Airlines dan berjalan melintasi imigrasi. Ia dikawal dua petugas.
"Kita semua orang China, rumah kita adalah di China," ujar Xiuzhu dalam pernyataannya di televisi di mana ia juga mendesak koruptor lainnya untuk mengikuti langkahnya.
"Tolong segeralah kembali," imbuhnya.
Sebagai wujud perang terhadap korupsi, pemerintahan Presiden Xi Jinping telah meluncurkan sebuah operasi khusus yang disebut Operation Fox Hunt. Ini ditujukan untuk memburu pejabat dan eksekutif bisnis yang korup dan melarikan diri ke luar negeri dengan membawa serta aset mereka.
Operasi ini mendorong diterapkannya perjanjian ekstradisi, namun hal ini tak "didukung" oleh negara-negara Barat. Mereka tidak ingin mengirim kembali buronan ke China karena khawatir mereka akan perlakuan buruk.
Dikutip dari BBC, Xiuzhu dituduh menggelapkan dana lebih dari US$ 40 juta ketika menjabat sebagai Wakil Wali Kota Wenzhou. Tahun lalu ia pernah mengklaim dirinya tidak bersalah. Ia justru membuat pengakuan bahwa daftar buron yang dirilis pemerintah menargetkan musuh rezim yang tengah berkuasa.