Qatar hingga Paris, Seperti Ini Solidaritas Dunia untuk Aleppo

Lewat berbagai cara, masyarakat internasional menunjukkan kepeduliannya atas perang sipil yang bergejolak di Suriah, khususnya di Aleppo.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Des 2016, 14:38 WIB
Diterbitkan 16 Des 2016, 14:38 WIB
20161214-Paris Padamkan Menara Eiffel Sebagai Solidaritas untuk Aleppo-Prancis
Pemandangan lampu gemerlap di Menara Eiffel, Paris yang dipadamkan untuk sementara waktu, Rabu (14/12). Pemadaman dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap Kota Aleppo di Suriah yang kini berada di bawah pengepungan. (AFP PHOTO/PHILIPPE LOPEZ)

Liputan6.com, Aleppo - Perang sipil di Suriah memasuki babak baru seiring dengan jatuhnya Kota Aleppo ke tangan rezim Presiden Bashar al-Assad yang didukung oleh sekutu dekatnya, Rusia. Saat ini proses evakuasi warga pun tengah berlangsung.

Kepala delegasi Palang Merah Internasional (ICRC) di Suriah, Marianne Gasser mengatakan, setidaknya 3.000 warga dan lebih dari 40 korban luka termasuk di antaranya anak-anak telah dievakuasi. Menurutnya proses evakuasi membutuhkan waktu berhari-hari.

Aleppo, kota kedua terbesar di Suriah sekaligus pusat ekonomi strategis tersebut menyedot perhatian dunia belakangan ini menyusul semakin intensnya pertempuran antara oposisi dan pasukan pendukung rezim al-Assad. Banyak kisah sedih bergulir dari medan perang ini, di antaranya tentang bocah Bana al-abed atau seorang pria bernama Anas al-Basha.

Bana adalah anak perempuan berusia 7 tahun asal Aleppo yang aktif di media sosial Twitter. Ia rajin menuliskan situasi yang tengah dihadapinya, berharap suaranya didengar dunia.

"Menggambar bersama adik-adik sebelum pesawat tempur datang. Kami butuh ketenangan untuk menggambar," demikian salah satu cuitan Bana lengkap dengan sebuah foto di mana ia terlihat tengah bersama kedua adik laki-lakinya.

Bana Alabed

Sementara kisah al-Basha tak kalah pilunya. Pemuda berusia 24 tahun itu adalah Direktur Space for Hope, sebuah LSM lokal yang melayani warga sipil di area konflik yang berkepanjangan. Namun sering ia menghibur anak-anak korban perang dengan menjadi badut.

Al-Basha yang malang dilaporkan tewas dalam sebuah serangan udara di Mashhad, Aleppo. Tak ada lagi badut pelipur lara anak-anak itu.

Apakah masyarakat internasional berdiam diri? Tidak. Namun bantuan yang dapat diberikan warga sipil dunia sangat terbatas. Hal sederhana yang mereka lakukan adalah menggalang dana melalui berbagai cara atau melakukan aksi protes.

Di lain sisi, tak sedikit aktor negara yang ikut menunjukkan solidaritasnya. Sebut saja Qatar yang memutuskan membatalkan perayaan hari nasionalnya pada 18 Desember.

Qatar selalu memiliki perayaan hari nasional yang spektakuler dengan parade dan pesta kembang api. "Keputusan telah dibuat sebagai wujud solidaritas terhadap warga Aleppo, mereka yang mengalami penindasan dan penyiksaan, pemindahan dan genosida," kata Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani seperti dikutip dari BBC, Jumat (16/12/2016).

Di Paris, Menara Eiffel yang biasanya gemerlap oleh cahaya lampu sempat gelap. Lampu sengaja dimatikan untuk mengingatkan masyarakat internasional bahwa perlunya tindakan segera di Aleppo timur.

Di Istanbul, ratusan orang turun ke jalan menyalahkan Iran yang merupakan sekutu Presiden al-Assad. Mereka menilai, Negeri Para Mullah itu mendalangi kegagalan kesepakatan gencatan senjata.

Seorang perempuan menggelar aksi protes damai di Bosnia sebagai solidaritas atas penderitaan warga Aleppo (Reuters)

Kota-kota lainnya di dunia, mulai dari London, Sarajevo, dan Amman, orang-orang berunjuk rasa mengungkapkan kemarahan mereka atas tragedi kemanusiaan di Aleppo. Beberapa bahkan membakar gambar Presiden Rusia, Vladimir Putin, geram atas peran negara itu yang juga mendukung rezim Suriah.

Di Suriah sendiri, negara yang lima tahun terakhir terkoyak akibat perang saudara, orang-orang berkumpul, menyalakan lilin, melaksanakan protes damai. Aksi ini terjadi di Kota Douma, di dekat Damaskus.

Kepedulian pun ditunjukkan seorang guru di Illinois, Amerika Serikat, Marc Nelson. Ia mengekspresikannya melalui karya seni, menggambar ilustrasi kekejaman perang.

"Murid-muridku dan aku ingin Anda semua tahu bahwa kami berduka untuk #Aleppo. Kami akan selalu memberikan suara kami kepada Anda. #StandWithAleppo," tulis Nelson di media sosial Instagram.

Ada pula supermodel asal Brasil, Adriana Lima yang memosting foto wilayah Aleppo timur.

"Hatiku terluka untuk Aleppo. Dengar, Anda semua dicintai dan kami meningkatkan kepedulian kami sehingga Anda semua tidak dilupakan. Semua orang: tolong lanjutkan pesan tentang situasi tragis ini," tulis Lima di Instagram.

Sementara sebagian lainnya mewujudkan solidaritas dengan cara berbeda. Melalui pengumpulan donasi mereka berharap dapat meringankan penderitaan warga Aleppo.

Tanya Burr, selebritas di sebuah situs pemutar video mendesak agar banyak orang menyumbangkan dana ke badan pengungsi PBB (UNHCR). Ada pula pembawa acara televisi populer AS, Ellen DeGeneres yang mengekspresikannya dengan jalan serupa.

"Menonton berita dari #Aleppo, aku merasa tak berdaya. Jika kamu merasakan hal yang sama, kamu dapat mendukung Doctors without Borders (Dokter Lintas Batas)," cuit DeGeneres.

Sejumlah dukungan melalui petisi pun semakin meningkat belakangan. Salah satunya yang digagas oleh Hamza Al Khatib, seorang dokter yang masih bekerja di Aleppo timur.

Petisinya telah mencapai lebih dari 500.000 tanda tangan dan terus meningkat pesat belakangan. Salah satu yang berpartisipasi adalah aktris Inggris, Samantha Morton.

Petisi ini menyerukan bantuan dan evakuasi yang aman bagi warga Aleppo khususnya. Kelak, petisi ini akan diserahkan kepada Perdana Menteri Inggris, Theresa May, Kanselir Jerman, Angela Merkel, dan Presiden AS, Barack Obama.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya