Badut yang Dicintai Anak-Anak Aleppo Tewas dalam Serangan Udara

Anas adalah direktur di Space for Hope, LSM lokal yang memberikan layanan bagi warga sipil di area konflik berkepanjangan.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 03 Des 2016, 15:00 WIB
Diterbitkan 03 Des 2016, 15:00 WIB
Badut yang Dicintai Anak-anak Aleppo Tewas dalam Serangan Udara
Badut yang Dicintai Anak-anak Aleppo Tewas dalam Serangan Udara (AMC/CNN)

Liputan6.com, Aleppo - Nestapa anak-anak Aleppo terlupakan sejenak kala seorang pria dengan topi kue ulang tahun dan bermuka putih serta pipi merah menghibur mereka dalam perayaan Idul Fitri yang langka di tengah horor perang Suriah.

Bocah-bocah itu riang dan gembira bisa berdansa dengan badut berdasi oranye. Sebuah rekaman pada Juli 2015 oleh Aleppo Media Center membuktikan kegembiraan itu.

Sosok yang dicintai anak-anak itu adalah Anas al-Basha. Usianya masih muda, yakni 24 tahun. Namun, kini pria yang mampu membawa kebahagiaan bocah-bocah Aleppo harus menghadapi takdirnya yang tragis: tewas dihujani misil dari serangan udara di Kota Mashhad.

Kematiannya diungkap oleh saudara laki-laki Anas, Mahmoud al-Basha, kepada CNN yang dikutip Liputan6.com pada Sabtu (3/12/2016).

Anas adalah direktur di Space for Hope, LSM lokal yang memberikan layanan bagi warga sipil di area yang terdampak akibat konflik berpanjangan.

"Kami mencoba menghibur anak-anak dengan permen, mainan, untuk mengembalikan senyum mereka yang hilang," kata Zein al-Malazi, teman almarhum.

Kematian Anas begitu mengguncang mereka. Zein mengunggah kesedihannya di Facebook, "untuk jiwa yang damai sahabat kami, Anas al-Basha... dirimu akan selalu di hati kami."

Sang kakak, Mahmoud, mengatakan adiknya menolak meninggalkan Aleppo. Ia memutuskan untuk tinggal dan menghibur anak-anak.

"Ia memutuskan untuk tetap bersama anak-anak. Tahun ini ia dan organisasinya berencana membangun sekolah bawah tanah," kata Mahmoud.

Terakhir kali, ia mengontak sang adik tiga hari sebelum tewas. Anas mengirim rekaman suaranya menjelaskan betapa bahayanya Kota Aleppo.

"Aku bisa mendengar suara gemuruh mesin jet dan ledakan. Tapi aku hanya bisa mengatakan, 'semoga beruntung' dengannya," kenang Mahmoud.

Anas tengah kuliah sejarah di Universitas Alepo ketika kelompok anti-pemerintah mulai bergerak melawan rezim Bashar al-Assad yang menciptakan perang sipil lima tahun lalu.

Ia meninggalkan sekolah dan mulai bekerja di organisasi sosial.

Di Facebooknya, sang kakak, Mahmoud, menulis, "Anas bukan teroris!"

"Aku memutuskan menulis itu karena Rusia dan rezim Assad mengatakan tiap hari mereka menyerang teroris di Aleppo. Memangnya siapa yang mati di Suriah? Anak-anak, warga sipil, perempuan dan orang semacam adikku..."

UNICEF mengatakan lebih dari 100 ribu anak-anak tinggal di kota yang tengah dikepung rezim pemerintah Suriah. Menurut lembaga organisasi itu, para sukarelawan membangun taman bermain di bawah tanah bagi anak-anak agar mereka bisa melanjutkan bermain dan belajar di tengah peperangan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya