Ceraikan Suami dan Kawin Lagi, Perempuan Ini Dibunuh Taliban

Perceraian dianggap hal tabu di Afghanistan, terutama bagi perempuan.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 20 Des 2016, 17:54 WIB
Diterbitkan 20 Des 2016, 17:54 WIB
Peta Afghanistan. (BBC)
Peta Afghanistan. (BBC)

Liputan6.com, Badghis - Militan Taliban di Afghanistan dilaporkan menembak mati seorang wanita yang bercerai dengan suaminya dan menikah lagi. Pembunuhan itu terjadi di provinsi Badghis di bagian barat laut negara itu.

Ada beberapa laporan bahwa suami wanita itu telah melegalkan perpisahan itu dari luar negeri. Tapi ketika ia kembali ke Afghanistan, ia mengajukan petisi ke pengadilan Taliban terhadap pernikahannya.

Namun kelompok Taliban menyangkal melaksanakan pembunuhan itu.

"Penyebab pembunuhan itu adalah perseteruan keluarga," ujar Juru bicara Taliban Qari Yusuf Ahmadi mengatakan kepada BBC yang dikutip Selasa (20/12/2016). 

Ahmadi menuturkan, Taliban telah menahan dua orang yang terlibat dalam kasus tersebut. Pihaknya pun berjanji untuk "menghukum mereka sesuai dengan hukum Syariah".

Perceraian dianggap hal tabu di Afghanistan, terutama bagi perempuan.

Pihak berwenang mengatakan militan memaksa wanita yang namanya disebutkan sebagai Aziza untuk pergi ke rumah ayahnya, di mana mereka mengeksekusi mati dengan cara menembaknya.

Politisi lokal Naser Nazari mengatakan, wanita berusia sekitar 25 tahun itu tewas pada hari Sabtu 17 Desember lalu.

"Mantan suaminya mengutus salah satu kerabatnya di sini untuk menceraikan Aziza," kata Nazari kepada kantor berita Pajhwok.

Laman tersebut melaporkan bahwa Aziza kemudian menikah dengan pria lain. Ketika suaminya kembali dari bekerja di Iran, ia membantah menceraikannya dan pergi ke militan itu.

Ada laporan berkala dari Taliban yang kerap menjadikan perempuan sebagai target pembunuhan di daerah yang mereka kuasai, setelah menuduh mereka perzinahan atau dugaan pelanggaran lainnya.

Mereka melakukan pembunuhan perempuan di depan publik - biasanya atas dugaan perzinahan - di stadion utama di ibukota, Kabul, ketika mereka berkuasa di negara itu pada 1990-an.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya