Liputan6.com, Pyongyang - Kabar mencemaskan dari Korea Utara mengawali tahun 2017. Sang pemimpin, Kim Jong-un mengatakan, negaranya akan segera melakukan uji coba rudal balistik antarbenua -- yang bisa membawa hulu ledak nuklir.
"Riset dan pengembangan senjata berteknologi mutakhir, secara aktif mengembangkan dan memperkuat kemampuan pertahanan kita, termasuk tahap terakhir persiapan uji coba peluncuran roket Rudal Balistik yang berhasil secara terus-menerus," kata Kim Jong-un dalam pernyataannya yang disiarkan televisi saat tahun baru, seperti dikutip dari CNN, Minggu (1/1/2017).
Pidato tersebut juga disisipi retorika anti-Barat. Kim menyebut Korut sebagai, 'kekuatan nuklir dan militer di timur' di mana hanya musuh yang tangguh yang berani mendekat.
Advertisement
Baca Juga
"Kecuali Amerika Serikat dan sekutunya menghentikan ancaman nuklir, fitnah, dan latihan perang yang dilakukan di depan hidung kita dengan dalih latihan tahunan, DPRK akan terus meningkatkan kemampuan militernya untuk pertahanan diri dan kapasitas menyerang preemptive yang menekankan pada kekuatan nuklir," tambah Kim Jong-un, seperti dikabarkan kantor berita Korut KCNA.
Kali ini, ada alasan untuk menganggap ancaman Kim Jong-un sebagai hal yang serius dibandingkan pada masa lalu.
Pada 2016, Korut memperkuat retorikanya yang berapi-api dengan dua tes nuklir.
Yang terakhir dilakukan pada September 2016. Militer Korea Selatan mengatakan, dampaknya menunjukkan hasil dari peledak berkekuatan sekitar 10 kilo ton, cukup untuk membuatnya sebagai 'uji coba nuklir terkuat yang pernah dilakukan Korut'.
Ahli lain mengatakan, indikasi awal menunjukkan kekuatannya sebesar 20 kilo ton atau lebih.
Sebagai perbandingan, bom atom yang dijatuhkan oleh AS di Hiroshima, Jepang pada tahun 1945 memiliki kekuatan peledak sekitar 15 kilo ton.
Sebelumnya Pyongyang baru melakukan tiga uji coba senjata pemusnah massal itu, di samping beberapa uji rudal yang diluncurkan dari darat dan laut.
"Mengombinasikan hulu ledak nuklir dengan teknologi rudal balistik di tangan seorang pemimpin yang kerap berubah pendirian seperti Kim Jong-un adalah faktor pemicu bencana," kata Laksamana Harry Harris, kepala Komando Pasifik AS dalam pidatonya pada Desember 2016.
Meskipun Pyongyang menunjukkan kemajuan dalam pengembangan hulu ledak, namun, menurut Bruce Bennett, analis pertahanan lembaga think tank Rand Corporation, teknologi rudal dan roket yang dimiliki Korut belum mampu mengirimkan nuklir.
Namun, Kim Jong-un bertekad mengembangkan senjata nuklir pada akhir 2017 'bagaimanapun caranya' --demikian menurut pejabat tinggi Korut yang membelot.
"Setelah kongres partai yang berkuasa pada Mei 2016, Kim Jong-un membuat sebuah kebijakan partai untuk menyelesaikan pengembangan nuklir dalam waktu secepat mungkin," Thae Yong-ho, mantan orang nomor dua di Kedubes Korea Utara di London, seperti dikutip kantor berita Yonhap
Thae menambahkan, Kim Jong-un dan Korea Utara bertaruh bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat tidak akan mampu mencegah ambisi nuklirnya. Kedua negara sedang sibuk menyelesaikan kisruh politik di dalam negeri.