Liputan6.com, Pyongyang - Diktator Korea Utara, Kim Jong-un, ingin umat Kristiani di negaranya merayakan ulang tahun neneknya, Kim Jong-suk, dan bukannya merasakan keceriaan Natal.
Jong-suk yang lahir pada malam Natal 1919 merupakan istri gerilyawan anti-Jepang, aktivis komunis, dan diktator pertama Korea Utara, Kim Il-sung, dan ibu dari ayah Kim Jong-un, Kim Jong-il.
Banyak warga Korut yang memberi penghormatan kepada "Ibu Revolusi" yang meninggal secara misterius pada 1949 itu dengan berziarah ke makamnya.
Advertisement
Dikutip dari news.com.au, Selasa (27/12/2016), diktator berusia 32 tahun tersebut sangat terobsesi untuk melarang perayaan Natal.
Pada 2014, Kim Jong-un bahkan menunjukkan kegeramannya ketika mengetahui Korea Selatan berencana memasang pohon Natal berukuran besar di perbatasan negara. Di tengah ancaman dilakukannya perang, pohon tersebut tak jadi didirikan.
Meski sempat menunjukkan kebenciannya terhadap pohon Natal, saat ini sejumlah pohon tersebut dapat ditemukan di Pyongyang, terutama di toko-toko dan restoran kelas atas. Namun tetap dengan tak menyertakan simbol-simbol agama.
Dahulu terdapat lebih banyak umat Kristiani di Pyongyang dibanding dengan kota-kota lain di Korut. Semuanya berubah pada awal 1950-an, ketika pemerintah menekan seluruh aktivitas mereka.
Kelompok hak asasi manusia memperkirakan terdapat 50.000 hingga 70.000 umat Kristiani yang dikurung di penjara Korea Utara, yang kerap dibandingkan dengan kamp-kamp konsentrasi.