Liputan6.com, New York - Bangsa Yunani Kuno dikenal memiliki sejumlah filsuf terkemuka. Mereka juga menjadi cikal bakal demokrasi, dan dianggap bangsa paling beradab di masa lalu.
Tapi, dalam kehidupan sehari-hari, tidak semuanya secemerlang itu. Sejumlah kebiasaan mereka bahkan tergolong kurang higienis, bahkan luar biasa jorok, menurut standar masa kini.
Advertisement
Baca Juga
Mulai dari mencicipi kotoran telinga, hingga penggunaan tinja buaya sebagai krim kulit, seperti dikutip dari Listverse.com pada Rabu (4/1/2017), berikut ini adalah 5 praktik paling jorok pada masa Yunani Kuno:
1. Tabib Mencicipi Kotoran Telinga
Ketika orang mengunjungi seorang tabib pada masa kuno, jangan heran kalau ia memeriksa ke telinga dan mencoba mengeluarkan butiran minyak telinga.
Begitulah cara tabib pada masa itu melakukan diagnosis, yaitu dengan mencicipi cairan tubuh, walaupun tentu saja tabib itu juga memiliki sejumlah cara diagnosis lain tergantung gejala-gejala penyakit pasien.
Semua itu dimulai oleh Hipokrates, pria yang mencetuskan sumpah Hipokrates di kalangan dokter. Ia berpendapat bahwa tubuh manusia adalah kumpulan cairan-cairan dan tiap cairan tubuh memiliki rasa tertentu.
Para tabib diajari untuk menggunakan rasa cairan tubuh untuk mengetahui seandainya ada yang tidak beres.
Menurut cara pengobatan Hipokrates, urine harus terasa seperti jus buah ara. Jadi, kalau seorang mencicipinya dan urine terasa kurang tajam, bisa saja itu adalah pertanda ada yang tak beres.
Advertisement
2. Membersihkan Tinja dengan Batu
Kertas toilet belum masuk ke Eropa sebelum Abad ke-16. Sebelum itu, ada saja cara-cara orang membersihkan tinja seusai buang air besar.
Seperti halnya bangsa Romawi Kuno, ada sebagian warga Yunani Kuno yang membersihkan diri menggunakan spons yang dipasang di ujung tongkat. Tapi yang lebih lazim lagi adalah membersihkan tinja menggunakan batu. Mereka menyimpan beberapa butir di tempat BAB dan menggosok batu-batu itu untuk membersihkan diri.
Bangsa Yunani bahkan memiliki pepatah tentang kebiasaan di kamar mandi itu, "Tiga batu sudah cukup untuk menyeka."
Kadang-kadang mereka memecahkan jambangan keramik dan menggosok bersih BAB menggunakan pecahan tersebut. Tidak mengeherankan kalau wasir menjadi masalah besar pada masa itu.
3. Berjualan Daki Atlet
Sebelum bertanding, para atlet Yunani Kuno membuka seluruh pakaian mereka dan melumuri diri dengan minyak karena cara mereka bertanding.
Baik berlari ataupun bergulat, para atlet Yunani Kuno melakukannya sambil telanjang. Mereka pun bersalut debu dan kotoran.
Setelahnya, para atlet mengelupas campuran keringat, kotoran, dan kulit mati dari tubuh mereka. Terkesan menjijikan untuk ditonton, tapi lebih mengerikan lagi bagi para pekerja yang menolong atlet.
Sekelompok budak pun ditugaskan untuk menjadi pengumpul daki. Mereka berlarian ke sana ke mari untuk mengumpulkannya.
Daki-daki dan keringat itu kemudian dimasukkan dalam botol untuk kemudian dijual sebagai obat.
Untuk apa?
Para pembeli melumuri keringat para atlet pada kulit mereka. Mereka percaya bahwa obat itu bisa meredakan perih dan nyeri -- walaupun tentunya tidak mujarab.
Advertisement
4. Obat Menjijikan untuk Kaum Hawa
Bangsa Yunani meyakini bahwa kaum wanita secara khusus rentan terhadap zat-zat pencemar.
Menurut bangsa itu, hal-hal menjijikan berdampak kepada kaum wanita secara berbeda dibandingkan dengan dampaknya pada kaum pria.
Ketika melakukan pengobatan kepada kaum wanita, bangsa Yunani Kuno berpendapat bahwa tidak ada cara lain kecuali menggunakan benda menjijikan. Seorang wanita yang mengeluarkan darah menstruasi, misalnya, diberi minuman tinja keledai yang dibakar dan dicampur dengan wine.
Kalau seorang wanita mengalami keguguran kehamilan, mereka menempelkan tinja sapi.
Hal ini mengacu kepada kepercayaan lain yang juga aneh, yaitu bahwa rahim wanita dapat berpindah-pindah sekujur tubuhnya. Mereka berharap agar rahim wanita merasa jijik dengan bau tinja sapi sehingga bergeser.
5. Salep dari Tinja Buaya
Buaya lebih terasa hadir dalam kehidupan masyarakat Yunani Kuno dibandingkan dengan kehidupan kita sekarang ini, bahkan termasuk dalam urusan pengobatan.
Sebagai contoh, salah satu nasihat kedokteran memberikan peringatan kepada korban gigitan buaya.
Jika buaya itu mengikuti pasien ke rumahnya setelah menggigit dan mengencingi luka gigitan pada tubuh pasien, maka pasien itu akan mati. Sepertinya kejadian ini cukup sering sehingga ada tulisan khusus yang membahas soal itu.
Tapi, buaya bukan sekedar ancaman, melainkan bagian dari pengobatan juga. Bangsa Romawi Kuno menganjurkan penyembuhan luka sekitar mata dengan mengoleskan tinja buaya pada luka.
Dokumen kedokteran Yunani Kuno berbunyi, "Tumbuk halus tinja buaya dan campur dengan air, lalu oleskan."
Advertisement