Pengakuan Korban Pelecehan Seksual Massal di India

Seorang perempuan membeberkan apa yang dialaminya saat terjadi pelecehan seksual massal di India.

oleh Citra Dewi diperbarui 04 Jan 2017, 18:40 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2017, 18:40 WIB
Ilustrasi pelecehan seksual
Ilustrasi (Reuters)

Liputan6.com, Bangalore - Polisi di India mengaku memiliki bukti meyakinkan dalam kasus pelecehan seksual massal yang terjadi saat Malam Tahun Baru di Bangalore.

Sejumlah perempuan mengatakan, mereka dilecehkan oleh sekumpulan laki-laki. Meski demikian, polisi mengatakan pihaknya belum menerima laporan resmi dari korban.

Seorang perempuan, sebut saja namanya Pooja, berada di tempat kejadian. Profesional pemasaran tersebut pun menceritakan hal yang menimpa dirinya pada saat itu.

Kejadian itu berawal ketika ia memutuskan pergi ke sebuah bar di Mahatma Gandhi Road. Sekitar pukul 23.30, dirinya pergi keluar untuk menelepon dan melihat sekelilingnya sepi dan tenang.

Pada 00.30, seorang teman yang menjemputnya menelepon dan mengatakan bahwa polisi telah menaruh barikade dan ia memarkir sepeda motornya di Bioskop Shankar Nag. Pooja pun meninggalkan bar dan berjalan di meuju arah Brigade Road.

Ketika di perjalanan, ia melihat orang-orang bergegas berjalan. Ia sama sekalitak menyangka pelecehan seksual akan menimpa dirinya. Orang-orang mendorong, menyentuh, dan merabanya. Hal itu terjadi sepanjang di jalan.

Wanita yang mengaku menjadi korban pelecehan massal. (Bangalore Mirror)

Bukan hanya Pooja, beberapa perempuan lain pun mengalami hal serupa.

"Tiba-tiba seseorang mendorongku dan aku terjatuh. Tak ada seorang pun yang menolongku. Lalu ada sekelompok perempuan yang membantuku bangun. Teman-teman mereka telah membuat sebuah lingkaran sehingga mereka dapat berjalan dengan aman," ungkap Pooja seperti dikutip dari BBC, Rabu (4/1/2017).

"Bahkan ketika kami berjalan, ada laki-laki yang mencoba menyentuh di sana dan sini," imbuh dia.

Tidak ada satu wajah pun yang diingat atau kenal oleh Pooja. Terlalu banyak orang yang melakukan hal itu sehingga ia tak bisa menunjuk siapa saja yang telah melakukan pelecehan terhadapnya.

"Aku merasa tak berdaya. Meski aku memiliki tangan dan kaki -- ingin rasanya mencaci dan menampar mereka -- tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak tahu siapa yang menyentuh dan meraba-rabaku," ujar Pooja.

"Ketika aku tiba dan berkata kepada teman-temanku, mereka bertanya kepadaku, 'siapa orang-orangnya? Apakah mereka dari daerah kumuh?' Aku tak punya jawaban," imbuh dia saat menanggapi pelecehan sekual yang dialaminya.

Pelecehan di Bar Mahal

Tak hanya di jalanan, pelecehan juga terjadi di bar. Ia membayar 6.000-7.000 rupee (sekitar Rp 1,18 hingga Rp 1,38 juta) sebagai biaya masuk untuk merayakan Tahun Baru.

Dengan biaya yang dapat dibilang mahal, Pooja tak menyangka tamu-tamu yang mampu masuk ke sana melakukan tindakan yang melecehkan kaum hawa. 

"Mereka bukan dari kalangan yang buta huruf atau tak berpendidikan. Mereka tidak tahu tahu atau tak peduli akibatnya terhadap hidup perempuan. Bagi korban, dampak dari kejadian itu kekal," ujar Pooja.

Soal pernyataan polisi yang belum mengaku belum menerima pengaduan korban, Pooja punya alasan. 

"Siapa nama yang kutulis di surat pengaduan? Aku tak tahu wajah atau nama. Bahkan jika aku pergi ke polisi, mereka akan menanyakan target pelaporan," tambah dia.

Menurut penuturannya, polisi pun kalah jumlah pada saat kejadian. Dengan kondisi seperti itu, tidak memungkinkan aparat untuk mengawasi setiap orang.

Insiden pelecehan seksual massal menjadi isu besar di India dalam kurun waktu tiga hari. Namun hingga kini belum ada tindakan yang dilakukan.

"Ya, aku pernah berada di situasi semacam itu sebelumnya. Aku dipukul dan ditampar dan mengadu ke pihak berwenang terdekat," kata Pooja. 

Sudah tiga tahu ia berada di Bangalore. "Aku pikir itu merupakan kota yang aman," kata dia. Hingga akhirnya pelecehan seksual menimpa dirinya.

Perempuan itu mengatakan, kejadian pelecehan seksual massal yang menimpanya adalah hal yang tak terduga. Ia menduga, pada tahun-tahun sebelumnya, kejadian serupa pernah terjadi. 

"Dibanding berpura-pura tak terjadi apa-apa, pihak berwenang harusnya berupaya untuk mencegah kejadian ini," tutur Pooja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya