Ternyata, Tingkat Kebahagiaan Seseorang Berkaitan dengan Genetik

Menurut penelitian terbaru, terdapat 20 titik pada genom yang terkait dengan kebahagiaan seseorang.

oleh Citra Dewi diperbarui 13 Feb 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2017, 18:00 WIB
ilustrasi bahagia
foto: pixabay

Liputan6.com, Amsterdam - Menurut penelitian terbaru, tingkat kebahagiaan manusia berhubungan dengan genetik mereka. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang ilmuwan Vrije Universiteit Amsterdam, Meike Bartels.

Dalam penelitian awal, Bartels dan kelompok peneliti lain meneliti DNA lebih dari 300.000 ribu orang untuk mengukur tingkat kebahagiaan.

Melihat dari genom manusia yang mengandung materi genetik penentu suatu organisme, studi tersebut menemukan hubungan antara gen dengan perasaan.

Dikutip dari Asia One, Senin (13/2/2017), ketika studi tersebut pertama kali dipublikasikan, Bartles mengatakan bahwa terdapat dua titik genom manusia yang berkaitan dengan kebahagiaan manusia.

Seiring dengan bertambahnya sampel, Bartels mengungkapkan bahwa peneliti menemukan 20 titik pada genom yang terkait dengan kebahagiaan.

Meski gen berkaitan dengan tingkat kebahagiaan, Bartels mengatakan bahwa faktor eksternal benar-benar dapat mempengaruhi bagaimana gen-gen tersebut menunjukkan dirinya.

Saat ini Bartels berfokus untuk mengungkap sejauh mana dinamika tersebut.

"Tujuan utama saya adalah untuk mendapatkan suatu pemahaman lebih tentang lingkungan. Kita berpikir bahwa kita banyak tahu tentang lingkungan, tapi kenyataannya tidak," ujar Bartels kepada CNBC.

Lalu, dengan diketahuinya lokasi untuk membuat seseorang lebih bahagia, mengapa kita tak merubah gennya?

Atas pertanyaan tersebut, Bartels menjawab bahwa hal itu nyaris tak bisa dilakukan. Menurutnya, akan ada ribuan pasang jenis gen yang berkaitan dengan kebahagiaan, sehingga mengubah DNA akan jadi hal yang terlalu rumit.

Sementara itu, mempelajari tentang genetika kebahagiaan dan bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi hal tersebut, bisa menjadi kunci kesehatan dan pendidikan lebih baik yang disesuaikan untuk setiap individu di dunia.

"Saya rasa ketika kita menyadari bahwa secara genetik orang-orang berbeda, kita dapat mulai menyesuaikan lebih dari apa yang kita lakukan sekarang," ujar Bartels.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya