Liputan6.com, Jakarta - Kembang gula, apel celup karamel, permen karet, puding, manisan -- kudapan yang menyenangkan itu bisa saja berbahaya. Tak hanya bagi kesehatan, salah-salah, nyawa manusia bisa melayang karenanya.
Sejarah mencatat, sejumlah kematian mengerikan dan mengejutkan yang menimpa manusia bisa ditelusuri terkait kudapan manis itu.
Misalnya saja Candyman Murders yang terjadi pada 1974. Pelakunya Dean Arnold Corll dikenal sebagai pria yang murah hati.
Advertisement
Ia kerap membagikan permen gratis pada anak-anak di sekitarnya. Itu mengapa ia dijuluki 'Candy Man'. Kebetulan lainnta, keluarganya adalah pemilik pabrik permen di Houston Heights.
Siapa sangka, ia adalah pembunuh berantai. Bersama dua sekutu jahatnya, David Brooks dan Elmer Wayne Henley, Jr, Corll menculik, menyiksa 28 bocah laki-laki yang masuk perangkap mereka.
Tak hanya itu, sejarah mencatat, dalam sejumlah kesempatan, makanan manis juga bisa menjadi perantara maut bagi banyak orang.
Seperti dikutip sebagian dari situs Listverse, berikut 7 gula-gula dan manisan yang berujung maut:
1. Manisan Perenggut 30 Nyawa
Pada tahun 2016, di Provinsi Punjab, Pakistan, sebuah keluarga menyambut suka cita kelahiran bayi laki-laki yang sehat di rumah mereka.
Ayah yang berbahagia kemudian pergi ke toko camilan tradisional, membeli banyak manisan laddu (ladoo) aneka rasa.
Rasa laddu yang disajikan itu sedikit beda dari biasanya. Namun tak ada yang curiga. Tuan rumah dan para tamu terus mengunyah kudapan manis berbentuk bola kecil, yang dibuat dari campuran tepung dan gula tersebut.
Hingga akhirnya, satu per satu mengeluh meriang, badan mereka kejang, dan maut kemudian memisahkan nyawa dari raga. Setidaknya 30 orang tewas gara-gara laddu yang ternyata beracun itu.
Total ada 70 orang yang terdampak, baik sakit maupun meninggal dunia, dewasa maupun anak-anak. Di antaranya adalah 11 anggota keluarga penyelenggara pesta -- yang membeli laddu itu.
Kasus tersebut kini masih diselidiki Kepolisian Pakistan. Polisi mengatakan, adik pemilik toko manisan mengaku mencampurkan pestisida ke dalam manisan.
Pemuda 18 tahun yang tak disebut namanya itu adalah adik pemilik toko, Tariq Mahmood. Perbuatannya itu diduga dilatarbelakangi sengketa keluarga.
"Ia mengaku kakaknya sering memukuli dan menjadikannya bulan- bulanan," kata Ramiz Bokhari, pejabat Kepolisian Punjab, seperti dikutip dari BBC.
Kepada polisi, tersangka mengatakan, perbuatannya itu dilakukan di tengah kemarahan yang menggelegak dan keinginan untuk balas dendam.
Namun, yang aneh, ia bukan satu-satunya yang mengaku bertanggung jawab. Dua orang lainnya juga mengutarakan klaim
senada.
Sebelumnya, pemilik toko pestisida mengaku meracuni laddu tersebut, dilatarbelakangi konflik dengan pemilik toko manisan.
Sementara, pekerja toko manisan mengaku tak sengaja mencampurkan pestisida dalam adonan. Saat itu, toko pestisida yang ada di dekatnya sedang direnovasi.
Pemilik toko pestisida menitipkan sejumlah barang dagangannya, dan diduga sebagian material racun tercampur dalam adonan kue.
Duduk perkara kasus tersebut tak kunjung jelas, kritik bahkan dilayangkan pada aparat yang kerap menggunakan paksaan untuk mengorek keterangan tersangka.
Apapun, bayi dalam kasus ini kehilangan ayah, enam paman, dan satu bibinya -- hanya hitungan jam setelah ia terlahir ke dunia.
Advertisement
2. Horor 'Trick or Treat'
Mallam Halloween 1974 di sebuah pemukiman yang relatif tenang di Pasadena Amerika Serikat.
Kala itu, Ronald Clark O'Bryan (30), istri, dan dua anak mereka, Timothy and Elizabeth menikmati makan malam bersama sahabat mereka, keluarga Bates.
Setelah makan malam, anak-anak cepat-cepat keluar. Berbekal kostum, ember permen, dan dikawal para ayah, mereka berkeliling ke rumah-rumah para tetangga, meminta permen atau cokelat sambil berkata "Trick or treat!".
Setelah anak-anaknya gagal mendapatkan permen dari sebuah rumah kosong, Jim Bates mengantar anak-anak kembali ke trotoar untuk mencari target baru.
O'Brian yang sebelumnya tak terlihat, tiba-tiba muncul membawa Pixy Stix. Mata anak-anak langsung lebar melihat permen sepanjang 55,8 cm itu.
O'Brian mengatakan, salah satu tetangga kaya akhirnya rela membagikan permen mahal untuk para bocah.
Setelahnya, putra O'Brian, Timothy (8) mengeluhkan sakit perut. Sebelum malam berakhir, bocah laki-laki kecil itu sakit keras dan muntah-muntah. Pagi harinya, ia meninggal dunia.
Sebagai ayah O'Brian terlihat terpukul dan hancur akibat kematian putranya. Namun, otopsi terhadap jasad Timothy justru menguak kebejatannya.
Dalam tubuh bocah itu ditemukan level sianida yang cukup untuk membunuh tiga orang dewasa.
Polisi pun menggelar penyelidikan yang kemudian menemukan Pixy Stix yang mengandung racun.
Tak butuh waktu lama bagi aparat menguak siapa sesungguhnya sang pembunuh.
Tergoda klaim polis asuransi berjumlah besar, US$ 60 ribu, membuat seorang ayah tega membunuh anaknya sendiri. O'Brian berharap uang itu bisa menyelesaikan masalah keuangannya.
Para juri sepakat O'Brian bersalah melakukan pembunuhan. Eksekusi mati pun dilaksanakan pada 31 Maret 1984.
Para demonstran di luar penjara meneriakkan, "Trick or treat!" saat O'Brian menemui ajalnya.
3. Ledakan Permen Karet
Vladimir Likhonos adalah seorang mahasiswa ilmu kimia di Kiev Tech University. Pada 2009 lalu, ia sedang berada di rumahnya, ketika sebuah insiden mengerikan terjadi.
Setelah suara mirip letusan terdengar, saudaranya Rostislav cepat-cepat menuju kamar di mana Vladimir berada.
Di dalamnya, ia menyaksikan hal menerikan: Vladimir, masih bersandar di kursinya, berlumuran darah, rahang bawahnya copot, hanya sedikit yang tersisa di wajahnya yang hancur.
Seperti dikutip dari Independent, juru bicara kepolisian mengatakan, korban tak sengaja mencelupkan permen karet ke dalam bubuk peledak yang ia gunakan dalam studi.
Vladimir salah mengira permen itu sebagai asam sitrat yang sering ia gunakan untuk meningkatkan rasa asam dalam permen karetnya.
Di mejanya, polisi menemukan sekitar 100 gram diduga bahan peledak, bubuk yang menyerupai citric acid namun belum diidentifikasi jenisnya.
"Siapa saja bisa saja mencampurkannya," kata juru bicara kepolisian.
Banyak yang berpendapat, kematian mengerikan tersebut adalah kecelakaan. Vladimir tidak bunuh diri, seandainya masih hidup diyakini ia akan punya masa depan cerah sebagai ahli kimia yang antusias.
Apapun, kasus itu menegaskan, betapa rapuhnya hidup manusia: sesuatu yang kecil seperti sepotong permen karet terkontaminasi dapat dengan mudah mengakhirinya.
Advertisement
4. Apel Salut Karamel Beracun
Apel beracun tak hanya ada di dongeng Putri Salju (Snow White) tapi juga di kehidupan nyata.
Pada 6 Januari 2015, petani apel California menarik produk Granny Smith dan Gala setelah terjadi wabah Listeria monocytogenes --bakteri yang dianggap bertanggung jawab pada 1.600 korban sakit dan 260 kematian tiap tahunnya.
Di antara buah yang terkontaminasi, sejumlah apel yang tak sempat disita dan dicelup karamel -- diduga kuat penyebab kematian empat orang.
Bakteri tersebut terbukti menghadirkan ancaman paling serius pada ibu hami, bayi, dan orang yang sistem kekebalan tubuhnya rentan diserang.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention segera mengeluarkan peringatan ketika tanda-tanda kontaminasi mulai terlihat.
Anehnya, bakter Listeria idak mempengaruhi apel polos. Warga diperingatkan untuk menjauhi semua apel salut karamel dengan taburan kacang dan lainnya.
5. Puding Beracun
Julia Lynn Turner menjelma menjadi sosok mengerikan. Ia merancang plot pembunuhan cerdik untuk menghabisi suami juga pacarnya sekaligus -- anggota polisi Glenn Turner dan pemadam kebakaran Randy Thompson
Pembunuhan dilakukan dengan perantaraan puding jeli (jello) yang dibubuhi racun.
Kedua korban menemui nasib tragis yang sama. Awalnya mereka diduga menderita flu, namun 24 jam kemudian para pria malang itu dinyatakan meninggal dunia karena gagal jantung.
Otopsi menguak zat etilen glikol (ethylene glycol) -- senyawa antibeku yang tak berwarna dan tak berbau, namun rasanya manis -- di dalam tubuh korban.
Diagnosis gagal jantung langsung berubah jadi keracunan. Etilen glikol dan produk sampingnya yang beracun akan menyerang sistem saraf pusat, jantung dan ginjal serta dapat bersifat fatal jika tidak segera ditangani
Julia Lynn Turner membantah sebagai pelaku. Namun, manfaat sebesar US$ 186.000 dari asuransi yang diterimanya, membuktikan hal sebaliknya.
Turner kemudian mengakui bahwa suaminya Glenn Turner makan kerupuk dan jello tak lama sebelum ia menunjukkan gejala keracunan.
Turner akhirnya ditangkap dan dihukum, namun ia kemudian ditemukan tewas di selnya akibat bunuh diri.
Advertisement
6. Permen Arsenik
Pada 1858 terjadi insiden keracunan massal di Bradford, Yorkshire, Inggris. Sebanyak 20 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya sakit akibat permen dicampur arsenik yang dijual di sebuah pasar.
Bagaimana bisa arsenik tercampur dalam permen?
Biang keladinya adalah mahalnya harga gula saat itu. Tebu tidak bisa tumbuh di iklim Inggris, sehingga harus impor dari negara lain. Tak heran, harganya melonjak.
Karena itulah, gula kerap dicampur dengan zat-zat lain yang meningkatkan rasa manisnya -- campurannya disebut dengan 'daft'.
Permen maut itu dijual oleh William Hardaker, yang dikenal sebagai 'Humbug Billy', di tokonya di Green Market di Bradford.
Ia tak membuatnya langsung. Permen pepermint (lozenges) dibuat oleh James Appleton.
Appleton menggunakan daft yang dibeli dari toko obat Shipley. Tragisnya, karena kesalahan pihak apotek, bubuk pemanis seberat 12 pon tertukar dengan arsenik trioksida yang sama-sama berupa bubuk putih.
Kekeliruan tersebut tak disadari. Bahkan, saat permen-permen itu sudah jadi, hasilnya tak berbeda dengan biasanya.
Permen tang dibuat oleh James Appleton dibuat dari 40 pon gula, 12 pon arsenik trioksida, 4 pon gum, dan minyak peppermint.
Insiden tersebut memicu Pemerintah Inggris mengeluarkan sejumlah UU tentang keamanan pangan.
Untungnya, pajak gula yang tinggi telah dihapus sejak 1874. Itu berarti, produk pemanis itu harganya menjadi terjangkau.