Liputan6.com, Paris - Kelompok teroris ISIS mengklaim bertanggung jawab dalam serangan kepada polisi di Champs-Élysées Paris pada Kamis malam 20 April 2017. Insiden itu menewaskan satu petugas dan melukai dua lainnya.
Pernyataan itu dikeluarkan lewat kantor berita ISIS, Amaq, mengatakan, "penembak polisi Prancis adalah tentara kami."
Pelaku berhasil ditembak mati namun, pihak berwenang belum merilis siapa jati dirinya. Demikian Liputan6.com kutip dari ABCNews pada Jumat (21/4/2017).
Advertisement
Jaksa Paris kini tengah mencari informasi apakakah pelaku bertindak sendiri atau tidak. Operasi pencarian kemungkinan ada pelaku lain kini tengah digelar di kota.
Polisi mengatakan ada kemungkinan serangan ini merupakan tindakan teroris. Namun, laporan lain menyebut motifnya kemungkinan adalah perapokan.
Presiden Prancis, Francois Hollande mengatakan ada korban sipil terluka saat tembak-menembak berlangsung antara polisi dan pelaku. Area tempat insiden berlangsung kini telah dievakuasi dan ditutup.
Juru bicara Menteri Dalam Negeri Pierre-Henri Brandet mengatakan, penyerang keluar dari mobil ketika berhenti di perempatan lampu merah dan mulai menembaki mobil polisi. Penyerang mencoba kabur sementara tembak-menembak dengan polisi berlangsung. Di situlah pelaku tewas.
Juru bicara serikat pekerja polisi Unite SPG Police, Yves Lefebvre mengatakan, petugas telah menggerebek tempat tinggal tersangka di Chelles, Seine-et-Marne. Ia menyebut, polisi beroperasi dengan asumsi bahwa tersangka kemungkinan memiliki kaki tangan.
Serangan tersebut membuat Champs-Elysees yang merupakan salah satu tempat wisata terkenal di Paris ditutup. Rumah bagi monumen Arc de Triomphe itu ditutup bagi warga dan wisatawan.
Prancis berada dalam keadaan darurat sejak teror Paris 2015 yang menewaskan 130 orang. Parlemen memutuskan untuk memperpanjang ketentuan luar biasa untuk menjamin keamanan dalam pemilihan presiden dan pemilihan umum yang akan digelar dalam waktu dekat.