Liputan6.com, Bangkok - Thailand membantah rumor online yang menyebutkan sebuah kota di utara negara ini menjadi "tanah yang dijanjikan" bagi sekitar 30.000 warga Israel.
"Kami tegaskan bahwa ini tidak benar," kata Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra pada Selasa (18/2/2025), yang dikutip Bangkok Post ketika ditanya apakah Distrik Pai menjadi 'tanah yang dijanjikan' bagi warga Israel.
Baca Juga
Pemulung di Thailand Jual Emas yang Dikumpulkan dari Tempat Sampah, Harganya Capai Rp9,5 Juta
Thailand Gencar Promosi Wisata yang Jadi Lokasi Syuting The White Lotus, Manfaatkan Popularitas Lisa Blackpink
Kebakaran Kebun Ganja di Thailand Picu Warga Sekitar Mabuk, Linglung hingga Tertawa Terbahak-bahak
"Minggu depan, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri Anutin Charnvirakul akan mengunjungi daerah tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang apa yang terjadi di Pai."
Advertisement
Mengutip CNA, polisi Thailand memberikan tenggat waktu tujuh hari bagi petugas untuk menyelidiki warga negara asing yang tinggal di Pai terkait dugaan kegiatan ilegal dan menyebabkan gangguan publik, di tengah semakin banyaknya keluhan yang ditujukan kepada warga Israel yang tinggal di sana.
Sebelumnya, pada Selasa, Polisi Pariwisata Mae Hong Son membantah klaim di media sosial yang menyebutkan bahwa wisatawan Israel telah mendirikan "tanah yang dijanjikan" di Distrik Pai.
Unggahan yang banyak dibagikan di Facebook, menurut kantor berita The Nation, mengklaim bahwa sekitar 30.000 orang Yahudi telah menetap di Pai dan membangun sebuah sinagoge atau Chabad House.
Inspektur Polisi Pariwisata Mae Hong Son, Suwit Boonyaphen, seperti dilaporkan The Nation menjelaskan bahwa angka 30.000 yang dilaporkan merujuk pada total jumlah pengunjung Israel sepanjang tahun lalu, bukan pemukiman permanen.
"Menurut statistik 2024, Pai memiliki 221.776 turis asing, dengan warga negara Israel menduduki peringkat kedua sebanyak 31.735," ungkap The Nation.
Namun, laporan ini mengklaim bahwa angka sebenarnya kemungkinan lebih rendah karena duplikasi data akibat pergerakan wisatawan antara resor. Dengan demikian, jumlah wisatawan Israel yang diperkirakan di Pai setiap tahun lebih mendekati 2.000 hingga 3.000 orang.
Pai, yang merupakan destinasi wisata populer dengan pemandangan alam yang indah, memiliki populasi sekitar 38.000 orang.
Suwit mengonfirmasi bahwa Chabad House, sebuah pusat komunitas Yahudi, beroperasi di Pai. Namun, dia menekankan bahwa pusat komunitas itu didirikan untuk melayani wisatawan Yahudi yang berkunjung dan bukan sebagai tanda pemukiman permanen orang Yahudi, menyoroti bahwa Thailand memiliki enam pusat lainnya yang terletak di Chiang Mai, Phuket, Koh Samui, Pattaya, Koh Pha Ngan, dan Bangkok.
Kepala polisi Mae Hong Son, Songkrit Ontakrai, juga mengulangi pernyataan Suwit dan membantah keluhan yang menyebutkan bahwa tempat tersebut digunakan untuk kegiatan narkoba atau pesta ilegal.
"Menyusul keluhan ini, petugas polisi diperintahkan untuk memeriksa Chabad House, yang terletak tepat di belakang kantor polisi Pai pada 11 Februari," sebut laporan Bangkok Post.
Mereka tidak menemukan bukti kegiatan ilegal atau pertemuan besar di lokasi terkait.
Penolakan terhadap Israel
Menurut The Nation, secara terpisah, pada 13 Februari, Biro Imigrasi Thailand mendeportasi empat warga negara Israel karena perilaku buruk mereka di Rumah Sakit Pai. Masalah ini mendapat perhatian publik setelah seorang dokter membagikan unggahan pada 4 Februari yang menyoroti perilaku mengganggu yang berulang dari individu-individu yang sama.
"Turis-turis ini sering merokok di properti rumah sakit, mencuri barang, dan merusak pintu ruang gawat darurat kami," tulis dokter tersebut pada 4 Februari, seperti yang dikutip oleh Khaosod.
"Ketika mereka datang untuk perawatan, mereka sering menolak prosedur medis dasar seperti tes darah dan perawatan luka, membuat staf kami sangat kesulitan untuk membantu mereka."
Keempat warga negara Israel - yang diidentifikasi sebagai Daniel, Aviv, Or Emanoel, dan Dan Nisko - diduga mengintimidasi staf medis dan mencoba memasuki area terbatas pada 2 Februari, seperti yang dikonfirmasi oleh petugas polisi Pai setelah memeriksa rekaman video pengawasan.
"Mereka masing-masing didenda 3.000 baht atas tuduhan pelecehan dan menyebabkan gangguan publik, tetapi Komandan Polisi Imigrasi Letnan Jenderal Phanumas Boonyalak kemudian memerintahkan pencabutan izin visa mereka dan deportasi mereka pada 6 Februari," ungkap laporan Khaosod.
Mereka meninggalkan negara itu melalui Bandara Suvarnabhumi di Bangkok pada 13 Februari.
Setelah insiden tersebut, beberapa bisnis di Pai lapor The Nation termasuk restoran, memasang tanda "No Israel Here".
Insiden di Rumah Sakit Pai juga dilaporkan memicu lebih banyak keluhan di media sosial, mengenai orang Israel yang diduga menyebabkan keributan di seluruh kota.
"Keluhan mengatakan mereka mabuk dan berisik ... mereka mencuri," kata Mayor Polisi Kriengkrai Sansalee kepada South China Morning Post.
"(Orang-orang mengatakan) mereka datang dalam kelompok besar, menghabiskan sedikit dan banyak menawar. Bisnis lokal paling terpengaruh karena ketika mereka datang, turis lain pergi ke tempat lain."
Laporan South China Morning Post menyebutkan, hingga Februari tahun ini, 13 orang Israel telah didakwa dan dideportasi karena berbagai kejahatan mulai dari pencurian hingga gangguan publik
Media lokal sebelumnya melaporkan bahwa perwakilan dari komunitas lokal telah mengajukan petisi kepada kepala polisi Pai dan Kantor Distrik Pai pada 8 Januari, mengklaim bahwa mereka terpengaruh oleh kehadiran turis asing.
Menurut Bangkok Post, perwakilan ini meminta penyelidikan dan tindakan hukum terhadap orang asing yang diduga bekerja tanpa izin yang sah atau mengadakan pesta yang berisik.
Advertisement
