Liputan6.com, Jakarta - Selama ini cukup banyak pandangan salah kaprah yang mengaitkan ukuran tangan atau kaki dengan panjang penis pria.
Namun, selain pandangan itu, ada juga pandangan yang mengaitkan ras manusia dengan ukuran penis. Apakah pria-pria dari ras tertentu memiliki penis yang lebih panjang?
Beberapa penelitian ilmiah dilakukan untuk mempelajari kaitan antara panjang penis dan ras seseorang.
Advertisement
Seperti dikutip dari todaytifoundout.com pada Senin (10/7/2017), hingga sekarang penelitian-penelitian itu tidak menunjukkan perbedaan yang penting secara statistik.
Baca Juga
Memang benar ada sedikit perbedaan dalam masing-masing penelitian, tetapi secara ringkas dijelaskan bahwa saat baru lahir, panjang rata-rata penis dalam keadaan biasa (lunglai) ketika masih bayi adalah 3,55 sentimeter dan rata-rata lingkarnya adalah 4,38 sentimeter.
Pada usia 19 tahun, rata-rata panjang penis terkulai adalah 9,1 sentimeter dan rata-rata panjang penis ereksi adalah 13,1 sentimeter. Rata-rata lingkar penis saat ereksi adalah 11,6 sentimeter. Pada usia itu, panjang penis bisa dibilang tak berubah lagi seumur hidup.
Sebagai catatan, pada umumnya kaum pria melebih-lebihkan ketika mengukur penis mereka dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti.
Mengenai yang paling berpengaruh kepada perkembangan penis memang belum diteliti seluruhnya, entah pubertas atau kadar testosteron sebelum kelahiran.
Namun demikian, sejumlah peneliti menegaskan bahwa pada mereka yang menjalani pubertas normal, ukuran penis banyak ragamnya. Dengan demikian, ada dugaan awal bahwa kadar testosteron selagi masa kehamilan menjadi faktor yang lebih berperan.
Panjang penis bukanlah satu-satunya yang dapat ditebak dengan menggunakan rasio (perbandingan) panjang jari telunjuk dan jari manis seorang pria.
Karena hormon-hormon testosteron dan dihidrotestosteron (DHT) mengendalikan beberapa sistem dan proses dalam tubuh, maka rasio panjang jari dapat menjadi penduga bagi sejumlah besar kondisi fisiologis dan psikologis.
Misalnya kemampuan atletik, orientasi seksual, kesuburan, dan beberapa penyakit pada kelamin seperti masalah prostat dan saluran kencing.
Rasio yang lebih rendah cenderung ada pada orang-orang dengan perilaku lebih agresif dan pada mereka yang lebih kecil kemungkinannya mengalami gangguan makan.
Orang-orang dengan angka rasio yang lebih besar cenderung lebih ramah (agreeable).
Penelitian juga menunjukkan bahwa kaum wanita heteroseksual dan kaum pria homoseksual–yaitu orang-orang dengan angka rasio yang lebih tinggi–cenderung menyukai pasangan yang lebih maskulin.