Korsel Ajak Korut Lakukan Perundingan Militer

Korsel mengusulkan agar pembicaraan dilakukan di Tongilgak, sebuah bangunan milik Korut yang terletak di DMZ.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 17 Jul 2017, 14:11 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2017, 14:11 WIB
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (Yonhap via AP)

Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan mengusulkan diadakannya perundingan militer dengan Korea Utara. Gagasan ini muncul setelah selama beberapa pekan terakhir ketegangan di Semenanjung Korut meningkat menyusul sejumlah uji coba rudal Pyongyang.

Jika perundingan tercapai, maka ini akan menjadi pembicaraan tingkat tinggi pertama antardua negara sejak 2015.

Seperti dikutip dari BBC pada Senin (17/7/2017), seorang pejabat senior mengatakan, perundingan harus bertujuan untuk menghentikan "semua kegiatan bermusuhan yang meningkatkan ketegangan militer" di perbatasan antara dua Korea.

Presiden Korsel Moon Jae-in sendiri telah lama menunjukkan isyarat ia menginginkan hubungan yang "dekat" dengan Pyongyang.

Dalam sebuah pidatonya di Berlin, Jerman, Presiden Moon mengatakan, dialog dengan Korut kini sangat mendesak dibandingkan dengan sebelumnya. Ia juga menyerukan ditandatanganinya sebuah perjanjian damai.

Moon menilai, dialog sangat penting untuk mengakhiri program senjata nuklir Korut.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Choo-suk mengatakan, perundingan dapat diadakan di Tongilgak. Itu merupakan sebuah bangunan milik Korut di kompleks Panmunjom yang terletak di zona demiliterisasi (DMZ) antar-kedua negara.

Tempat yang sama pernah digunakan sebagai tuan rumah dalam perundingan sebelumnya.

Suh mengusulkan agar pembicaraan diadakan pada 21 Juli. Ia sampaikan, "Kami mengharapkan respons positif dari Korut".

Tujuan akhir dari perundingan ini diharapkan dapat mengakhiri konfrontasi militer yang mendominasi hubungan antardua Korea selama beberapa dekade. Langkah perdana yang dinilai dapat dilakukan untuk membangun kepercayaan antara Korut dan Korsel salah satunya adalah menghentikan siaran propaganda di sepanjang wilayah perbatasan.

Palang Merah dan pemerintah juga telah mengusulkan sebuah pertemuan terpisah, yang bertujuan untuk membahas reuni keluarga. Mereka dipisahkan oleh Perang Korea yang berakhir pada 1953.

Namun, sejumlah analis menilai gagasan Korsel ini hanya akan memicu kemarahan Korut, mengingat selama ini Seoul menolak memulangkan sejumlah pembelot.

Pada 4 Juli lalu, Pyongyang kembali berulah. Mereka menembakkan rudal balistik antarbenua, Hwasong-14. Korut mengklaim, rudal tersebut dapat mencapai kawasan manapun di dunia.

Para analis berpendapat, misil jarak jauh tersebut berpotensi mencapai wilayah Amerika Serikat, Alaska. Presiden Moon mengomentari aksi Korut tersebut sebagai langkah "mengecewakan" dan "semborono".

Meski demikian, Moon menegaskan, ia tetap terbuka melakukan pembicaraan dengan Korut. Tak hanya itu, politisi asal kalangan liberal ini juga menyatakan bersedia bertemu dengan Kim Jong-un "kapan saja dan di mana saja".

 

Simak video berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya