Liputan6.com, Yerusalem - Warga Palestina telah berkomitmen untuk terus melakukan protes dan konfrontasi kepada otoritas Israel di Yerusalem Timur dan Tepi Barat. Tindakan itu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menolak pemasangan kamera pengawas (CCTV) di gerbang masuk kompleks Masjid Al Aqsa.
"Ini merupakan isu kontrol dan kekuasaan. Mereka seakan ingin melakukan tindakan dengan caranya sendiri dan memonitor warga Palestina menggunakan kamera, seakan tidak ingin berhadapan langsung dengan para Awqaf (badan wakaf Al Aqsa)," jelas Mohammad Abu al-Hommos, aktivis Palestina di Kota Lama Yerusalem, seperti yang dilansir dari Al Jazeera, Rabu (26/7/2017).
"Saya ingin keluar masuk Al Aqsa secara bebas. Siapa mereka ingin melakukan pemantauan kepada saya? Saya masuk ke dalam tempat beribadah. Dan pemantauan itu melanggar kebebasan pribadi. Warga Palestina akan terus menolak hal tersebut. Itu hak kami untuk menolak," tambah al-Hommos.
Advertisement
Pemasangan CCTV itu datang selang beberapa hari pasca-pertemuan kabinet Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Menurut sang PM, kabinet Tel Aviv sepakat agar seluruh badan keamanan Israel "memasang instalasi keamanan berbasis teknologi canggih sebagai pengganti detektor metal".
Baca Juga
Rencana itu akan diimplementasikan dalam enam bulan ke depan. Kabinet Israel juga menyediakan anggaran sebesar US$ 28 juta untuk memasang mekanisme keamanan yang lebih canggih lagi, seperti kamera termal yang mampu mendeteksi senjata dan rekognisi wajah.
Meski kini detektor metal --yang sebelumnya menjadi sumber kemelut-- di Masjid AlAqsa telah dibongkar, pemasangan instalasi keamanan pengganti berupa CCTVÂ dianggap sebagai ancaman yang lebih besar bagi para muslim Palestina.
"Kamera-kamera itu akan mampu mendeteksi wajah dan identitas. Itu berarti, Israel semakin meningkatkan kontrolnya terhadap kawasan masjid," jelas Khalil Shaheen, analis politik dari Ramallah.
Shaheen menambahkan, secara simbolis, pemasangan CCTV dapat dianggap sebagai upaya Israel untuk menjadi kontrol keamanan dominan di Masjid Al Aqsa, dan menggeser presensi keamanan Yordania dan Palestina di kawasan ibadah.
"Peran keamanan Yordania terpinggirkan dan keamanan Palestina menjadi irelevan. CCTV lebih berbahaya dengan detektor metal," tambah Shaheen.
Sementara itu, Yara Jalajel, peneliti dari Cairo Institute for Human Rights Studies, menjelaskan bahwa penambahan instalasi keamanan di kompleks masjid menyalahi ketentuan dan regulasi yang mengatur tentang status quo di kawasan.
"Tindakan itu melewati kewenangan pendudukan Israel, yang sejatinya bertugas untuk keamanan dan keteraturan publik. Apa yang dilakukan Israel di Masjid Al Aqsa menggoyah status quo kedaulatan Palestina di kawasan," jelas Jalajel.
Usama Halabi, pakar hukum dan surveilans Israel, menyatakan bahwa kehadiran CCTV yang terintegrasi dengan sistem pengenalan wajah, tak hanya berperan sebagai mekanisme pengamanan, tapi juga dapat berpotensi berfungsi sebagai alat intelijen.
"Kamera itu terintegrasi dengan sistem komputer dan dalam waktu singkat, ketika wajahku terdeteksi, mereka dapat mengekstraksi data mengenai riwayat keluargaku," jelas Halabi.
Saksikan juga video berikut ini