Kazakhstan Siap Serahkan Posisi di DK PBB untuk Indonesia

Kazakhstan menyatakan mereka siap menyerahkan posisinya di DK PBB kepada Indonesia.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 03 Agu 2017, 11:31 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2017, 11:31 WIB
Dubes Kazakhstan untuk Indonesia Azkhat Orazbay
Dubes Kazakhstan untuk Indonesia Azkhat Orazbay. (Liputan6.com/Andreas Gerry Tuwo)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam perayaan 25 tahun terbinanya hubungan diplomatik Indonesia-Kazakhstan, Duta Besar Kazakhstan Askhat T. Orazbay menyatakan siap mendukung RI dalam pencalonan sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Perwakilan tidak tetap Asia-Pasifik dalam DK PBB saat ini diduduki oleh Kazakhstan. Negara itu akan mengakhiri tugasnya pada 2018 mendatang.

Menurut Orazbay Indonesia merupakan negara yang pantas menduduki tempat yang akan ditinggalkan Kazakhstan. Ada beberapa alasan kenapa negara di Asia tengah itu tak ragu memberikan suaranya pada RI.

"Kami tahu Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mempromosikan diri jadi anggota tidak tetap DK PBB periode selanjutnya," ucap Orazbay, di Hotel Borobudur, Jakarta Kamis (3/8/2017).

"Jika Indonesia berhasil, yang mana kami sangat harapkan terjadi, kami akan dengan senang hati menyerahkan posisi kami ke Indonesia karena kita memiliki kesamaan visi dan misi," papar dia.

Direktur Asia Tengah dan Selatan Kementerian Luar Negeri Ferdy Piay menyampaikan apresiasi atas pemberian dukungan dari Kazakhstan terhadap pencalonan Indonesia.

"Kazakhstan juga salah satu negara yang dukung kita di DK PBB juga. Dia sangat berharap kita bisa hand over (keanggotaan dari kita)," papar Ferdy.

Dia menambahkan, momen pemberian dukungan serta perayaan terbentuknya hubungan diplomatik merupakan permulaan untuk memperkuat hubungan diplomatik. Pasalnya, Kazakhstan dinilai Indonesia sebagai negara punya potensi besar di kawasan Asia Tengah.

"Kazakhstan GDP-nya cukup besar, negara paling kaya di kawasannya. Kenapa penting, Karena mereka proaktif," sebutnya.

"Kita lihat Kazakhstan open. Kerjasama kita akan lebih ke bidang energi," kata tambah Ferdy.

Pada 2016, nilai perdagangan dua arah kedua negara sebesar US$ 22,1 juta. Dengan defisit bagi Indonesia sebesar US$ 7,769 juta.

Namun, nilai perdagangan meningkat pesat pada Januari-Mei, 2017. Di waktu tersebut tercatat nilai perdagangan sebesar US$ 21 juta.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya