Tsunami Aceh hingga Letusan Tambora...5 Sejarah yang Berulang?

Teror dan tragedi yang menghantui kehidupan masa kini bisa jadi adalah perulangan kejadian-kejadian masa lalu.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 21 Agu 2017, 20:40 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2017, 20:40 WIB
Pergeseran kutub (6)
Ilustrasi letusan gunung berapi. (Sumber Wikipedia)

Liputan6.com, Jakarta - Para ahli sejarah berjuang keras meyakinkan populasi pada umumnya agar memahami bahwa teror dan tragedi yang menghantui kehidupan masa kini adalah perulangan kejadian-kejadian bersejarah yang telah menghancurkan keluarga-keluarga dan masyarakat-masyarakat.

Kita mengira diri kita sebagai generasi terakhir yang mengalami hal-hal terberat, paling berbahaya, atau paling menakutkan. Ternyata tidak demikian.

Seperti diringkas dari listverse.com pada Senin (21/8/2017), berikut adalah beberapa bencana yang mengingatkan kita pada bencana sejenis di masa lalu:

1. Tsunami Samudra Hindia (2004) dan Tsunami Alexandria (365)

Tsunami pada 26 Desember 2004 sehari sesudah Natal jutaan rumah dan warga tersapu dan hancur tanpa meninggalkan bekas sedikit pun. Tsunami yang dipicu oleh gempa bumi itu, mengandung jumlah energi yang sama seperti 23.000 bom atom. (news.liputan6.com)

Banyak di antara kita yang masih ingat gempa bumi dan tsunami tragis pada 2004 di Samudra Hindia. Hampir 280 ribu orang di berbagai negara sekeliling Samudra Hindia meninggal dunia.

Namun, peristiwa sejenis pernah terjadi pada 365. Kala itu, ada gempa bumi dahsyat berpusat di Pulau Kreta yang terletak di Laut Tengah. Pulau itu bahkan sampai berubah bentuk akibat dua guncangan besar.

Guncangan yang kedua memiliki magnitudo 8,0 atau lebih. Setiap kota di pulau itu lumat, ditambah lagi dengan korban jiwa yang tidak terhitung jumlahnya.

Gempa bumi tersebut mengirimkan gelombang yang merambat ke Alexandria, Mesir, sehingga membinasakan 50 ribu orang di kota itu dan wilayah-wilayah sekitarnya. Korban juga berjatuhan di Siprus Barat, Libya, dan Sicilia.

Lahan-lahan subur untuk pertanian tergenang air asin. Bangunan-bangunan sekitar Tahta Kerajaan di Alexandria pun perlahan lenyap ditelan lautan. Peninggalan jantung pemerintahan kota itu sekarang berada di bawah permukaan laut.

Gempa bumi dan tsunami yang diakibatkannya secara permanen mengubah bentuk garis-garis pantai dan pulau-pulau di Mediterania. Bukan hanya korban meninggal, bencana itu juga menjadi beban ekonomi bagi peradaban-peradaban pada masa itu.

Kehancurannya luar biasa, sebagaimana diulas oleh penulis Yunani-Romawi bernama Libanius, "Bumi … seperti seekor kuda yang melontarkan penunggangnya, menghancurkan banyak kota – di banyak tempat di Palestina dan semua kota di Libya."

"Kota-kota megah di Sicilia menjadi puing-puing, demikian juga dengan kota-kota di Hellenes kecuali satu kota, yakni Athena."

"Nicea yang cantik runtuh, demikian juga dengan kota kami yang cantik itu (Antiokia) telah terguncang sehingga sukar percaya akan masa depan."

2. Gempa San Francisco (2016) dan Gempa Shaanxi, China (1556)

Gempa San Francisco (Wikipedia)

Kalau ditanya tentang "gempa bumi menakutkan yang menghancurkan kota-kota", kebanyakan orang mungkin menjawab gempa bumi San Franicisco pada 1906.

Baru-baru ini muncul perkiraan bahwa gempa itu berukuran amat besar pada magnitudo 7,9 menurut skala baru. Memang benar bahwa gempa itu menghancurkan, tragis, dan sekaligus mengubah sejarah.

Cukup banyak orang yang masih hidup serta ingat bahwa kerabat-kerabat mereka membicarakannya. Ditambah lagi dengan foto-foto yang tersedia di internet. Setidaknya 700 orang meninggal dunia dan kebakaran melanda di mana-mana.

Ternyata, untuk penghancuran besar-besaran, gempa itu belum seberapa dibandingkan dengan gempa Shaanxi, China, pada 1556. Gempa pagi hari tersebut diduga berukuran magnitudo 8.

Akibatnya luar biasa. Lebih dari 800 ribu orang meninggal dunia akibat guncangan, banjir, dan kebakaran. Sekitar 60 persen warga provinsi diduga tewas.

Keluarga-keluarga, kota-kota, dan masyarakat-masyarakat tersapu bersih. Demikian juga halnya dengan gunung-gunung dan aliran-aliran sungai. Rekahan-rekahan membuka di permukaan bumi dan tanah longsor mengubur desa-desa.

Akibat bencana, banyak di antara mereka yang selamat membangun ulang bukan menggunakan batu, melainkan kayu dan bambu demi keamanan desa-desa dan komunitas-komunitas dari gempa-gempa pada masa depan.

Gempa bumi Shaanxi merupakan yang paling maut yang pernah tercatat, tapi gempa itu tidak terlalu menarik perhatian dibandingkan dengan gempa San Francisco yang korbannya hanya ratusan. Mungkin lain ceritanya kalau fotografi sudah ada sejak 1500-an.

Namun, banyak pembelajaran penyelamatan dari gempa Shaanxi guna menghindari kehancuran pada skala seperti itu di masa depan.

3. Tenggelamnya Costa Concordia (2012) dan White Ship (1120)

Tenggelamnya kapal pesiar Costa Concordia menjadi saksi kepemimpinan buruk seorang kapten dan kengerian pelayaran pada umumnya.

Pada 13 Januari 2012, Kapten Francesco Schettino dituding menjadi penyebab bencana kelautan yang sebenarnya tidak perlu sehingga menewaskan 32 orang.

Kapten Schettino keluar memerintahkan kapal keluar dari jalur pelayaran sehingga terlalu dekat dengan Pulau Giglio, Italia. Kapal pun kandas menabrak karang.

Yang lebih parah lagi, sementara kapal tersebut terombang-ambing selama beberapa jam, kapten dan para awaknya kabur meninggalkan kapal yang masih dipenuhi penumpang. Para penumpang dikabari bahwa keadaan baik-baik saja.

Kisah serupa terjadi pada 25 November 1120 malam dengan tenggelamnya kapal White Ship di Selat Inggris. Sebanyak 300 orang binasa, tapi alasan terjadinya bencana itu tidak diungkapkan walaupun keturunan Raja Henry I ikut tenggelam.

Pangeran William digadang-gadang diwarisi Inggris dan Normandy. Ia menaiki kapal pesta tersebut bersama dengan saudara-saudara tirinya, Richard dan Matilda.

Hampir semua orang di atas kapal diduga mabuk, termasuk kapten dan para awak. Kapal pun menabrak karang dan terbalik.

Walaupun laut sedang tengang, hanya ada segelintir orang yang masih sanggup berenang. Satu-satunya yang selamat adalah seorang tukang jagal bernama Berald.

Raja amat bersedih hati dengan wafatnya penerus takhta dan dua anak tirinya. Hingga sekarang, bagi ahli sejarah yang penasaran, tenggelamnya kapal tersebut dianggap sebagai salah satu misteri Abad Pertengahan.

4. Letusan Gunung St. Helens (1980) dan Letusan Gunung Tambora (1815)

Kaldera Gunung Tambora (Wikipedia)

Letusan Gunung St. Helens terjadi belum terlalu jauh pada masa lalu dan jutaan orang masih mengingatnya. Bahkan, ada sejumlah video kejadian yang diunggah ke situs berbagi video.

Pada 18 Mei 1980, seorang ahli geologi bernama David Johnston ditugaskan memantau gelembung besar di sisi utara dan membuat khawatir pihak berwenang.

Kemudian, terjadi sebuah gempa bumi yang memicu tanah longsor besar dan selanjutnya memicu letusan gunung yang melontarkan debu, air, dan bebatuan hingga ketinggian 18 ribu kilometer di udara.

Sebanyak 57 orang meninggal karena letusan dan bentang alam di kawasan itu berubah selamanya. David Johnston sempat mengirimkan data melalui radio, tapi kemudian tewas tersapu letusan gunung berapi.

Semua yang berada dalam radius 600 kilometer persegi sekitar gunung berapi hancur karena letusan.

Namun, letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat pada 1815 lebih dahsyat lagi. Gunung itu meletus pada 10 April setelah adanya serangkaian tremor sejak 5 April.

Letusan, semburan api, dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan 10 ribu orang serta menghancurkan 35 ribu rumah.

Kelaparan dan penyakit yang ditimbulkannya menewaskan 80 ribu orang lagi di Indonesia. Awan debu dari letusan Tambora menghalangi sinar matahari dan menurunkan suhu global hingga rata-raat 3 derajat.

Tahun 1816 pun dikenal sebagai Tahun Tanpa Musim Panas.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

5. Epidemi Ebola Afrika Barat (2013 – 2016) dan Wabah Hitam (1330-an–1350-an)

Ilustrasi wabah maut hitam atau Black Death (Wikipedia)

Belum lama berselang, kata "Ebola" menjadi buah bibir orang-orang di mana-mana. Penyakit itu diduga tidak bisa dibasmi dan disembuhkan sehingga orang-orang yang bepergian dari Afrika dipandang dengan penuh kecurigaan dan kewaspadaan.

Lebih dari 28 ribu orang di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone tertular dan 11 ribu lainnya meninggal dunia akibat penyakit ini. Masyarakat terguncang dan pihak berwenang tidak berani menguburkan jasad korban.

Melihat ketakutan lintas negara yang disebabkan penyakit itu, terbayang penyebaran Wabah Hitam di Eropa yang berdampak hingga ke luar benua.

Wabah Hitam menewaskan setidaknya 75 juta orang. Tubuh korban dipenuhi bisul-bisul dan lelehan cairan-cairan hitam. Mereka kesakitan luar biasa, demam, muntah-muntah, dan mendadak mati.

Seorang korban mungkin bangun dengan segar pada pagi hari dan kemudian meninggal pada siang atau sore hari.

Penyakit itu disebarkan oleh tikus dan kutu, bahkan menyebar melalui udara. Unggas, sapi, kambing, dan domba juga mati karenanya.

Tidak ada tempat melarikan diri atau tempat persembunyian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya