Studi: Saat Ini Hutan Tropis Hasilkan Lebih Banyak Karbon

Ilmuwan mengungkap bahwa saat ini saat ini hutan tropis lebih banyak menghasilkan karbon dibandingkan oksigen.

oleh Citra Dewi diperbarui 03 Okt 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2017, 07:21 WIB
Ilustrasi hutan
Ilustrasi hutan (iStock)

Liputan6.com, Falmouth - Sejumlah ilmuwan menemukan hal yang mencengangkan soal hutan dan pemanasan global. Mereka mengungkap, saat ini hutan tropis lebih banyak menghasilkan karbon dibandingkan oksigen.

Studi itu menemukan, bahwa saat ini hutan tropis menghasilkan 862 teragram karbon, sementara itu karbon yang diserap hanya 437 telegram.

Padahal selama ini kita mengenal bahwa hutan tropis sebagai 'alat penyedot karbon', yakni dengan mengambil karbon di atmosfer dan mengubahnya menjadi oksigen.

Para peneliti menggunakan metode baru untuk menilai kerapatan karbon. Pengukuran itu tak hanya dilakukan di daerah terjadinya deforestasi global ,tetapi juga area yang mengalami kerugian akibat hal tersebut.

Dikutip dari Independent, Senin (2/10/2017), citra satelit, teknologi laser, dan pengukuran lapang digunakan untuk mencatat luas area hutan yang hilang sejak 2003.

"Temuan ini memberi dunia peringatan tentang hutan. Jika kita ingin menjaga agar suhu global tidak naik ke tingkat yang berbahaya, kita perlu mengurangi emisi secara drastis dan meningkatkan jumlah pepohonan," ujar pemimpin penelitian, Dr Alessandro Baccini.

"Hutan adalah satu-satunya 'teknologi' untuk menangkap dan menyimpan karbon yang ada di dalam jangkauan kita yang aman, sudah terbukti, murah, dan mampu memberikan efek lain yang bermanfaat -- mulai dari mengatur pola curah hujan hingga menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat adat," jelas Baccini.

Lebih dari 60 persen emisi di hutan tropis berasal dari Amerika Latin, di mana telah terjadi kerusakan besar-besaran di sana dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu 24 persen emisi karbon berasal dari Afrika dan 16 persen dari Asia.

Meski demikian, para peneliti menyebut bahwa masih ada peluang untuk membalikkan tren tersebut dengan memulihkan area hutan. Hal tersebut diungkap dalam sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal Science, para periset dari Boston University dan Woods Hole Research Center.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya