Liputan6.com, Tel Aviv - Tiga orang pelajar menuntut dua maskapai penerbangan asal Israel atas tuduhan pelecehan seksual. Tuntutan tersebut bukan tanpa alasan, mereka bertiga mengaku telah diminta untuk menanggalkan seluruh pakaian yang digunakan saat hendak menggunakan maskapai tersebut dengan alasan prosedur keamanan.
Dikutip dari laman RT.com, Kamis (12/10/2017), tiga pelajar wanita tersebut tercatat sebagai mahasiswa S2 di Hebrew University of Jerusalem dan merupakan warga Palestina di Israel.
Tindakkan pelecehan seksual itu terjadi saat ketiganya hendak berangkat menuju Tel Aviv. Setibanya di bandara Beograd, mereka diberi tahu oleh petugas tak dapat menaiki pesawat karena dicurigai membawa benda-benda berbahaya, kecuali bersedia untuk ditelanjangi.
Advertisement
Baca Juga
"Saya mendengar kepala petugas keamanan menyuruh seorang petugas wanita untuk melepaskan bra saya. Jika tak bersedia, maka saya diizinkan untuk menaiki pesawat," ujar salah satu korban.
"Pada saat itu saya tak bisa berkata-kata. Itu sungguh mengejutkan. Akhirnya, saya benar-benar menanggalkan semua pakaian yang melekat dalam tubuh saya. Itu sangat menyakitkan," tambahnya.
Bahkan, salah satu wanita diketahui pingsan saat dilakukan pemeriksaan yang berlangsung selama dua jam oleh personel keamanan Israel.
Ketiga pelajar tersebut akhirnya menuntuk maskapai yang diketahui bernama El Al dan Arkia tersebut.
Meski begitu, hanya ada satu maskapai penerbangan yang angkat suara soal insiden ini, yaitu El Al.
"Semua tindakan yang diambil oleh petugas keamanan El Al dilakukan berdasarkan pantauan dan proses pengecekkan," ujar pihak El Al.
"Maskapai kami telah melakukan yang terbaik untuk menjaga setiap prosedur keamanan," tambahnya.
Pengakuan Wanita Korban Pelecehan Seksual di Malaysia Airlines
Sebelumnya, seorang wanita asal Australia mengaku menjadi korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh kepala pramugara maskapai Malaysia Airlines di pesawat.
Perempuan yang dikenal dengan nama Laura itu mengklaim dirinya dilecehkan saat berada di kapal terbang yang berada di udara dengan ketinggian 40 ribu kaki. Kejadian itu terjadi di pesawat dengan nomor penerbangan MH20 jurusan Kuala Lumpur-Paris pada 4 Agustus 2014.
Wanita berusia 26 tahun itu menjelaskan awalnya ia merasa takut saat masuk pesawat karena teringat tragedi nahas yang pernah menimpa Malaysia Airlines MH370 dan MH17.
Laura pun bercerita kepada seorang pramugara hingga awak kabin itu menemani dan duduk di kursi sebelahnya. Namun, menurut dia, alih-alih ditenangkan, pria itu malah melakukan perbuatan kotor kepadanya.
"Saat itu aku tak bisa menghentikannya. Karena saat itu juga aku memang sedang ketakutan," ungkap Laura dalam wawancara dengan reporter Ross Coulthart di tayangan televisi Australia, Sunday Night.
Coulthart pun bertanya kepada Laura kenapa tidak berteriak saat dilecehkan sang pramugara? "Saya pun bertanya dalam hati, kenapa tidak berteriak, kenapa tidak menghentikan," jawab Laura.
"Aku orang kuat. Aku pasti bisa. Tapi pada kenyataannya, saya tidak bisa melakukannya (berteriak dan melawan). Aku saat itu sangat ketakutan, sangat takut," imbuh dia.
Seperti diwartakan News.com.au, Laura sempat merekam perbincangannya dengan si pelaku setelah wanita itu dilecehkan.
Pada rekaman itu terdengar tangisan dari seorang wanita yang berkata, "Apa yang Anda lakukan kepadaku. Jangan berbohong. Anda melakukan hal ini kan?"
"Aku itu sedang ketakutan. Aku ingin turun dari pesawat ini. Aku muak lihat muka Anda. Pergi sana!," kata Laura kepada si pramugara, seperti yang terdengar dari rekaman.
Setelah mendarat di Bandara Charles de Gaulle, Charles de Gaulle, pramugara yang merupakan ayah tiga anak itu ditahan oleh polisi. Kini ia mendekam di balik jeruji besi.
Selain menjelaskan pelecehan, Laura juga mengaku harus mengungkap apa yang telah menimpa dirinya, karena ia merasa kecewa berat dengan perbuatan si pramugara.
Pihak maskapai Malaysia Airlines mengonfirmasi bahwa mereka telah membawa si tersangka ke polisi dan siap membantu aparat Prancis dalam proses penyelidikan.
"Yang menjadi prioritas kami adalah keamanan, kenyamanan, dan kepuasan penumpang. "Malaysia Airlines menerapkan standar tertinggi dari perilaku awak pesawat dan menganggap setiap tuduhan yang diarahkan terkait itu dengan sangat serius."
Advertisement