Tak Ada Korban WNI, KJRI Pantau Serangan Teror Truk di New York

Kemlu dan KJRI New York akan terus mengikuti perkembangan aksi teror serangan truk yang menewaskan delapan orang.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 01 Nov 2017, 10:29 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2017, 10:29 WIB
Aksi Serangan Truk di Pusat Kota New York
Polisi NYPD mendatangi lokasi sebuah truk yang menabrak pejalan kaki dan pesepeda di Lower Manhattan, New York, Selasa (31/10). Lokasi serangan ini berdekatan dengan World Trade Center (WTC) yang jaraknya berkisar 983 meter. (Martin Speechley/NYPD via AP)

Liputan6.com, Jakarta - New York City kembali dijadikan target terorisme. Kali ini, serangan truk maut terjadi di jalur pesepeda populer di dekat Gedung World Trade Center.

Delapan orang dilaporkan tewas dan 11 lainnya terluka dalam insiden yang terjadi pada 31 Oktober 2017 pukul 15.00 waktu setempat.

Pelaku diduga bernama Sayfullo Habibullaevic Saipov. Imigran Uzbekistan dan datang ke Amerika Serikat pada 2010.

Dalam serangan itu, dilaporkan tak ada korban Warga Negara Indonesia.

"Sampai saat ini, tidak ada WNI yang menjadi korban dalam serangan truk di New York City," kata pernyataan Juru Bicara Kementrian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir dalam pesan singkat yang diterima Liputan6.com pada Rabu (1/11/2017).

Dalam Twitter, Kemlu dan KJRI New York menyatakan akan terus mengikuti perkembangan aksi teror serangan truk itu. KJRI juga memastikan tak ada WNI yang menjadi korban.

"Bagi WNI yang membutuhkan bantuan, silahkan hubungi Hotline KJRI New York: +1 (929) 278-6298 atau +1 (347) 806-9279," tulis akun @kjri_ny.

Sementara itu, menurut Jubir Kemlu, ada 9.000 WNI di Negara Bagian New York.

"Tapi mayoritas WNI berpusat di NY City," tutupnya.

Sejauh ini, pihak berwenang AS menganggap itu adalah tindakan teror karena pengemudi mengatakan sesuatu beberapa saat setelah meninggalkan truk terkait aksinya.

Sementara itu, metode serangan tersebut sesuai dengan serangan teroris lainnya, kata Komisaris Polisi New York James P. O'Neill.

Kendaraan telah digunakan sebagai senjata dalam sejumlah serangan teroris dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dalam insiden mematikan di Nice, Prancis, dan London.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya