Setelah Diduga Ditahan Arab Saudi, PM Hariri Kembali ke Lebanon

PM Hariri memicu krisis politik melalui pengumuman pengunduran dirinya yang ia sampaikan di Riyadh.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 22 Nov 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2017, 07:48 WIB
Disambut dengan pengawalan ketat, PM Lebanon Saad Hariri mendarat di Beirut
Disambut dengan pengawalan ketat, PM Lebanon Saad Hariri mendarat di Beirut (AP Photo/Bilal Hussein)

Liputan6.com, Beirut - Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri tiba di Beirut untuk pertama kalinya sejak pengumuman pengunduran dirinya lebih dari dua pekan lalu. Foto-foto yang beredar menunjukkan, Hariri disambut oleh pasukan keamanan saat turun dari pesawat.

Hariri telah memicu krisis politik ketika ia mengumumkan mundur di tengah kunjungannya ke Riyadh, Arab Saudi. Namun ia membantah spekulasi yang menyebutkan bahwa pengunduran dirinya dipicu paksaan dari Saudi sebagai bagian dari perebutan kekuasaan regional dengan Iran.

Dilansir BBC pada Rabu (22/11/2017), Presiden Lebanon Michel Aoun menolak pengunduran diri Hariri hingga pria berusia 47 tahun itu kembali ke Beirut dan mengungkapkan keputusannya secara langsung.

Butuh waktu cukup lama bagi Hariri untuk menginjakkan kaki kembali di Lebanon. Dari Saudi, Hariri sempat mampir ke Paris, Prancis, di mana ia bertatap muka dengan Presiden Emmanuel Macron di Istana Elysee. Macron telah mempromosikan dirinya siap menjadi mediator krisis politik Lebanon.

Ketika berada di Prancis, Hariri berjanji akan kembali ke Lebanon untuk berpartisipasi dalam perayaan kemerdekaan negara itu. "Di sanalah saya akan menjelaskan posisi saya... setelah saya bertemu dengan Presiden Aoun".

Selepas dari Prancis, Hariri tidak langsung terbang ke Beirut. Ia singgah di Mesir dan Siprus pada Selasa waktu setempat.

4 November yang Mengejutkan

Pada 4 November 2017, Hariri tiba-tiba saja membuat pengumuman mengejutkan.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan langsung melalui televisi, ia mengungkapkan bahwa dirinya takut menjadi target pembunuhan. Selain itu, ia menuding Iran telah menabur "perselisihan dan kehancuran" di kawasan. Sementara Hizbullah, kelompok yang jadi sekutu Teheran, disebutnya telah mendestabilisasi Lebanon.

Alasan itulah yang diklaimnya sebagai pemicu keputusannya untuk mengundurkan diri.

Hizbullah sendiri bukan "kata" asing di Lebanon. Kelompok itu adalah bagian dari pemerintah persatuan nasional yang dibentuk Hariri tahun lalu.

Berdasar fakta tersebut, Presiden Michel Aoun menyebut Arab Saudi yang bermusuhan dengan Iran telah menekan Hariri untuk mundur menyusul persekutuan Teheran dan Hizbullah.

Arab Saudi telah membantah kabar tersebut.

Meski membentuk pemerintahan persatuan nasional dengan Hizbullah yang notabene teman Iran, namun Hariri juga memiliki kedekatan dengan Saudi mengingat dirinya memegang kewarganegaraan Lebanon dan Saudi. Ia juga punya properti di Saudi dan Riyadh merupakan penyokong utama partai politiknya, the Future Movement.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya