Presiden Prancis Tawarkan 'Perlindungan' bagi PM Lebanon?

Macron menegaskan undangan yang ia tujukan ke Hariri bukan berarti ia menawarkan pengasingan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Nov 2017, 14:05 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2017, 14:05 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron
Presiden Prancis Emmanuel Macron (AP Photo/Kamran Jebreili)

Liputan6.com, Berlin - Presiden Emmanuel Macron mengundang Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri dan keluarganya ke Prancis.

Berbicara dalam lawatannya ke Jerman, Macron menjelaskan bahwa undangannya tersebut ia sampaikan setelah lebih dulu berbicara dengan Hariri dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.

Ketika ditanya apakah dia menawarkan pengasingan bagi Hariri, Macron menjawab, "Tidak, tidak sama sekali. Saya berharap Lebanon akan stabil, dan pilihan politik harus sesuai dengan peraturan kelembagaan."

Ia menambahkan, "Kita membutuhkan Lebanon yang kuat dengan integritas teritorialnya yang dihormati. Kita membutuhkan pemimpin yang bebas membuat pilihan mereka dan bebas bicara."

Pernyataan Macron ini mencuat saat Menteri Luar Negeri Prancis Yves le Drian tengah mengunjungi Arab Saudi untuk membahas krisis yang menjerat Lebanon pasca-pengumuman mundur Hariri.

Sejumlah pejabat Prancis menyebutkan bahwa Hariri akan tiba dalam beberapa hari mendatang. Demikian seperti dikutip dari BBC pada Kamis (16/11/2017).

Hariri menjadi sorotan dunia setelah secara mengejutkan ia mengumumkan mundur pada 4 November 2017. Pengumuman tersebut disampaikannya ketika ia tengah berada di Arab Saudi. Sontak, keputusannya memicu krisis politik di Lebanon.

Pemerintah Saudi telah membantah rumor yang menyebutkan bahwa mereka menahan Hariri atau mendesaknya mengundurkan diri dalam upaya mengekang pengaruh Iran.

 

Presiden Lebanon Terang-terangan Tunjuk Saudi

Pada hari Rabu waktu setempat, Presiden Lebanon Michel Aoun secara terbuka menuding bahwa Arab Saudi menahan Hariri.

"Apa yang terjadi bukan pengunduran diri dari pemerintah, tapi tindakan agresi terhadap Lebanon, kemerdekaan, dan martabatnya, serta melawan hubungan antara Arab Saudi dan Lebanon," ujar Aoun dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 15 November 2017 seperti dikutip dari BBC.

"Kami tidak menerima bahwa (Hariri) masih disandera, dan kami tidak tahu alasan penahanannya," kata dia.

"Tidak ada yang membenarkan bahwa Perdana Menteri Saad Hariri tak ingin kembali setelah 12 hari (dari Arab Saudi). Oleh karena itu, kami menganggap dia sedang ditahan dan disandera, yang melanggar Konvensi Wina dan Deklarasi universal tentang hak asasi manusia."

"Tidak mungkin kami membuat keputusan tentang pengunduran diri ini dari luar negeri. (Hariri) harus kembali ke Lebanon dan mengajukan pengunduran dirinya sehingga kita dapat menyelidiki alasan dan cara untuk mengatasinya," kata Aoun.

Meski demikian, Hariri bersikukuh bahwa dia baik-baik saja dan akan segera kembali ke Lebanon.

"Di sini, di Kerajaan Arab Saudi, saya bebas, saya sepenuhnya bebas. Namun, saya juga ingin menjaga keluarga saya," katanya. Seperti dikutip dari Al Jazeera, Hariri menambahkan, ia berencana untuk kembali ke Lebanon dalam waktu dekat.

"Saya tidak bicara dalam hitungan bulan... Saya bicara dalam hitungan hari dan saya akan kembali ke Lebanon," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya