Liputan6.com, Paris - Saad Hariri yang beberapa waktu lalu mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Lebanon berencana mengunjungi Mesir. Pihak Hariri mengumumkan, ia dijadwalkan bertemu dengan Presiden Abdel Fattah el-Sissi di Kairo.
Seperti dikutip dari VOA News pada Selasa (21/11/2017), setelah dari Negeri Piramida, Hariri dikabarkan akan bertolak ke Lebanon dan menjelaskan keputusannya mengundurkan diri pada 4 November. Saat mengumumkan hal tersebut, Hariri tengah berada di Arab Saudi.
Hariri menjelaskan alasan pengunduran dirinya adalah Iran dan Hizbullah, ia menilai keduanya menggerogoti pemerintahannya. Selain itu, Hariri khawatir dirinya menjadi target pembunuhan.
Advertisement
Pada hari Sabtu, Hariri diketahui bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Keduanya berbincang di Istana Elysee di mana Macron menawarkan bantuan untuk menyelesaikan krisis politik Lebanon.
Baca Juga
"Seperti yang diketahui saya telah menyatakan mundur dan kita akan bicara terkait hal itu di sana," ujar Hariri seraya menambahkan bahwa ia akan turut serta dalam perayaan hari kemerdekaan Lebanon pada Rabu, 22 November 2017.
Hariri menambahkan, "Berkenaan dengan situasi politik di Lebanon, saya akan menjelaskan posisi saya setelah bertemu dengan Presiden (Michel) Aoun."
Sementara itu, pada Minggu, 19 November, para menteri luar negeri negara Arab berkumpul di Kairo, Mesir, untuk membahas langkah menghadapi Iran yang dinilai mengancam keamanan kawasan. Namun, Menteri Luar Negeri Lebanon Gebran Bassil absen dalam pertemuan tersebut.
Dan pada Sabtu 18 November, Gedung Putih merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa Presiden Donald Trump telah bicara dengan Macron mengenai situasi di Lebanon dan Suriah. Keduanya sepakat perlunya kerja sama dengan sekutu untuk melawan aktivitas destabilisasi Hizbullah dan Iran di kawasan.
'Di balik Layar'
Presiden Prancis sebelumnya menolak kabar yang menyebutkan bahwa ia menyediakan pengasingan bagi Hariri. Namun, sebagian analis tak sepenuhnya percaya pernyataan Macron tersebut.
"Menurut saya, apa yang terjadi di belakang layar sangat tidak pasti. Apa rencana Hariri setelah ini, dan sifat kesepakatan ini sepenuhnya dipertanyakan," ujar Julien Barnes-Dacey, analis Timur Tengah di European Council on Foreign Relations.
Pengumuman pengunduran diri Hariri telah mempertajam perpecahan politik yang mendalam di Lebanon, membagi negara itu antara pengaruh Syiah dan Sunni. "Lebanon harus mengatasi hambatan besar ini," ucap Menteri Dalam Negeri Lebanon Nohad Machnouk pada Jumat lalu.
Kunjungan Hariri ke Paris dinilai menandai "kembalinya" peran Prancis ke panggung global. Sebelumnya bertemu Hariri, Presiden Macron diketahui melakukan kunjungan mendadak ke Arab Saudi.
"Ini tentu sebuah prestasi bagi Macron," ujar Barnes-Dacey seraya menerangkan pada saat bersamaan hal tersebut menunjukkan kemunduran bagi Arab Saudi.
Jika kelak Macron dapat membantu menstabilkan krisis, maka menurut Barnes-Dacey, "Itu akan dianggap sebagai inisiatif Prancis yang sangat sukses."
Meski demikian, tak sedikit pula yang skeptis tentang upaya Macron. Bila kelak Hariri mengasingkan diri di Prancis, maka ia bukanlah pejabat Lebanon pertama yang melakukannya.
Presiden Lebanon Michel Aoun diketahui hidup selama 15 tahun di pengasingannya di Prancis. Masa itu berakhir pada 2005.
Advertisement