Bahas Isu Yerusalem, Donald Trump Hubungi Pemimpin Negara Arab

Pemindahan Kedubes AS sekaligus akan menandai pengakuan Negeri Paman Sam atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Des 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 06 Des 2017, 07:48 WIB
Ilustrasi Yerusalem (iStock)
Ilustrasi Yerusalem (iStock)

Liputan6.com, Washington, DC - Para pemimpin negara-negara Arab melayangkan peringatan ke Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dapat memicu dampak berbahaya.

Seperti dilansir BBC pada Rabu (6/12/2017), Trump dikabarkan telah menelepon sejumlah pemimpin negara Arab termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa 5 Desember untuk memberi tahu bahwa ia bermaksud memindahkan perwakilan AS tersebut.

Rumor beredar kencang bahwa Trump akan membuat pengumuman terkait hal itu pada Rabu waktu setempat.

Trump sendiri dijadwalkan akan tampil berpidato, namun tidak disebutkan pasti waktunya. Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, mengatakan bahwa pemikiran sang presiden terkait dengan isu Yerusalem "cukup solid".

Masa depan Yerusalem merupakan isu penting dalam konflik Israel-Palestina. Jika AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, maka Negeri Paman Sam akan menjadi negara pertama yang melakukannya sejak deklarasi berdirinya Israel pada 1948.

Sementara itu, pegawai pemerintah AS dan keluarga mereka dilaporkan dilarang melakukan perjalanan pribadi di Yerusalem dan Tepi Barat menyusul meningkatnya tensi akibat rencana Trump tersebut.

"Dengan serentetan seruan demonstrasi yang dimulai pada 6 Desember di Yerusalem dan Tepi Barat, pegawai pemerintah AS dan anggota keluarga mereka tidak diizinkan melakukan perjalanan pribadi di Kota Tua Yerusalem dan Tepi Barat," demikian pesan keamanan yang disampaikan Konsulat AS.

Lebih lanjut Konsulat AS menyerukan, "Warga AS harus menghindari daerah keramaian dan wilayah di mana terjadi peningkatan kehadiran pasukan keamanan".

Peringatan Para Pemimpin Dunia

Selama ini, Israel selalu menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya. Sementara, Palestina menyebutkan bahwa Yerusalem Timur adalah ibu kota masa depan mereka.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas sebelumnya memperingatkan Trump akan konsekuensi berbahaya jika Presiden ke-45 AS itu nekat mewujudkan pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem yang sekaligus merupakan pengakuan bahwa kota itu merupakan ibu kota Israel.

Demikian pula halnya dengan Raja Abdullah, ia menuturkan bahwa Trump akan melemahkan upaya untuk melanjutkan proses perdamaian dan memprovokasi umat Islam. Selain itu, sebagai penjaga situs Islam di Yerusalem, Yordania akan bertindak.

Pemimpin dunia lainnya, Presiden Mesir Abdull Fattah al-Sisi mendesak Trump "untuk tidak memperumit situasi di kawasan".

Raja Salman dari Arab Saudi menegaskan bahwa wacana Trump tersebut akan memprovokasi umat muslim di seluruh dunia. Demikian seperti dirilis kantor berita Saudi Press Agency.

Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengingatkan bahwa negaranya dapat saja memutus hubungan dengan Israel jika AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara itu.

Ismail Haniya, pemimpin kelompok Hamas, menekankan bahwa pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem akan melanggar "setiap garis merah".

Prancis, Uni Eropa dan Liga Arab juga telah angkat suara mengungkapkan keprihatinan mereka atas rencana Trump.

Di lain sisi, Menteri Intelijen Israel, Israel Katz, menyampaikan pada Army Radio bahwa ia sangat mengharapkan Trump dapat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negaranya. Menurutnya, terkait pengakuan tersebut, Israel telah diperingatkan untuk "bersiap atas setiap pilihan" termasuk pecahnya kekerasan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya