Liputan6.com, Pyongyang - Bukan pengharapan yang disampaikan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam pidatonya menyambut tahun baru 2018, melainkan amarah. Ancaman ia layangkan pada negara yang dianggap sebagai musuh bebuyutan: Amerika Serikat.
Dalam pidato yang ditayangkan secara langsung di televisi, Kim Jong-un mengatakan, AS tak akan bernyali menabung genderang perang terhadap Korut. Sebab, sang diktator muda mengklaim, negaranya telah mengembangkan kemampuan nuklir yang mampu menyerang daratan Negeri Paman Sam dengan salah satu senjata pamungkasnya.
Baca Juga
"Seluruh daratan AS berada dalam jangkauan senjata nuklir kita. Tombol nuklir selalu ada di mejaku. Ini adalah fakta, bukan sekedar ancaman," kata Kim Jong-un dalam pidato yang ditujukan pada rakyatnya.
Advertisement
Seperti dikutip dari Associated Press pada Senin (1/1/2018), Kim Jong-un juga mengklaim bahwa Korea Utara adalah, "negara berkekuatan nuklir yang bertanggung jawab yang mencintai perdamaian".
"Selama tidak ada agresi terhadap rakyat Korea Utara, kami tidak berniat menggunakan kekuatan nuklir," tambah Kim Jong-un, sembari berjanji akan terus meningkatkan kemampuan nuklir Korut.
Meski melayangkan ancaman ke Donald Trump, Kim Jong-un melunak pada tetangga dekatnya, Korea Selatan.
Ia mengucapkan selamat kepada Korea Selatan yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, yang rencananya akan digelar pada Februari 2018 mendatang.
"Pyeongchang Winter Olympics adalah kesempatan baik untuk menunjukkan persatuan antarbangsa dan kami berharap acara itu akan berlangsung dengan baik," kata Kim Jong-un.
Kim juga mengatakan, Korea Utara berharap untuk mengirimkan delegasi ke acara olahraga itu.
Pidato tahun baru pemimpin Korea Utara adalah agenda tahunan yang dipantau ketat dunia luar. Sebab, apa yang diucapkan Kim Jong-un dalam momentum tersebut dianggap mengindikasikan arah dan prioritas yang akan diadopsi rezimnya selama satu tahun ke depan.
Pidato tahun ini dipandang sangat penting karena belum ada tanda-tanda program nuklir Korea Utara akan berhenti. Sementara, uji coba rudal Pyongyang dilakukan secara intensif di sepanjang 2017.
Uji coba tersebut menjadi fokus pertikaian verbal antara pihak Korea Utara dan Presiden AS Donald Trump. Miliarder nyentrik itu menjuluki Kim Jong-un "little rocket man".
Selain soal nuklir dan olimpiade musim dingin, Kim Jong-un juga memamerkan prestasi ekonomi Korea Utara dalam pidatonya. Ia juga menggarisbawahi pentingnya memperbaiki standar kehidupan bangsa.
Perang Nuklir Kian Dekat?
Ketegangan terus meningkat antara Amerika Serikat dan Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir.
Laksamana Mike Mullen, mantan komandan Kepala Staf Gabungan, mengatakan pada hari Minggu bahwa Amerika Serikat "mendekati perang nuklir dengan Korea Utara".
Dalam sebuah wawancara di program "This Week" di stasiun televisi ABC, Mullen memperingatkan bahwa retorika provokatif Presiden Donald Trump, yang ditujukan pada Kim Jong-un, cenderung mengindikasikan bahwa dia lebih memilih untuk mengambil pendekatan yang lebih agresif untuk melawan program senjata nuklir Korut yang kini makin berkembang pesat.
Pekan lalu, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengadopsi sanksi baru terhadap Korea Utara usai uji coba rudal balistik Pyongyang pada tanggal 29 November 2017.
Sanksi itu berusaha untuk menghentikan pasokan energi bagi Korea Utara, mencegah penyelundupan, serta menghentikan rekruitmen pekerja Korea Utara di luar negeri.
Semenatra itu, kantor berita Korea Utara KCNA mengeluarkan sebuah laporan, yang menyebut negara tersebut akan tetap berkomitmen untuk mengembangkan nuklirnya pada tahun 2018.
"Jangan mengharapkan adanya perubahan dalam kebijakan Kim Jong-un," tulis laporan tersebut.
"Program nuklir Korea Utara adalah kekuatan yang tak terkalahkan dan tidak dapat diremehkan," tulis KCNA. "DPRK, adalah negara bersenjata nuklir yang bertanggung jawab."
Advertisement