Ini 'Senjata Rahasia' PM Inggris untuk Menarik Perhatian China?

PM Inggris disebut memiliki 'senjata rahasia' dalam memuluskan pembicaraan perdagangan bebas dengan China. Apakah itu?

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 02 Feb 2018, 15:44 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2018, 15:44 WIB
PM Inggris Theresa May dan suaminya, Philip May, tiba di Beijing - AFP
PM Inggris Theresa May dan suaminya, Philip May, tiba di Beijing - AFP

Liputan6.com, Beijing - Kunjungan rombongan PM Inggris, Theresa May, disambut dengan cukup antusias oleh masyarakat China. Selain memberi julukan kehormatan "Bibi May", masyarakat China juga disebut turut mengelu-elukan sang suami, Phillip May.

Dilansir dari laman Express.co.uk, Jumat (2/2/2018), media sosial terbesar di China, Weibo, diramaikan oleh kicauan tentang Philip May. Bahkan, beberapa warganet di sana menyebut Philip May sebagai seorang pria yang sangat rupawan.

Kharisma Philip May juga dibahas dalam sebuah artikel yang terbit di portal berita utama setempat, Xinhua.

"Seperti kebanyakan suami para pemimpin wanita, Philip May juga dikenal karena kesopanan dan sikap wibawanya. Jadi tidak heran, mampu menarik pehatian luas masyarakat China," tulis artikel terkait.

Beberapa pengamat menyebut, popularitas Philip May bisa menjadi senjata rahasia bagi PM Inggris untuk melobi pemerintah China tentang berbagai rencana kerja sama di antara keduanya.

Sosok Philip May juga disebut mampu menjadi "pencair suasana", terkait masih begitu kuatnya budaya patriarki di tingkat pimpinan atas.

Menariknya, perhatian publik China justru lebih tertuju pada penampilan Theresa May, dibandingkan berbagai perbicangan diplomatik dengan Presiden Xi Jinping.

Publik China seakan sepakat memanggilnya dengan julukan "kehormatan", Bibi May, karena dinilai berpenampilan cantik dan bersikap ramah di hadapan masyarakat setempat.  

"Ketika berbicara tentang nyonya PM, Weibo justru didominasi oleh pembahasan mengenai gaya berpakaian, dibandingkan agenda diplomatik perwakilan tertinggi Kerajaan Inggris itu," ujar Shamin Kwan, budayawan sekaligus pengamat politik China yang berbasis di Hong Kong.

Tanggapan tersebut, menurut Kwan, menyimpang dari tujuan utama PM Inggris untuk "merayu" China agar berpartisipasi dalam pasar bebas pasca-Brexit nanti.

 

Simak video menarik tentang PM Inggris Theresa May berikut: 

Inggris Harapkan Kesepakatan Perdagangan Bebas Dengan China

PM Inggris Theresa May dan Presiden China Xi Jinping Membahas Isu Perdagangan Bebas - AFP
PM Inggris Theresa May dan Presiden China Xi Jinping Membahas Isu Perdagangan Bebas - AFP

PM Theresa May mengadakan kunjungan resmi selama tiga hari ke China sejak Rabu, 31 Januari 2018, untuk membahas berbagai rencana kerja sama strategis di antara kedua negara.

Namun, kunjungan resmi tersebut secara jelas menunjukkan upaya Inggris mendapatkan kesepakatan Pasar Bebas dengan negara berpopulasi terbesar di dunia itu.

Hingga akhir 2017, Inggris tercatat hanya memiliki 3 persen total ekspor barang dan jasa ke China. Nilai perdagangan di antara kedua negara itu adalah sekitar Rp 1.130 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan nilai perdagangan antara China dan Jerman, yakni senilai sekitar Rp 28.000 triliun.

"Hubungan baik di antara kami tidak hanya seputar perdagangan, tapi juga upaya peningkatan kerja sama di bidang pendidikan dan budaya," ujar PM Theresa May kepada Presiden Xi Jinping.

Sependapat dengan hal tersebut, Presiden Xi Jinping juga menyebut kunjungan resmi perwakilan Kerajaan Inggris itu sebagai permulaan untuk hubungan berbagai kerja sama yang lebih positif di kemudian hari.

"China sangat terbuka terhadap berbagai bentuk kerja sama positif dengan Inggris," ujar Presiden Xi Jinping di Beijing pada Kamis, 1 Februari 2018.

PM Theresa mengatakan, setelah Inggris benar-benar lepas dari Uni Eropa, maka akan ada banyak peluang untuk melakukan kerja sama perdagangan yang lebih menguntungkan satu sama lain.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya