Liputan6.com, Washington DC - Angkatan Laut Amerika Serikat meningkatkan kehadirannya di Laut Hitam dengan mengirim dua kapal tempur, sebagai bentuk untuk menekan militerisasi Rusia di wilayah tersebut, kata seorang pejabat tinggi Angkatan Bersenjata AS.
Pada Sabtu, 18 Februari 2018, kapal USS Carney (Arleigh-burke destroyer class pembawa misil kendali) bergabung bersama dengan USS Ross -- yang telah tiba lebih dulu -- di Laut Hitam untuk melaksanakan 'operasi keamanan maritim', menurut keterangan resmi dari US Navy 6th Fleet seperti dikutip dari CNN (20/2/2018).
Advertisement
Baca Juga
"Operasi ini bersifat pro-aktif. Kami beroperasi pada tempo dan waktu yang strategis di kawasan yang penting," kata Laksamana Christopher Grady, Komandan US Navy 6th Fleet.
"Kontinuitas kehadiran kami dalam operasi itu merupakan bentuk komitmen AS untuk membantu sekutu NATO serta menjaga stabilitas dan keamanan kawasan maritim di Laut Hitam," lanjut Grady.
Selain itu, pejabat Militer AS mengatakan kepaada CNN bahwa keputusan untuk mengerahkan USS Carney dan USS Ross ke Laut Hitam merupakan salah satu cara bagi Washington untuk menekan pengaruh militerisasi Rusia di kawasan tersebut -- terkhusus di wilayah dekat Krimea.
Melengkapi pernyataan itu, seorang pejabat Pakta Aliansi Militer Atlantik Utara (NATO) mengatakan bahwa Rusia telah mengerahkan beberapa kapal selam ke Krimea.
Lebih lanjut, sang pejabat itu menjelaskan, meski tak berniat merespons secara langsung langkah Rusia, namun, NATO tetap akan memperkuat kapabilitas militernya di kawasan yang sama.
Langkah Rusia
Di sisi lain, pada hari Minggu 20 Februari, Rusia juga mengumumkan tengah menempatkan beberapa kapal AL-nya ke Laut Hitam. Hal itu diumumkan sehari usai Amerika Serikat menempatkan dua kapal tempurnya di kawasan yang sama.
Hal itu diutarakan oleh Kementerian Pertahanan Rusia yang mengatakan bahwa kapal frigat Admiral Essen dan dua kapal patroli memasuki Laut Hitam untuk melakukan serangkaian latihan.
Langkah itu sejatinya bukan hal baru. Karena, sejak Krisis Aneksasi Krimea pecah pada 2014, AS dan NATO melaporkan bahwa Rusia secara konsisten melakukan militerisasi di kawasan tersebut dengan mengirim tentara dan alutsista dalam jumlah besar.
Seorang pejabat militer AS yang berbasis di Eropa mengatakan, "Segala (alutsista dan persenjataan) yang baru milik mereka (Rusia) ditempatkan di Krimea."
Lebih lanjut, ia juga mengatakan, "Rusia menempatkan banyak sistem persenjataan baru -- untuk pertahanan pantai, udara, dan anti-misi -- dan membentuk Korps Angkatan Darat baru untuk bertugas di sana."
Akan tetapi, seorang pejabat militer lain mengatakan bahwa eskalasi kehadiran Rusia di Laut Hitam merupakan bentuk 'sensitivitas' mereka dalam memandang potensi ancaman dari Amerika Serikat di kawasan.
Karena di sisi lain, AS pun turut meningkatkan kehadiran militernya di Laut Hitam, dengan mengirim kapal dan jet tempur.
Bahkan pada November 2017 lalu, Jet Tempur Sukhoi-27 Rusia sempat mencegat pesawat intai AL AS E-P3 yang terbang di langit internasional Laut Hitam.
Pejabat AS mengatakan, mengingat ketegangan dan meningkatnya aktivitas militer di wilayah itu, penting bagi AS untuk meningkatkan frekuensi aktivitasnya di wilayah tersebut dan membuat Rusia tidak sensitif terhadap kehadiran pasukan militer AS di sana.
Kehadiran itu juga mampu membantu menetapkan peraturan tentang bagaimana kedua negara beroperasi secara aman di dekat satu sama lain, seperti yang mereka lakukan dalam Perang Dingin.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Pesawat Domestik Rusia Jatuh, 71 Orang Tewas
Advertisement