Liputan6.com, Essex - Sebelumnya, beberapa riset ilmu pengetahuan menyebut bahwa pria lebih mudah menemukan kebahagiaan dibandingkan wanita. Namun, hal tersebut berbalik jika dibahas dalam konteks lajang.Â
Hal ini dibuktikan oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh firma riset dagang kenamaan dunia, Mintel, terhadap warga usia produktif di lima kota besar di Inggris, yakni London, Manchester, Liverpool, Edinburgh, dan Birmingham.
Hasilnya ditemukan bahwa sebanyak lebih dari 60 persen responden wanita mengaku bahagia dengan status lajangnya, berbading terbalik dengan pria yang hampir 70 persen mengaku merasa gundah jika berlama-lama melajang. Demikian dilansir dari Daily Mail pada Senin (5/3/2018).
Advertisement
Penelitian terkait juga menemukan fakta bahwa sebanyak hampir 75 persen responden wanita lajang, belum secara aktif berupaya mencari pasangan hidup. Pada kondisi yang sama, jumlah responden pria yang berpikiran serupa berada di bawah 60 persen.Â
Baca Juga
Bagi wanita berada dalam hubungan percintaan sama halnya dengan bekerja keras. Umumnya kaum wanita berpikir bahwa hubungan tersebut membutuhkan lebih banyak usaha dan tenaga. Karenanya, hidup lajang berarti santai dan lebih menikmati hidup.
"Dalam sebuah hubungan, terutama pernikahan, biasanya wanita dituntut untuk memiliki porsi tanggung jawab lebih besar dalam urusan rumah tangga," jelas Profesor Emily Grundy, direktu Institut Ilmu Sosial Ekonomi pada Universitas Essex, Inggris.Â
"Mereka juga melakukan lebih banyak pekerjaan yang bersifat emosional," lanjut profesor Emily Grundy.
Apalagi jika berkaitan dengan urusan rumah tangga, menurut profesor Emily Grundy, responden wanita lajang rata-rata berpikir, harus menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk menjaga penampilan di depan suami.
"Ada kekhawatiran di pihak responden (wanita), bahwa menjadi seorang istri, berarti harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, yang ditambah dengan risiko pertengkaran atau perdebatan," tukanya.Â
Â
Simak video tentang ramalan tiga zodiak yang akan menikah di tahun 2018 berikut:Â
Menikah dan Status Kesehatan Individu
Sementara itu, sebuah penelitian ilmiah serupa juga dilakukan oleh Social Science Quarterly, di mana menunjukkan keterkaitan status hubungan dengan kesehatan individu hanya berlaku pada usia pernikahan sepuluh tahun atau lebih. Sementara, mereka yang belum mencapai angka tersebut, kesehatannya masih sangat rentan. Khususnya kesehatan secara psikis.
Dmitry Tumin, sosiolog dari Ohio State University, mengatakan, pasangan menikah muda dan usia pernikahan yang masih muda melahirkan individu yang terbilang lemah.
"Kesehatan akan lebih baik pada pasangan yang sudah bersama-sama lebih dari sepuluh tahun, tapi mereka (khususnya wanita yang menikah muda) tidak lebih sehat daripada mereka yang masih melajang," kata Tumin.
Tumin berpendapat, pernikahan menciptakan tanggung jawab dan tuntutan hidup yang besar. Jika individu belum siap untuk menghadapi hal itu, maka kesehatan secara psikis dan fisik rentan terganggu. Dalam penelitiannya, ia juga menemukan individu yang melajang memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan kesehatan yang lebih baik.
"Khususnya wanita, memiliki lebih banyak kebebasan sosial dan ekonomi. Bisa dikatakan wanita melajang memiliki kesempatan lebih baik untuk memikirkan dirinya sendiri, sehingga hidup mereka jadi lebih sehat," katanya.
Advertisement