4 Benda Alternatif Ramah Lingkungan Pengganti Plastik

Berikut, 4 zat dan benda alternatif ramah lingkungan pengganti plastik yang tetap dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 25 Mar 2018, 19:12 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2018, 19:12 WIB
Ilustrasi limbah plastik
Ilustrasi limbah plastik (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Terlepas dari fungsinya yang sangat serbaguna, plastik merupakan salah satu benda paling berbahaya di dunia.

Sebuah kantong plastik belanja sederhana misalnya, mengandung sejumlah zat kimia beracun. Jika terurai dan terkontaminasi ke tanah dan mata air, zat itu mampu membahayakan seluruh makhluk hidup.

Ditambah lagi, sifat plastik yang sangat sulit terurai secara alami menambah polemik tersendiri. Kira-kira, membutuhkan waktu puluhan, ratusan, hingga ribuan tahun agar plastik mampu mengalami dekomposisi alami.

Proses penguraian plastik pun membutuhkan penanganan khusus. Karena, plastik yang tidak diuraikan dengan baik mampu memberikan dampak buruk bagi lingkungan.

Menimbang bahaya itu, ilmuwan dan aktivis lingkungan telah lama mengimbau agar masyarakat mengurangi penggunaan plastik dan beralih ke benda alternatif lain. Tentunya, demi kebaikan bersama masa depan Bumi kita.

Berikut, 4 zat dan benda alternatif ramah lingkungan pengganti plastik yang dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, seperti dirangkum dari Listverse (25/3/2018).

1. Cangkang Crustacea dan Kutikula Serangga

Kerajinan Kerang
Kerajinan kulit kerang Cirebon yang bikin menteri susi jatuh hati. Foto: (Panji Prayitno/Liputan6.com)

Cangkang atau kutikula bekas atau yang ditinggalkan oleh hewan-hewan crustacea dan serangga, bisa diolah kembali menjadi alat-alat makanan sederhana. Seperti, piring, sendok, garpu, dan gelas.

Tak hanya itu, jika diolah menggunakan metode yang lebih kompleks, cangkang-cangkang itu bisa dimanfaatkan untuk membentuk peralatan rumah tangga lain.

Satu kilogram cangkang dan kutikula bisa diolah menjadi 15 kantung belanja serba guna.

Proses penguraian alami benda-benda itu pun bisa terjadi secara cepat, sehingga, ramah lingkungan.

2. Pati Kentang

2. Kentang
Kentang cocok di konsumsi oleh ibu hamil dan anak-anak karena bisa meningkatkan fungsi otak (Sumber foto: Poland.wikia.com)

Pati merupakan residu sisa dari produk makanan olahan berbasis kentang.

Komposisi itu bisa banyak diperoleh -- hingga ratusan kilogram -- dari pabrik-pabrik besar pengolah keripik kentang kemasan.

Beberapa perusahaan daur ulang pun telah lama memanfaatkan pati kentang untuk membuat kantung belanja bio-plastik.

Pada proses pengolahannya menjadi benda produk, pati kentang tetap membutuhkan zat kimia polyurethane (bahan kunci pembuatan plastik).

Namun, polyurethane yang digunakan dalam pengolahan produk berbasis pati kentang jauh lebih sedikit ketimbang produk yang 100 persen plastik.

Karena kandungan zat kimia yang terkandung lebih sedikit, maka, dapat meminimalisir dampak racun, mempercepat proses penguraian alami, serta ramah lingkungan.

3. Pohon Pisang

Pohon pisang (iStockphoto via Google Images)
Pohon pisang (iStockphoto via Google Images)

Serat alami yang terkandung dalam setiap bagian pohon pisang berpotensi menjadi alternatif plastik.

Sama seperti pemanfaatan pati kentang, proses pengolahan pohon pisang menjadi benda produk tetap membutuhkan zat kimia polyurethane (bahan kunci pembuatan plastik).

Namun, polyurethane yang digunakan dalam pengolahan produk berbasis pohon pisang jauh lebih sedikit ketimbang produk yang 100 persen plastik.

Pemanfaatan pohon pisang pun bisa digunakan untuk benda sehari-hari yang lebih kompleks, seperti tanki air, kerucut lalu-lintas, bahkan hingga perahu.

Karena kandungan zat kimia yang terkandung lebih sedikit, maka, dapat meminimalisir dampak racun, mempercepat proses penguraian alami, serta ramah lingkungan.

4. Rumput Laut untuk Menampung Air Minum

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti melakukan panen raya rumput laut di kampung Saharei Distrik Fakfak Timur Kabupaten Fak Fak, Papua Barat. (Dok KKP)
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti melakukan panen raya rumput laut di kampung Saharei Distrik Fakfak Timur Kabupaten Fak Fak, Papua Barat. (Dok KKP)

Apa jadinya jika air kemasan yang biasa Anda minum diganti dengan bola air? Tentu aneh, mengingat masyarakat kini terbiasa meminum air kemasan dalam botol plastik.

Nah, seorang pria lulusan Imperial College London, Inggris, ini menemukan cara baru untuk menikmati air minum tanpa harus menggunakan botol plastik.

Ia adalah Rodrigo Garcia Gonzales yang mengembangkan Ooho Water Bomb, sebuah bola air yang dapat dimakan!

Ooho Water Bomb adalah wadah air minum yang berbentuk bola kecil. Ooho terbuat dari 100 persen bahan organik, yakni sari rumput laut, sehingga aman untuk dimakan.

Menariknya, Ooho tidak cuma bisa diisi air mineral, tetapi juga minuman lain seperti minuman bersoda.

Keunggulan lainnya adalah kandungan karbondioksida pada Ooho lima kali lebih sedikit dibandingkan pada botol plastik. Bahan baku Ooho juga lebih murah dibandingkan dengan botol plastik.

Selain menghemat ongkos produksi, Ooho dapat mengurangi pemakaian botol plastik yang dapat berdampak buruk terhadap lingkungan. Asal tahu saja, plastik baru bisa terurai 500-1000 tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya