Darah Perawan hingga Dibekukan, 5 Upaya Gila Manusia demi Bisa Hidup Abadi

Sejumlah orang mendambakan bisa hidup abadi. Ada yang terobsesi dengan ramuan, bahkan ada yang rela membunuh sesama manusia.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 31 Mei 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2018, 20:00 WIB
Ilustrasi Tubuh Manusia
Ilustrasi tubuh manusia. (Sumber Pixabay/ranah publik via Creative Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan asal Australia, Dr David Goodall hanya punya satu keinginan di usianya yang ke-104 tahun: mati.

Setelah mengucap perpisahan dengan keluarganya, Goodall terbang ke Swiss, duduk di bangku kelas bisnis. Perjalanan lintas benua itu ditempuh agar ia bisa disuntik mati atau eutanasia.

Aku sangat menyesal mencapai usia setua ini," kata Goodall kepada ABC, mengungkapkan alasannya ingin mengakhiri hidupnya. Kakek sepuh itu mengaku tak bahagia.

Bertolak belakang dengan Goodall, tak sedikit orang mendambakan hidup abadi.

Ada yang terobsesi dengan ramuan, bahkan rela membunuh sesama manusia demi memuaskan nafsunya itu. Belakangan, orang-orang juga memanfaatkan ilmu pengetahuan dan sains untuk mewujudkan keinginannya.

Berikut 5 upaya gila manusia demi bisa hidup abadi, seperti Liputan6.com kutip dari berbagai sumber:

1. Mandi Darah Perawan

Countess Elizabeth Bathory de Ecsed
Countess Elizabeth Bathory de Ecsed (Wikipedia)

Bangsawan Hungaria, Countess Elizabeth Bathory de Ecsed lekat dengan dengan imej sebagai 'Countess Berdarah', perempuan pembunuh berantai paling sadis sepanjang sejarah.

Ia dan 3 kaki tangannya dituduh menyiksa dan membantai ratusan gadis, jumlahnya antara 100 hingga 650 orang -- entah berapa pastinya -- antara tahun 1585 hingga 1610.

Kabar yang beredar menyebut, Elizabeth mandi dengan darah para korbannya. Ia meyakini, darah perawan akan membuatnya memiliki kecantikan abadi. 'Rahasia awet muda'.

Ia menyakini, darah gadis muda memancarkan cahaya kemudaan mereka. Sang countess masuk ke dalam bak mandi dan berendam dalam kubangan darah korbannya.

2. Darah Mens

Kaisar Jiajing adalah penguasa dari Dinasti Ming yang nyaris dibunuh para selirnya
Kaisar Jiajing adalah penguasa dari Dinasti Ming yang nyaris dibunuh para selirnya (Wikipedia/Public Domain)

Kaisar Jiajing adalah penguasa dari Dinasti Ming. Awal berkuasa, ia menjadi tumpuan harapan bagi rakyatnya. Ia menghapus kebijakan rezim sebelumnya yang menindas, pejabat korup disingkirkan, dan pemotongan pajak diberlakukan di daerah yang mengalami bencana alam.

Akan tetapi, beberapa tahun berkuasa, ia mulai menyimpang. Ambisi Jiajing akan keabadian membutakan matanya. Ia ingin hidup selamanya. Untuk itulah sang kaisar menjelma menjadi penguasa brutal, yang tak sesuai dengan namanya yang berarti "ketenangan yang mengagumkan".

Apa yang disebutnya sebagai "ramuan keabadian" adalah darah menstruasi perawan yang dicampur dengan merkuri.

Selama masa pemerintahannya, ia memerintahkan sejumlah gadis muda pilihan, secara bergantian, dibawa ke Kota Terlarang (Forbidden City) untuk "dipanen".

Untuk memastikan tubuh mereka tetap murni, makanan mereka dibatasi. Para perawan hanya boleh mengonsumsi mulberi dan embun atau air hujan. Para dayang istana pun jadi korban praktik itu.

Mereka yang sakit bakal ditendang keluar istana dan dipukuli. Tak sedikit dari mereka yang mati kelaparan gara-gara diet mengerikan itu.

Kaisar Jiajing meninggal pada tahun 1567 di usia 59 tahun. Spekulasi menyebut, ia tewas akibat merkuri beracun yang terkandung dalam "ramuan keabadian" yang ia konsumsi selama hidupnya

3. Pindahkan Isi Otak ke Komputer

Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Demi hidup abadi, seorang miliarder di Silicon Valley, California, Amerika Serikat menyiapkan US$ 10.000 atau setara Rp 137 juta untuk sebuah rencana gila terhadap otak miliknya.

Uang itu akan ia bayarkan kepada sebuah perusahaan untuk mengawetkan otaknya, dan pada suatu hari mengunggah memori serta kesadarannya (consciousness) ke komputer.

Tujuannya, agar ia bisa "hidup selamanya" sebagai sebuah entitas digital. Demikian seperti dikutip dari Daily Mirror (15/3/2018).

Sam Altman (32), wirausahawan teknologi informasi dan komunikasi, telah membayar uang muka untuk menjadi calon pelanggan Nectome, sebuah firma start-up yang menjanjikan program pengawetan otak dan pengunggahan memori serta kesadaran ke komputer.

Sebelum mendaftar, Nectome telah mengimbau Altman dan 24 calon pelanggan lainnya bahwa program tersebut "100 persen berbahaya".

Meski begitu, Altman tetap optimistis.

Pria yang menciptakan program Y Combinator dan pendiri berbagai start-up mengatakan, "Saya tetap yakin, otak saya bisa diunggah ke cloud -- basis penyimpanan data (seperti pada mekanisme penyimpanan e-mail atau data di media sosial)."

4. Cryonic

Dr. James Bedford, pasien pertama yang menjalani proses cryonics
Dr. James Bedford, pasien pertama yang menjalani proses cryonics (Alcor/Wikipedia)

Sebelum ajalnya menjemput, Dr James Bedford berwasiat. Profesor fisika dari University of California itu meminta jasadnya dibekukan di dalam kapsul logam berisi cairan nitrogen.

Maka, saat ia mengembuskan napas penghabisan pada 12 Januari 1967 -- sebelum otaknya dinyatakan mati -- dalam usia 73 tahun, keluarganya melaksanakan wasiat itu. Proses cryonic (krionika) pun dilakukan. Tujuannya, untuk melestarikannya, menjaga kondisi jasadnya hingga tiba waktunya nanti, mendiang akan dihidupkan kembali.

Caranya, tubuh manusia segera diproses beberapa menit setelah dinyatakan meninggal secara klinis. Direndam dalam es, jaringan tubuh beku itu diisi heparin untuk mencegah koagulasi saat dibawa ke laboratorium.

Setelah itu, pasien yang tak lagi sadar dimasukkan ke dalam cryostat -- tanki logam berisi nitrogen cair bersuhu -196 derajat Celcius. Semua itu dilakukan untuk menjaganya agar tetap berada di bawah titik beku agar sel tak rusak sehingga bisa dibangkitkan kembali.

Bedford menjadi manusia pertama dalam sejarah yang jasadnya dibekukan, untuk dibangkitkan suatu saat nanti.

Majalah Time kala itu memuat artikel soal peristiwa itu, dengan judul 'Never Say Die'.

Seperti dikutip dari situs PR Newswire, pihak AlcorLife Extension Foundation-- yang kini mengurusnya -- mengungkapkan, pada 16 Desember 2015, Bedford yang lahir pada 20 April 1893 menjadi manusia 'paling awet' dengan bertahan selama 122 tahun, 183 hari.

5. Darah Muda

20160624-Stok-Darah-Jakarta-IA
Sejumlah kantong darah berada di kantor PMI DKI Jakarta, Jumat (24/6). Meskipun terdapat penurunan, namun stok darah di Ibu Kota relatif aman selama Ramadan dengan jumlah sekitar 800-1.500 kantong perhari. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sejumlah budaya meyakini, darah orang muda bisa meningkatkan vitalitas mereka yang lebih tua.

Hasil penelitian, yang menyuntikkan darah tikus muda ke yang lebih tua, juga mendukung hipotesis tersebut.

Tikus tua yang ditransfusi menunjukkan tanda-tanda peremajaan dan hidup lebih lama. Meski, belum ada hasil penelitian sahih soal efek serupa pada manusia.

Meski demikian, hasil penelitian tersebut cukup untuk membuat sejumlah orang kaya, seperti Peter Thiel, membeli darah orang muda untuk ditransfusi ke pembuluh darah mereka, dengan harapan bahwa itu akan memperpanjang rentang hidup, setidaknya beberapa tahun lagi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya