Pemerintah AS Pisahkan Ribuan Anak dari Orang Tuanya

Kebijakan 'tanpa toleransi' terhadap imigran ilegal yang diterapkan pemerintahan Donald Trump dinilai tidak manusiawi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Jun 2018, 16:05 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2018, 16:05 WIB
Para imigran asal Honduras berdemonstrasi di perbatasan AS - Meksiko di San Ysidro, San Diego, California (29/4) (AP PHOTO via VOA)
Para imigran asal Honduras berdemonstrasi di perbatasan AS - Meksiko di San Ysidro, San Diego, California (29/4) (AP PHOTO via VOA)

Liputan6.com, Washington, DC - Nyaris 2.000 anak telah dipisahkan dari keluarga mereka di perbatasan Amerika Serikat selama tindakan keras terhadap para imigran gelap. Angka tersebut bersumber dari data Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.

Seperti dilansir CNBC yang mengutip Associated Press, Sabtu (16/6/2018), terdapat 1.995 anak dipisahkan dari 1.940 orang dewasa pada periode 19 April hingga 31 Mei.

Perpisahan paksa tersebut diberlakukan terkait dengan upaya masuk ke AS secara ilegal, pelanggaran imigrasi, atau dugaan tindak pidana oleh orang dewasa.

Di bawah kebijakan "tanpa toleransi" yang diumumkan oleh Jaksa Agung Jeff Sessions, saat ini para pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri merujuk semua kasus upaya masuk ilegal ke AS ke tuntutan pidana.

Ada pun protokol AS melarang anak-anak ditahan bersama orang dewasa karena mereka tidak dituntut melakukan kejahatan.

Kebijakan "tanpa toleransi" tersebut telah menuai banyak kritik, baik oleh komunitas gereja, politikus, dan para pemerhati anak yang menudingnya tidak manusiawi. Isu ini tengah hangat dibahas di Kongres.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Jaksa Agung Bela Diri

Jeff Sessions, senator Alabama yang kini menjadi Jaksa Agung AS
Jeff Sessions, senator Alabama yang kini menjadi Jaksa Agung AS (AP)

Untuk membela kebijakan "nol toleransi" terhadap imigran ilegal yang diterapkan pemerintahan Donald Trump, pada hari Kamis lalu, Sessions mengutip sebuah ayat di Alkitab.

"Saya akan mengutip untuk Anda perintah Saint Paulus yang jelas dan bijaksana dalam Roma 13, yaitu untuk mematuhi hukum-hukum pemerintah karena Tuhan telah menetapkan mereka untuk tujuan keteraturan," kata Sessions.

Sebelumnya, protes via online pernah tertuju kepada putri kesayangan Trump, Ivanka, saat perempuan berusia 36 tahun tersebut mengunggah potret dirinya yang tengah menggendong anak laki-lakinya. Karena pada saat bersamaan, laporan-laporan yang menyebutkan anak-anak dipisahkan dari ibu mereka oleh agen perbatasan Amerika Serikat meluas.

Komedian Patton Oswalt adalah salah satu dari ribuan orang yang mengomentari unggahan Ivanka tersebut. Ia menarik relasi antara foto yang di-posting Ivanka dengan pemisahan keluarga di perbatasan di bawah kebijakan yang digariskan Trump.

"Bukankah itu yang terbaik untuk merengkuh si kecil Anda--mengetahui persis di mana mereka berada, aman di pelukan Anda? Itu yang terbaik. Benar kan, Ivanka?" tulis Oswalt seperti dikutip dari The Guardian pada 28 Mei 2018.

Kemarahan terhadap Ivanka Trump juga dilontarkan oleh para ibu yang memintanya untuk merenungkan bagaimana rasanya jika dipisahkan secara paksa dari anaknya.

"Anda adalah ibu dari tiga anak. Begitu juga saya. Bayangkan seseorang berseragam ICE mengambil bayi Anda dan Anda tidak pernah melihat mereka lagi. Inilah yang terjadi, berkat kebijakan ayah Anda. LAKUKAN SESUATU," tulis pemilik akun @litbrit.

Brian Klaas, seorang pengajar tidak tetap di London School of Economics dan mantan ahli strategi partai Demokrat menuliskan, "Ini benar-benar ketulian yang luar biasa, mengingat kemarahan publik meningkat atas bocah-bocah yang direnggut paksa dari tangan orang tua mereka di perbatasan--sebuah kebijakan barbar di mana Ivanka Trump terlibat dalam mendukungnya."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya