Presiden Jokowi Resmikan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Pertama di Sulawesi

Presiden RI Joko Widodo meresmikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu pertama di Sulawesi.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jul 2018, 08:42 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2018, 08:42 WIB
Presiden RI Joko Widodo meresmikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) pertama di Sulawesi (Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta)
Presiden RI Joko Widodo meresmikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) pertama di Sulawesi (Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta)

Liputan6.com, Jakarta - Lewat upacara pemotongan pita, Presiden RI Joko Widodo meresmikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) pertama di Sulawesi.

Proyek yang didukung melalui pembiayaan sebesar US$ 120 juta dolar dari Overseas Private Investment Corporation (OPIC) bekerja sama dengan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) ini dibangun oleh perusahaan Amerika Serikat, UPC, dan akan memberikan kapasitas pembangkit listrik 75 Mega Watt dan mendukung target energi bersih di Indonesia.

"Dengan membiayai PLTB ini, kami turut meningkatkan kehidupan masyarakat setempat dengan menyediakan energi bersih yang andal," kata Presiden OPIC dan Chief Executive Officer Ray W. Washburne, demikian keterangan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk RI yang diterima Liputan6.com, Rabu (4/7/2018).

"OPIC dengan bangga dapat membawa bentuk baru pembangkit listrik kepada masyarakat Indonesia dengan harga yang kompetitif."

Kapasitas pembangkit listrik di Indonesia terus berusaha memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat, dan hal ini juga menjadi masalah serius di Pulau Sulawesi.

PLTB 75 Mega Watt adalah diversifikasi pembangkit campuran dengan tenaga bersih dan berkontribusi terhadap target Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan energi terbarukan dari enam persen pembangkit campuran pada tahun 2014 menjadi 23 persen pada tahun 2025.

Pada tahun 2017, proyek Amerika Serikat mendapat sebutan "Proyek Cerdas" untuk Praktik Terbaik dari Project Finance International. Pengakuan ini menyoroti keberhasilan proyek infrastruktur yang sangat terstruktur dan dilaksanakan di kawasan Asia-Pasifik.

Sejak tahun 1974, OPIC telah berkomitmen sebesar US$ 35 miliar di bidang keuangan dan asuransi dalam 116 proyek di Indonesia. Portofolio proyek aktif OPIC di negara ini mencakup berbagai sektor, mulai dari layanan kesehatan hingga keuangan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Seputar OPIC

20170114-Bendara-AS-AFP1
Pekerja memotret bendera Amerika Serikat di National Capital Flag Company, Alexandria Virginia, AS (10/1). Dalam acara tersebut Trump akan memberikan pidato resmi pertamanya sebagai presiden setelah membacakan sumpah. (AFP/Andrew Caballero Reynolds)

OPIC adalah institusi pengembangan keuangan pemerintah Amerika Serikat. Lembaga ini mengelola permodalan swasta untuk menghadapi tantangan pembangunan yang kritis sekaligus memajukan prioritas kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS.

Karena OPIC bekerja dengan sektor swasta AS, lembaga ini membantu kelompok bisnis AS menguatkan posisinya di pasar yang sedang berkembang, meningkatkan pendapatan, lapangan pekerjaan, dan peluang pertumbuhan di dalam negeri dan luar negeri.

OPIC mencapai misi-misinya dengan menyediakan pembiayaan bagi para investor, asuransi risiko politik, dan mendukung investasi dana swasta, saat pembiayaan komersial tidak mudah didapatkan. Didirikan sebagai lembaga bagian dari pemerintah AS pada 1971, OPIC beroperasi secara mandiri dan tidak menggunakan dana dari pembayaran pajak Amerika.

Semua proyek yang dirintis OPIC selaras dengan standar lingkungan dan social yang tinggi dan menghormati hak asasi manusia, termasuk hak para pekerja.

Dengan memperhatikan standar tinggi tersebut, OPIC bertujuan untuk meningkatkan standar regional dan industri di negara di mana proyek tersebut didanai. Pelayanan OPIC juga diperuntukan bagi perusahaan baru maupun yang sedang mengembangkan usahanya di lebih dari 160 negara di seluruh dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya