Liputan6.com, Maryland - Bulan depan, NASA berencana untuk meluncurkan instrumen laser paling canggih dari jenisnya ke antariksa. Teknologi itu akan difungsikan untuk memperkirakan perubahan ketinggian es kutub Bumi dan melakukan sejumlah pengukuran signifikan lain yang berkontribusi besar bagi perkembangan ilmu alam.
Instrumen itu, yang bernama Ice, Cloud and Land Elevation Satellite-2 (ICESat-2) akan mengukur berbagai bentuk perubahan ketinggian rata-rata es di Greenland di Kutub Utara dan Antartika (Kutub Selatan), serta menangkap 60.000 perkiraan secara konsisten.
Hal itu juga akan melanjutkan rekor 15 tahun pemantauan NASA terhadap es kutub, yang dimulai pada 2003 dengan misi utama ICESat dan berlanjut pada tahun 2009 dengan Operation IceBridge NASA, sebuah penelitian udara yang memantau pergerakan es kutub.
Advertisement
Michael Freilich, direktur Divisi Ilmu Bumi di Direktorat Misi Sains NASA mengatakan, "Teknologi pengamatan baru ICESat-2 akan memajukan pengetahuan kita tentang bagaimana lapisan es Greenland dan Antartika berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut, demikian seperti dikutip dari Tech Explorist, Kamis (23/8/2018).
Baca Juga
Sistem teknologi laser mutakhir, Advanced Topographic Laser Altimeter System (ATLAS) yang terpasang pada ICESat-2, akan berperan penting dalam melakukan tugas-tugas pengukuran tersebut.
Doug McLennan, manajer proyek ICESat-2 di NASA Goddard Space Flight Center mengatakan, "ATLAS mengharuskan kami untuk mengembangkan teknologi baru untuk mendapatkan pengukuran yang dibutuhkan oleh para ilmuwan guna memajukan penelitian. Itu berarti kami harus merekayasa instrumen satelit yang tidak hanya akan mengumpulkan data yang sangat akurat, tetapi juga akan mengumpulkan data 250 kali lebih banyak dari pendahulunya (ICESat)"
ATLAS akan menembakkan laser sebanyak 10.000 kali setiap detik, mengirimkan ratusan hingga triliunan foton ke tanah dalam enam berkas cahaya hijau. Perjalanan ulang sebuah foton laser individu dari ICESat-2 ke permukaan Bumi dan kembali ke satelit hanya membutuhkan waktu sepersekian detik hingga menghasilkan pengukuran ketinggian yang tepat.
Dengan begitu banyak foton yang kembali, ICESat-2 akan mendapatkan tampilan permukaan es yang jauh lebih rinci daripada pendahulunya, ICESat.
Data ICESat-2 yang mendokumentasikan perubahan tinggi lapisan es akan membantu para peneliti mempersempit kisaran ketidakpastian dalam perkiraan kenaikan permukaan air laut di masa depan dan menghubungkan perubahan-perubahan tersebut dengan faktor iklim. Ini juga akan membuat pengukuran luas, ketebalan, dan volume es kutub menjadi lebih tepat.
ICESat-2 milik NASA dijadwalkan akan diluncurkan 15 September dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di California, Amerika Serikat.
Â
*Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Simak video pilihan berikut:
Mengukur Permukaan Laut, Tanah dan Hutan
Di samping proyek pengukuran es kutub, ICESat-2 juga mampu mengukur ketinggian permukaan laut, tanah dan hutan.
Teknologi laser ATLAS dapat mengukur kedua titik tertinggi dari pohon dan tanah di bawahnya, yang --jika dikombinasikan dengan seperangkat data lainnya-- akan memungkinkan analis mengevaluasi ukuran karbon yang tersimpan di hutan dunia.
Pakar juga bisa memeriksa data ketinggian yang dikumpulkan pada gelombang laut, tingkat waduk, dan daerah perkotaan.
Thorsten Markus, ilmuwan proyek ICESat-2 di Goddard Space Flight Center mengatakan, "Karena ICESat-2 akan memberikan pengukuran yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan cakupan global, ini akan menghasilkan tidak hanya wawasan baru ke wilayah kutub tetapi juga temuan yang tak terduga di seluruh dunia. Kapasitas dan peluang untuk eksplorasi sejati sangat besar."
Advertisement