Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Angin Bisa 'Sulap' Gurun Jadi Lahan Hijau

Keberadaan pembangkit listrik tenaga surya dan angin disebut bisa mengubah gurun menjadi lahan yang subur. Ini buktinya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 08 Sep 2018, 07:31 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2018, 07:31 WIB
pembangkit-listrik-tenaga-angin-2-130515
pembangkit-listrik-tenaga-angin-2-130515 (wikimedia commons)

Liputan6.com, Kairo - Sebuah hasil studi ilmiah terbaru menyebut bahwa instalasi lapangan besar turbin angin atau panel surya di gurun Sahara, bisa mengubah wilayah gersang menjadi lanskap hijau yang subur.

Para ilmuwan telah memperkirakan bahwa pergeseran dalam lingkungan lokal, yang dipicu oleh struktur sumber energi terbarukan itu, dapat membawa hujan ke padang pasir, dan memperbaiki kondisi di beberapa wilayah paling tidak ramah di dunia.

Sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk pada Jumat (7/9/2018), para peneliti telah menyepakati bahwa energi terbarukan akan sangat penting untuk mengekang emisi karbon dari bahan bakar fosil, dan menghindari perubahan iklim bencana.

Namun, ketika ditempatkan pada jenis skala besar yang dibutuhkan untuk menggerakkan dunia, perkembangan ini dapat memiliki konsekuensi yang tidak terduga.

Para ilmuwan meramalkan bahwa ketika putaran yang cukup besar dari turbin angin dan panel surya dipasang, kehadiran mereka dapat mengubah reflektifitas tanah dan pergerakan arus udara di lingkungan gurun.

Ladang angin mencampur udara yang lebih hangat dari atas dengan arus yang lebih dingin turun ke bawah, dan panel surya mencegah sinar matahari agar tidak dipantulkan kembali ke atmosfer.

Efek ini memiliki potensi untuk mengubah iklim lokal, dan karena perubahan iklim adalah salah satu dampak energi terbarukan yang dihindari, ada kebutuhan untuk memahami implikasi dari fenomena ini.

"Kami ingin menyelidiki jika kami membangun ladang angin dan matahari besar di Sahara, yang dapat memberikan cukup energi bersih untuk semua permintaan energi manusia, maka apa dampaknya terhadap iklim regional?" kata Dr Yan Li dari University of Illinois.

Dr Li dan timnya menggunakan simulasi untuk memprediksi dampak proyek-proyek energi terbarukan yang sangat besar di Sahara.

Pada prinsipnya, kawasan gurun Sahara menjadi lokasi ideal untuk menampung kedua proyek ambisius itu, karena ditempatkan dengan baik untuk memasok permintaan energi yang berkembang di Eropa, Afrika dan Timur Tengah.

Para peneliti menemukan bahwa ketika dipasang pada skala yang cukup besar, baik angin dan infrastruktur matahari, akan memicu tarikan umpan balik yang membawa lebih banyak hujan, dan mendorong pertumbuhan vegetasi di padang pasir.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Potensi Manfaat Lain dari Sumber Energi Terbarukan

Perjuangan Peserta Marathon des Sables di Tengah Gurun Sahara
Peserta melintasi bukit pasir saat mengikuti kompetisi Marathon des Sables ke-33 di gurun Sahara, Maroko (14/4). Sekitar 1.000 peserta dari 50 negara ikut berkompetisi dalam Marathon des Sables ini. (AP Photo / Mosa'ab Elshamy)

Di wilayah yang sudah merasakan dampak pemanasan global, ketika beberapa bagian gurun Sahara mulai menjadi subur, para ilmuwan mengatakan efek bersihnya akan sangat positif.

"Peningkatan curah hujan yang diprediksi oleh model kami, akan mengarah pada perbaikan substansial pertanian tadah hujan di wilayah tersebut, dan peningkatan vegetasi akan mengarah pada pertumbuhan produksi ternak," kata Dr. Safa Motesharrei, ilmuwan sistem cuaca di University of Maryland, dan penulis utama Makalah sains yang membahas temuan ini.

Ditambahkan oleh Dr Motesharrei, Wilayah Sahara, Sahel dan Timur Tengah termasuk beberapa wilayah terkering di dunia, yang mengalami pertumbuhan penduduk dan kemiskinan tinggi.

"Studi kami memiliki implikasi besar untuk mengatasi tantangan keberlanjutan, yang saling terkait dari perputaran energi-air-makanan di wilayah ini," jelas Dr Motesharrei.

Proyek-proyek energi terbarukan skala besar sudah berlangsung di seluruh bagian Afrika Utara dan Timur Tengah, termasuk pengumuman Arab Saudi tentang investasi energi surya senilai US$ 200 miliar, atau setara dengan Rp 2.975 triliun.

Para peneliti menyimpulkan bahwa jika digunakan secara efektif, sumber energi terbarukan dapat digunakan tidak hanya untuk membersihkan pasokan listrik, tetapi juga mendorong kembali penghijauan padang pasir untuk menangkal dampak pemanasan global.

"Saya percaya peningkatan adopsi energi terbarukan dapat menyelamatkan umat manusia dari perubahan iklim," kata Dr Li.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya