Presiden China Xi Jinping Segera Berkunjung ke Pyongyang?

Pemerintah Korsel mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping berencana akan mengunjungi Korea Utara dalam waktu dekat.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 08 Okt 2018, 13:58 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2018, 13:58 WIB
Kim Jong Un dan Presiden China Xi Jinping Bertemu di Beijing
Warga menonton berita yang menyiarkan kunjungan kejutan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un ke China di Seoul Railway Station, Korea Selatan, Rabu (28/3). Ini merupakan lawatan pertama Kim Jong-un sejak menjabat pada 2011. (AP Photo/Lee Jin-man)

Liputan6.com, Seoul - Presiden China Xi Jinping diperkirakan akan mengunjungi Korea Utara "dalam waktu dekat", menurut pejabat di Seoul.

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, mengatakan pada sidang kabinet tentang kunjungan pemimpin China itu pada Senin, tanpa mengungkapkan informasi lebih lanjut.

Dia berbicara saat kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke wilayah itu berlanjut, termasuk pertemuan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un selama akhir pekan kemarin, demikian sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Senin (8/10/2018).

Presiden Xi Jinping belum pernah mengunjungi Korea Utara sejak berkuasa pada 2013, meskipun ia mengirim Li Zhanshu, pejabat Partai Komunis tingkat ketiga Beijing, ke Pyongyang bulan lalu untuk hadir dalam perayaan ulang tahun ke 70 Korea Utara.

Meski begitu, Presiden Xi Jinping diketahui pernah mengunjungi wilayah Korea Utara pada 2008, ketika ia menjadi Wakil Presiden China.

Di lain pihak, Presiden Moon Jae-in juga mengatakan bahwa dia memperkirakan Kim Jong-un akan segera mengunjungi Rusia dalam waktu dekat, yang kemungkinan disusul oleh KTT perdana dengan Jepang.

Sementara itu, pada Jumat, 5 Oktober, juru bicara Senat Rusia Valentina Matviyenko mengunjungi Korea Selatan, dan memberi tahu pejabat senior setempat bahwa pembicaraan tentang rincian kunjungan Kim Jong-un sedang berlangsung.

"Sebuah tatanan baru sedang dibuat di Semenanjung Korea, dan orde baru itu akan mengarah pada tatanan baru di Asia timur laut," kata Presiden Moon, mencatat bahwa pembicaraan yang sedang berlangsung antara berbagai pihak sangat penting untuk denuklirisasi penuh di semenanjung Korea, yang berujung pada pembentukan perdamaian permanen.

"Kami harus melakukan upaya aktif untuk bekerja sama dengan negara-negara terkait," dia menambahkan.

Kantor berita negara Korea Utara, KCNA, menggambarkan perundingan pada Minggu antara Kim dan Pompeo sebagai hasil "produktif dan luar biasa", menambahkan bahwa sikap kedua belah pihak "sepenuhnya dipahami dan opini dipertukarkan" dengan baik.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Menlu AS Klaim Kunjungan ke Korut Berakhir Positif

Menlu AS Mike Pompeo (AP PHOTO / Pool)
Menlu AS Mike Pompeo (AP PHOTO / Pool)

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo, mengatakan dia memiliki "perjalanan yang baik" ke Korea Utara, dan menyebut kedua negara telah membuat kemajuan dalam negosiasi mengenai program nuklir di Semenanjung Korea.

Sementara itu, rincian pembicaraan nuklir tidak segera dirilis, AS dan Korea Utara setuju untuk mengadakan pertemuan kedua antara Donald Trump dan Kim Jong-un sesegera mungkin, menurut kantor presiden Korea Selatan, yang diberi pengarahan oleh pejabat Negeri Paman Sam.

Kedua negara akan segera memulai pembicaraan untuk merundingkan hal-hal khusus dari pertemuan tersebut, menyusul pertemuan bersejarah di Singapura pada Juni, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian.

Menlu Pompeo dan Kim Jong-un bertemu selama dua jam, diikuti dengan makan siang 90 menit. Ia mengunggah foto dirinya berjalan dengan pemimpin Korea Utara itu di akun Twitter-nya.

Kunjungan tersebut diikuti pertemuan ketiga antara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, yang menunjukkan hubungan kian erat antara kedua negara Korea.

Kim dikabarkan telah berulang kali mengatakan dia berkomitmen untuk "denuklirisasi lengkap dari semenanjung Korea", tetapi janji itu telah dikritik oleh banyak pengamat, karena terlalu samar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya