Liputan6.com, Beijing - Semakin sadar akan pentingnya citra di mata dunia, pemerintah China menunjuk seorang anggota Partai Komunis yang berkuasa, untuk memimpin operasi propaganda internasionalnya.
Mantan pejabat penerangan terkemuka, Xu Lin akan bertanggung jawab atas upaya untuk menggambarkan China sebagai kekuatan progresif di mata global, demikian sebagaimana dikutip dari Time.com pada Rabu (22/8/2018).
Penunjukkan tersebut tidak lain untuk membentengi Negeri Tirai Bambu dari hujaman kritik internasional terhadap praktik perdagangan yang diduga tidak adil, pelanggaran hak asasi manusia, dan militerisasi klaim pulau di Laut China Selatan.
Advertisement
Â
Baca Juga
Pengangkatan Xu ke posisi kepala Kantor Informasi Dewan Negara tingkat Kabinet diumumkan oleh media pemerintah pada hari Selasa, 21 Agustsu 2018.
Sejak Presiden Donald Trump menjabat sebagai presiden Amerika Serikat pada 2017, China telah berusaha bersikap kontras, dengan menekankan perannya dalam promosi perdagangan bebas, dan mendukung isu-isu global lainnya, termasuk perubahan iklim.
Tugas Xu adalah menyensor gambar-gambar negara yang tidak menarik, dan mempromosikan pengambilan kebijakan Beijing yang berpengaruh positif pada politik, ekonomi, dan budaya China.
Presiden China sekaligus pemimpin Partai Komunis, Xi Jinping, juga dikabarkan telah berusaha keras untuk mempromosikan prakarsa "One Belt One Road" atau Jalur Sutera Baru yang menelan biaya hingga triliunan dolar AS.
Rencana akbar tersebut berupaya menyambungkan akses internasional melalui pembangunan infrastruktur dari China ke Asia, Eropa dan Afrika.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Serukan Kesetiaan Mutlak
Sementara itu, Presiden China, Xi Jinping menyerukan "kesetiaan mutlak" dari pihak militer dalam pidato yang disampaikan kepada para pemimpin Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Kantor berita resmi setempat, CCTV, menyiarkan sepertiga dari siaran pada Minggu malam itu, di mana Presiden Xi mengenakan seragam PLA, berjabat tangan dengan petugas dan disambut tepuk tangan meriah.
"Memperkuat kepemimpinan partai di militer diperlukan untuk membuat China dan pasukannya kuat. Kepemimpinan absolut partai harus ditegakkan," katanya, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Selasa, 21 Agustus 2018.
"Kita harus ... melemparkan landasan ideologis kesetiaan mutlak tentara kepada partai."
Sejak menjabat pada tahun 2012, Presiden Xi telah mengumpulkan lebih banyak kendali atas militer daripada hampir semua pendahulunya, yang juga memegang posisi sebagai ketua komisi militer pusat, atau kepala militer China.
Namun, menurut para pengamat, desakannya pada kesetiaan dapat menunjukkan tingkat ketidakamanan. Pidato Xi di sebuah konferensi komisi militer terjadi di tengah-tengah desas-desus, dan laporan tentang kritik oleh kalangan kelas politik dan kalangan intelektual China, atas penanganannya terhadap ekonomi, skandal kesehatan domestik, dan perang dagang dengan Amerika Serikat.
Adam Ni, seorang peneliti China dan rekan tamu di Universitas Nasional Australia, mengatakan: "PLA adalah penopang terakhir untuk setiap reaksi politik yang mungkin dihadapi Xi dalam menghadirkan dirinya sebagai pemimpin mutlak. Pada akhirnya, suara-suara kritis itu hanya bisa pergi menjauh, karena dia memiliki kendali atas 'senjata' itu."
Advertisement