Bencana Tanah Longsor di Uganda, 31 Orang Tewas

Sebuah bencana tanah longsor terjadi di Uganda, menewaskan 31 orang, serta sebabkan puluhan rumah dan ternak terkubur.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 12 Okt 2018, 17:04 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 17:04 WIB
Ilustrasi Longsor
Ilustrasi Longsor (Wikipedia Commons)

Liputan6.com, Kampala - Setidaknya 31 orang dilaporkan tewas dalam bencana longsor di lereng Gunung Elgon di Uganda timur, yang juga menghancurkan rumah-rumah dan mengubur hewan.

Martin Owor, Komisaris Manajemen Tanggap Bencana lokal mengatakan tanah longsor itu terjadi di Baduda, sebuah distrik kecil di lereng gunung terkait pada Kamis sore, 11 Oktober 2018.

"Sebagian besar orang terperangkap di area pasar ketika bencana tanah longsor menerjang, membawa batuan besar yang terdorong oleh luapan sungai," ujar Owor menjelaskan kronologinya, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Jumat (12/10/2018).

Lokasi bencana, sekitar 250 kilometer dari ibu kota Kampala, berada tidak jauh dari perbatasan Kenya, yang sejak lama memang dikenal rawan longsor.

Pada tahun 2010, longsor serupa terjdi di sisi lain lereng gunung, yang menewaskan sedikitnya 80 orang.

Tim bantuan sekarang sedang menyisir daerah itu untuk mencari dan menyelamatkan para korban, kata Owor.

"Banyak orang telah mengungsi dan mereka membutuhkan perlindungan, makanan dan semua dukungan lainnya," jelas Owor menyebut kondisi darurat.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Penduduk Menolak Mengungsi

Presiden Uganda
Presiden Uganda Yoweri Museveni. (AFP)

Sementara itu, menurut juru bicara Palang Merah Uganda Irene Nakasiita, banyaknya korban jiwa salah satunya dipicu oleh kepanikan serta ketidaktahuan warga, tentang kemana mereka harus berlari menyelamatkan diri.

"Sebagian besar wilayah Bududa masih mengalami hujan lebat, dan kami berharap tidak ada lagi bencana longsor terjadi, warga perlu waspada, ikuti imbauan pemerintah," tambah Nakasiita, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada hari Jumat.

Namun, upaya pemerintah untuk memindahkan penduduk yang rawan terkena bencana ke distrik tetangga, memicu perlawanan.

Butuh bantuan Palang Merah setempat dan beberapa tokoh lokal untuk membujuk warga. Alasan penolakan itu adalah kekhwatiran bahwa harta benda yang ditinggalkan akan rusak atau dicuri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya