Liputan6.com, Washington DC - Presiden Donald Trump pada Selasa, 13 November 2018 menunjuk John Abizaid, seorang jenderal AS dari perang Irak yang telah mempelajari Timur Tengah selama bertahun-tahun, sebagai duta besar untuk Arab Saudi.
Abizaid adalah seorang fasih berbahasa Arab dari keturunan Kristen Lebanon yang mengepalai Komando Pusat Militer AS (US CENTCOM - yang meliputi Timur Tengah) selama perang Irak tidak lama setelah invasi AS pada 2003 hingga 2007.
Baca Juga
Pria berusia 67 tahun itu menulis tesis masternya di Harvard University tentang Arab Saudi, mempelajari bagaimana kerajaan membuat keputusannya tentang pembelanjaan pertahanan, dalam sebuah makalah yang memenangkan pujian di kalangan akademisi.
Advertisement
Sebagai penduduk asli California, Abizaid lulus dari Akademi Militer AS di West Point dan kemudian memenangkan beasiswa untuk belajar di Yordania, di mana dia mengasah bahasa Arabnya.
Trump telah sangat terlambat mengisi pos-pos diplomatik kunci di sejumlah negara sekutu terdekat AS. Namun ketiadaan duta besar di Riyadh, hampir dua tahun dalam masa kepresidenannya, telah menjadi lebih mencolok di tengah meningkatnya ketegangan antar negara.
Trump, yang dengan cepat menjalin hubungan dekat dengan Arab Saudi setelah menjabat, telah dipaksa untuk mengkritik kerajaan dan putra mahkota yang kuat, Mohammed bin Salman, setelah sebuah tim dari kerajaan membunuh seorang jurnalis kritis yang berbasis di AS, Jamal Khashoggi, di dalam konsulat Saudi di Istanbul.
Di tengah hubungan AS yang memburuk dengan Pangeran MBS, Amerika Serikat juga telah menahan kerja sama dan menuntut penghentian kampanye militer yang dipimpin Saudi terhadap pemberontak di Yaman yang telah berkontribusi terhadap krisis kemanusiaan yang diyakini sebagai yang terburuk di dunia.
Akan tetapi permintaan AS--dibuat melalui telepon daripada secara pribadi oleh seorang duta besar--telah gagal mempengaruhi pejabat Saudi.
Namun, sebelum resmi mengisi kursi duta besar di Saudi, Abizaid membutuhkan konfirmasi dari Senat, Namun, besar kemungkinan bahwa pensiunan jenderal bintang empat itu akan mendapat lampu hijau dari legislatif.
Simak video pilihan berikut:
Pakar Timur Tengah?
Tak lama setelah mengambil alih sebagai komandan CENTCOM, John Abizaid mengatakan kepada wartawan bahwa pasukan AS menghadapi "kampanye gerilya klasik" dari sisa-sisa Partai Baath pimpinan Saddam Hussein.
Pilihan kata-katanya bertentangan dengan atasannya saat itu, Menhan AS Donald Rumfeld, yang awalnya mencoba menggambarkan invasi Irak sebagai kemenangan cepat. Bagaimana pun, Rumfeld tidak bergerak untuk mengganti sang komandan di tengah kekagumannya terhadap keterampilan Abizaid.
Dan segera setelah pensiun pada tahun 2007, Abizaid mengatakan bahwa, sementara Amerika Serikat harus mencoba untuk mencegah Teheran dari memperoleh senjata nuklir, "ada cara untuk hidup dengan nuklir Iran," menggambarkan perilaku Negeri Para Mullah sebagai tindakan rasional dan mencatat bahwa Amerika Serikat juga berurusan dengan Uni Soviet (sekarang Rusia) yang memiliki senjata nuklir.
Ini bukan kali pertama bagi Trump menunjuk pensiunan militer AS sebagai pejabat top Negeri Paman Sam.
Sang maestro real estat yang menjadi presiden telah menunjuk jenderal pensiunan Jim Mattis sebagai menteri pertahanan dan jenderal John Kelly sebagai kepala staf kepresidenannya.
Advertisement