Liputan6.com, Canberra - Penemuan, keyakinan, dan ketertarikan aneh terhadap dinosaurus berada di belakang terobosan ilmiah yang mengarah pada identifikasi spesies prasejarah baru.
Weewarrasaurus pobeni adalah dinosaurus pertama yang dinamai di New South Wales (NSW), Australia, dalam hampir satu abad ini, menyusul kemungkinan penemuan fragmen tulang rahang dalam ember berisi puing opal di dekat wilayah Lightning Ridge.
Itu adalah dinosaurus pemakan tumbuhan berkaki dua pertama seukuran anjing kelpie yang menjelajahi dataran banjir kuno di utara negara bagian itu 100 juta tahun yang lalu.
Advertisement
Baca Juga
Nama itu diberikan untuk mengenang tambang opal Wee Warra, tempat fosil ditemukan, dan pembeli opal -yakni Mike Poben, yang melihat sesuatu istimewa dalam spesimen itu dan menyumbangkannya untuk penelitian.
"Saya langsung tertarik," kata Poben seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (5/12/2018).
"Sepertinya waktu terhenti, saya menusuk punggung tulang belakang saya karena ada sesuatu di pikiran saya mengatakan 'gigi', dan jika itu gigi itu tulang rahang, dan apakah itu tulang rahang, yang saya sudah tak pernah terlihat sebelumnya, mereka sangat langka, maka ini adalah sesuatu yang besar. "
Poben menemukan fosil itu lima tahun yang lalu dan membaginya dengan paleontolog Dr Phil Bell dari Universitas New England di Armidale, NSW.
"Saya ingat Mike menunjukkan saya spesimen itu, dan saya terkejut," kata Dr Bell.
"Saya harus berusaha keras menahan kegembiraan saya, (opal) itu sangat indah."
Dr Bell dan timnya menghabiskan dua tahun terakhir untuk menyelidiki dan mengidentifikasi rahang berusia 100 juta tahun.
"Ada fitur-fitur tertentu tentang gigi-gigi itu yang merupakan penanda jelas dari sekelompok dinosaurus yang kami sebut ornithopoda, dan ini semua adalah hewan yang berukuran relatif kecil, seukuran anjing, berkaki dua yang memakan tumbuhan."
Lightning Ridge adalah satu-satunya tempat di dunia di mana tulang dinosaurus secara rutin berubah menjadi opal.
Universitas New England kini mencari tambang yang diketahui menghasilkan fosil.
"Sayangnya, sisa-sisa fosil yang kami lihat hampir selalu merupakan bagian dari penambangan ... tetapi di sisi lain, kami tak akan pernah melihat fragmen-fragmen itu jika bukan untuk penambangan," kata Dr Bell.
Rahang Weewarrasaurus kini menjadi bagian dari koleksi Pusat Opal Australia, kumpulan fosil serupa batu opal paling beragam di dunia.
Minat Poben terhadap fosil dinosaurus tetap kuat dan ia terus mengumpulkan dan memeriksa fragmen opal.
Ia berencana untuk menyumbangkan koleksinya ke Opal Centre.
"Saya pikir mereka harus tetap berada di Australia, dan mereka perlu dipajang di Lightning Ridge. Di situlah asal mereka," katanya.
Simak video pilihan berikut:
Fosil Dinosaurus Dijual Rp 34 Miliar
Sementara itu, fosil dinosaurus laku dijual di sebuah pelelangan di Paris. Kerangka dinosaurus setinggi sembilan meter itu dibanderol seharga USD 2,36 juta atau sekitar Rp 34 miliar (USD 1 = Rp 14.645).
Para ilmuwan tak pelak mengungkapkan rasa mereka atas praktik tersebut. Meski pelelangan itu legal, tetapi para paleontologis (ahli kehidupan purba) khawatir tren penjualan fosil malah menyulitkan para ilmuwan dan museum yang tak mampu bersaing di pelelangan.
"Sebuah pelelangan adalah sebuah sarana untuk mencapai harga tertinggi dari sesuatu. Dan, umumnya, bahkan museum besar tak punya anggaran untuk membeli spesimen," ucap P. Daiv Polly, presiden dari Perkumpulan Paleontologi Vertebrata dan profesor geologi sedimen di Universitas Indiana, seperti dikutip dari Live Science.
Alasan lainnya adalah ditakutkan pemilih lahan di mana fosil digali akan sulit diajak kerja sama dalam penggalihan lahan. Sebab, fosil dinosaurus akan dipandang sebagai bisnis.
"Jika tren ini berlanjut, maka pada dasarnya akan sangat mencederai bagi para ilmuwan karena ini mempersulit ilmuwan untuk mengakses spesimen tersebut," ujar Polly. Selain itu, ia pun khawatir fosil-fosil akan menarik para pencuri karena berpotensi diperjualbelikan.
Menurut katalog pelelangan, spesies fosil berusia 150 juta tahun itu belum jelas dari spesies apa. Bahkan ada kemungkinan itu spesies baru yang belum ada nama.
Namun, misteri di katalog tersebut disanggah oleh seorang ahli. Thomas Carr, ahli paleontologi vertebrata dan Associate Professor di Carthage College, menyebut fosil tersebut mirip dengan Allosaurus, yang tidak jarang ditemukan di Amerika Utara.
"Itu cuman hype, mereka hanya mencoba mendapat harga yang lebih tinggi. Fosil itu tidak berbeda dari Allosaurus manapun yang pernah saya lihat," jelasnya sembari menambahkan pelelangan tersebut tidaklah etis.
Advertisement