Asal Muasal Anak Krakatau, Gunung yang Diduga Picu Tsunami Anyer

Gunung Anak Krakatau tengah dalam pemantauan karena mengalami sejumlah letusan dalam beberapa bulan terakhir. Berikut ini asal mula terbentuknya anak Krakatau tersebut.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 23 Des 2018, 13:37 WIB
Diterbitkan 23 Des 2018, 13:37 WIB
Penampakan jejak abu dari aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau pada 22 Septembe 2018 (NASA)
Penampakan jejak abu dari aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau pada 22 Septembe 2018 (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Tsunami Anyer pada Sabtu malam 22 Desember 2018 dilaporkan terjadi akibat aktivitas gunung Anak Krakatau. Info terkini dari BMKG pada Minggu dinihari pukul 02.55 WIB memastikan gelombang pasang yang terjadi terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Sejak Oktober lalu, Gunung Anak Krakatau ternyata tengah dalam pemantauan dalam beberapa bulan terakhir karena mengalami sejumlah letusan. Aktivitas kegempaan juga dilaporkan terjadi beberapa kali. Sejak itu, gunung tersebut pun semakin menjadi sorotan pihak-pihak terkait.

Gunung yang disebut-sebut sebagai pemicu tsunami anyer terbentuk setelah 'induknya', Krakatau, juga ternyata pernah beberapa kali meletus sebelumnya. 

Dikenal sebagai anak dari Krakatau, gunung tersebut terbentuk pascaletusan dahsyat sang induk. Krakatau hancur sama sekali. Mulai pada 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncullah gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau. Ia sangat aktif dan terus bertumbuh. Demikian Liputan6.com kutip dari sejumlah sumber, Minggu (23/12/2018).

Anak Krakatau bahkan kemudian menjadi salah satu dari 100 gunung berapi yang terus dipantau NASA melalui satelit Earth Observing-1 atau EO-1.

Gunung Anak Krakatau yang terletak di antara gugusan kepulauan vulkanik ini berada di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatera. Lokasi itu kini menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi.

Menurut lampungprov.go.id, Gunung Anak Krakatau memiliki luas sekitar 320 hektare dan merupakan pulau tak berpenghuni.

Gunung Anak Krakatau termasuk kawasan cagar alam Krakatau dengan total seluas 13.605 hektar yang dikelola oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung. Sekarang, Gunung Anak Krakatau adalah salah satu tempat wisata di Banten yang paling disukai pendaki gunung.

Kegiatan utama dan paling favorit di sini adalah mendaki Gunung Krakatau. Berdasarkan beberapa sumber teks Jawa Kuno, ketinggian Krakatau purba diperkirakan hampir 2000 mdpl.

Daya tarik wisata Gunung Krakatau yang sering jadi perbincangan, terletak pada sisa-sisa letusannya yang menghasilkan eksotisme bentangan alam sisa dari letusan dahsyat. Ditambah lagi dengan Anak Gunung Krakatau yang masih aktif dan fluktuatif. Selain itu, tinggi Gunung Anak Krakatau yang makin bertambah juga menjadi daya tarik pengunjung.

 

Saksikan juga video terkait tsunami anyer berikut ini:

 

Hotel Terdampak Tsunami Anyer

Ilustrasi Hotel
Ilustrasi hotel. (iStockphoto)

Sebanyak tujuh hotel di wilayah pesisir barat Banten mengalami kerusakan akibat terjangan tsunami Anyer yang terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam. Namun, belum diketahui berapa kerugian akibat kerusakan tersebut.

Ketua Harian PHRI Banten, Ashok Kumar, mengatakan dari data yang dihimpun sejauh ini, kerusakan yang terjadi masih sebatas kerusakan ringan. Belum ada hotel yang dilaporkan ambruk akibat kejadian tersebut.

"Kerusakan ada, seperti pagar (rusak) karena kedorong (air). Kita sedang data, ada yang kerusakan ringan, ada yang kolamnya masuk air laut," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu 23 Desember 2018.

‎Sejauh ini, lanjut dia, ada sekitar enam-tujuh hotel yang dilaporkan mengalami kerusakan. Sementara untuk korban dari tamu hotel, Ashok masih enggan merinci lebih lanjut. "Jumlah (total) belum ada, tapi kami melihat ada enam-tujuh hotel yang kena. Ada kena pagar, ada yang masuk air, tapi airnya sudah balik (surut) lagi," kata dia.

Selain yang rusak, ada juga hotel-hotel yang tidak terkena dampak dari tsunami ini. Hal ini karena air yang naik ke pesisir tidak merata ke semua wilayah. "Hotel seperti Marbella, Jayakarta, Pisita, itu semua tidak apa-apa. Jadi, airnya yang bisa naik dia naik, tapi kalau enggak ya enggak apa-apa," tandas dia.

Tsunami yang menerjang di pesisir Pantai Anyer, Pandeglang, dan wilayah sekitar juga sempat membuat panik tamu hotel di sekitar daerah terdampak. Namun, saat ini kondisi tersebut perlahan mulai kembali normal. Ketua Harian PHRI Banten, Ashok Kumar, mengatakan saat air pasang masuk ke wilayah pesisir, memang sempat terjadi kepanikan. Bahkan, beberapa hotel telah mengungsikan tamunya ke tempat yang lebih aman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya